Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Mendengar Tanpa Didengar : Dampak Kesehatan Mental Yang Harus Diperhatikan
3 Desember 2024 10:48 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sarzy Sifra Septiana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak di antara kita yang sering berperan sebagai pendengar, siap mendengarkan cerita, keluhan, atau masalah orang lain. Namun, ada kalanya peran ini terasa tidak seimbang. Seseorang mungkin menghabiskan waktu berjam-jam mendengarkan teman atau keluarga, bahkan pacar, tetapi saat tiba giliran mereka untuk berbagi, suara mereka seolah tenggelam dalam keramaian. Fenomena ini dapat menyebabkan ketidakpuasan emosional dan perasaan terabaikan, sekaligus memiliki dampak serius pada kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
Sama halnya dengan kebanyakan orang, penulis juga mengalami hal serupa. Sebagai seseorang yang memiliki karakter terbuka dan rasa peka serta empati yang tinggi, saya sering menjadi pendengar dalam lingkungan pertemanan saya. Dalam banyak kesempatan, teman-teman saya datang dan berkeluh kesah tentang berbagai hal yang mereka alami, mulai dari kesulitan tugas, pasangan, hingga masalah keluarga yang dianggap membebani mereka.
Saya dengan senang hati mendengar, merespons, mencoba membantu menemukan solusi, bahkan ikut andil dalam memecahkan masalah mereka. Namun, seiring berjalannya waktu, ketika tiba saatnya bagi saya untuk berbagi tentang hari-hari sulit saya atau hal yang mengganggu saya, percakapan sering kali beralih kembali kepada mereka dan seolah mereka menganggap saya "baik-baik saja" seperti tidak ada masalah. Saya tidak meminta untuk diperlakukan sama, tetapi setidaknya saya ingin didengar. Meskipun saya sangat peduli dan ingin mendengarkan cerita mereka, ada kalanya saya merasa terabaikan dan tidak dihargai.
Pengalaman ini membawa dampak emosional yang cukup besar bagi saya. Saya mulai merasakan mudah lelah, frustrasi, bahkan kesepian meskipun dikelilingi oleh teman-teman. Ketidakadilan dalam interaksi ini membuat saya merenungkan pentingnya keseimbangan dalam komunikasi di mana setiap individu memiliki kesempatan untuk berbagi dan didengar.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, untuk menghindari dampak berkelanjutan yang lebih serius sebagai pendengar, ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan:
1. Menyadari Bahwa Diri Sendiri Juga Layak Untuk Didengar
Jika kita merasa terabaikan, penting untuk menyadari perasaan sendiri. Mengakui bahwa kita merasa terabaikan adalah langkah awal untuk mengatasi masalah ini. Kesadaran akan kebutuhan emosional dapat membantu kita mengomunikasikan perasaan tersebut kepada orang-orang terdekat.
2. Mencoba Berani Untuk Berbagi Cerita Lagi
Kita harus berani mencoba untuk menciptakan kesempatan di mana kita juga bisa berbagi cerita dan perasaan. Ini bisa dilakukan dengan mengatur waktu khusus untuk berbicara dengan mengungkapkan kekuatan kata yang positif sehingga orang lain dapat lebih mendengarkan kita.
3. Memberi Pengertian Bahwa Semua Juga Memiliki Masalah
ADVERTISEMENT
Kita perlu mengingatkan bahwa seorang pendengar juga memiliki masalah dan tantangan yang dihadapi. Mungkin kita tidak selalu berbagi, tetapi itu tidak berarti kita tidak mengalami kesulitan. Mengakui bahwa semua orang memiliki cerita dan beban emosional masing- masing dapat membantu kita lebih empati dan memahami situasi orang lain.
4. Cari Tempat di Mana Kita Dihargai
Jika semua opsi di atas tidak dapat membuat orang lain berkenan mendengarkan kita, kita diperbolehkan untuk mencari lingkungan positif yang bisa mendukung kita. Salah satunya adalah bergabung dengan kelompok atau komunitas baru yang dapat memberikan kesempatan untuk bertemu orang-orang yang lebih seimbang dalam hal berbagi dan mendengarkan. Ini bisa menjadi cara yang baik untuk memperluas jaringan sosial sambil menemukan orang-orang yang menghargai interaksi dua arah.
ADVERTISEMENT