Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Human Security Issues: Krisis Kemanusiaan Anak-anak di Bangladesh
10 Desember 2022 16:07 WIB
Tulisan dari Sasha Priskilla Mauredyta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengertian dan Komponen dari Konsep Human Security
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, definisi paling sederhana dari ‘keamanan’ adalah tidak adanya rasa tidak aman dan ancaman, atau dengan kata lain, adanya kebebasan dari berbagai ketakutan (kekerasan, penganiayaan, pelecehan seksual, dan lain sebagainya). Dalam penerapannya, penggunaan kata ‘keamanan’ kini makin meluas, yang kemudian dapat mencakup dua gagasan utama, yakni keselamatan secara fisik, dan jaminan bahwa tidak akan ada gangguan-gangguan dalam mata pencaharian masyarakat.
ADVERTISEMENT
Konsep human security sendiri awalnya dipergunakan untuk membuat atau membatasi sebuah peperangan supaya tidak menyakiti atau menyerang warga sipil, dan human security juga dibuat untuk menjaga hak-hak dari masyarakat sipil dan menjaga keselamatan mereka. Seiring dengan berkembangnya waktu, pengertian human security tak hanya diberlakukan saat perang tetapi akhirnya diperluas ke dalam kondisi di mana setiap individu berhak memiliki kehidupan yang layak dijalani dan berhak mendapatkan kehidupan yang aman/ bebas dari gangguan apa pun/ siapa pun.
Masyarakat luas seringkali memahami definisi dari human security secara sempit. Padahal, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa konsep ini seharusnya mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari manusia, mulai dari kebebasan dari ancaman penyakit, kelaparan, pengangguran, kejahatan, konflik sosial, penindasan politik, dan bahaya lingkungan. Berikut adalah komponen spesifik dari konsep human security.
ADVERTISEMENT
● Keamanan ekonomi: Pendapatan dasar yang terjamin dan keamanan kerja yang minimum. Sedangkan, ancaman terhadap keamanan ekonomi adalah inflasi yang tidak terkendali, depresi ekonomi, dan krisis keuangan yang merajalela.
● Ketahanan pangan: Ancaman datang dari distribusi yang tidak merata, sementara jelas-jelas kelaparan karena kekurangan pangan yang nyata adalah ancaman terburuk.
● Jaminan kesehatan: Kematian dan penyakit yang terkait dengan kemiskinan, lingkungan yang tidak aman dan tidak bersih, akses ke perawatan kesehatan, dan masalah pandemi seperti HIV/AIDS dan penyakit menular.
● Keamanan lingkungan: Degradasi ekosistem lokal dan global, kemudian yang menjadi salah satu tantangan utama adalah akses dan kebersihan air.
● Keamanan pribadi: Ancaman kekerasan fisik mendadak yang dilakukan oleh negara, oleh negara lain dalam perang, atau dari individu lain dari kelompok lain karena ketegangan etnis, juga mencakup keamanan pribadi khususnya perempuan terhadap kekerasan dan eksploitasi, atau anak-anak terhadap segala bentuk dari pelecehan anak.
ADVERTISEMENT
● Keamanan komunitas: Mengatasi ancaman seperti perselisihan dalam komunitas, ketegangan, atau praktik menyakitkan yang ditujukan terhadap anggota komunitas tertentu, seperti perempuan.
● Keamanan politik: Mengatasi penyiksaan, represi politik, serta perlakuan buruk.
Krisis Kemanusiaan Terhadap Anak-anak di Bangladesh yang Tidak Kunjung Usai
Bangladesh merupakan negara berkembang dengan padatnya jumlah penduduk serta tingkat pekerja anak tertinggi. Bangladesh menyumbang angka lebih dari 5% pekerja anak di dunia dan terhitung 3,14 juta pekerja anak pada tahun 2013, yang mana anak-anak tersebut bekerja pada hampir seluruh sektor ekonomi (industri, jasa, agrikultur, dan sektor ekonomi informal) dengan jam bekerja 48 jam dalam satu minggu dan upah kurang dari 500 taka atau setara dengan 83.360 rupiah per bulan.
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita ketahui bahwa setiap anak memiliki hak asasi manusia atau hak dasar semenjak mereka dilahirkan, dan salah satu hak dasarnya ialah jaminan untuk tumbuh berkembang dengan baik dan optimal secara sosial, mental, fisik, dan intelektual. Namun realitas menunjukkan sebaliknya, tidak semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan hak dasar tersebut. Apalagi bagi anak-anak dengan orang tua yang kurang mampu secara ekonomi, situasi tersebut memaksa mereka untuk bekerja di usia dini.
Hal ini banyak terjadi di seluruh dunia, terutama di negara-negara miskin. Tercatat terdapat sekitar 160 juta anak berusia 5-17 tahun di seluruh dunia yang terlibat dalam pekerja anak dan setengah dari mereka bekerja di bawah kondisi yang berbahaya, misalnya membawa beban berat atau menggali tambang. Dari sana dapat kita lihat bahwa kasus pekerja anak di Bangladesh merupakan kasus yang pada dasarnya telah melanggar hak asasi anak sebagai seorang manusia, dan hal ini juga ada kaitannya dengan konsep human security sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Kita tahu bahwa pekerja anak memiliki konsekuensi buruk bagi anak itu sendiri, seperti kerusakan fisik dan mental, dan tidak hanya itu, pekerja anak juga membatasi hak-hak mereka, dan mengancam masa depan mereka. Anak-anak yang terjebak dalam kondisi pekerja anak seringkali menjadi sasaran kekerasan, pelanggaran hak asasi manusia lainnya, bahkan pelecehan seksual yang cenderung menjadi ancaman eksploitasi bagi anak perempuan. Beberapa dari mereka juga kemungkinan dipaksa untuk melanggar hukum, seperti adanya beberapa pekerja anak laki-laki yang dieksploitasi oleh angkatan bersenjata atau kelompok.Organisasi Perburuh Internasional atau ILO memperkirakan bahwa di seluruh dunia terdapat 22.000 pekerja anak terbunuh di tempat kerja setiap tahunnya.
Faktor utama maraknya pekerja anak di Bangladesh adalah pekerja anak merupakan rasionalisasi dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka meskipun dengan pekerjaan eksploitatif, berbahaya dan rendahnya upah yang mereka terima. Adapun hal lainnya yang memengaruhi maraknya pekerja anak di Bangladesh yakni dunia kerja di Bangladesh tidak segan untuk menerima anak-anak untuk dijadikan sebagai pekerja. Mirisnya, mereka menganggap pekerja anak jauh lebih murah dan tidak banyak menuntut, pekerja anak dilihat tidak mempunyai fisik dan kemampuan yang memadai. Maka dari itu para pengusaha memilih anak-anak sebagai pekerja mereka, pekerja anak juga dipandang lebih menurut dan patuh pada segala instruksi yang diberikan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, faktor lain yang menyebabkan maraknya pekerja anak di Bangladesh adalah pemasukan negara yang rendah. Tercatat bahwa GDP per kapita Bangladesh adalah sejumlah 957,82 USD (12,5 juta Rupiah) dengan populasi sebanyak 36% yang hidup dalam kemiskinan. Penelitian menunjukkan bahwa negara yang memiliki pendapatan per kapita rendah cenderung mempunyai buruh anak yang tinggi, yakni 30-60%, dan populasi anak-anak yang bekerja di Bangladesh pada tahun 2013 dengan umur 5-17 tahun sebesar 3,4 juta anak, dan sejumlah 1,7 juta anak dari total populasi 5-17 tahun merupakan pekerja anak.
Kebijakan Pemerintah Bangladesh Terkait dengan Isu Kemanusiaan yang Terjadi
Dalam menangani permasalahan tersebut, pemerintah Bangladesh tentu tidak tinggal diam dan telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mengatasinya. Berikut adalah kebijakan-kebijakannya.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dengan adanya kebijakan-kebijakan tersebut, pada kenyataannya memang kasus pekerja anak di Bangladesh telah sedikit menurun. Namun bukan berarti kasus ini telah 100% tuntas. Hingga saat ini, masih banyak anak-anak di bawah umur yang melakukan pekerjaan berat dan berbahaya di Bangladesh.
Referensi
BAB III METODE PENELITIAN. (n.d.). Retrieved April 4, 2022, fromhttp://repository.upi.edu/7516/4/d_pls_0906476_chapter3.pdf
Maria, I., & Hutabarat, A. (2014). Tantangan International Labour Organization (ILO) Dalam Upaya Mengatasi Masalah Pekerja Anak di Bangladesh Oleh. Jom FISIP, 4(1). https://media.neliti.com/media/publications/206566-none.pdf
Rakhman, N. (2019). BAB III Metodelogi Penelitian. http://eprints.umg.ac.id/3035/4/BAB%20III.pdf
Reid, K. (2021, June 22). Child labor: Facts, FAQs, and how to help end it. World Vision. https://www.worldvision.org/child-protection-news-stories/child-labor-facts#history
Zaman, S., Matin, S., & Bin Gholam Kibria, A. M. (2014). A Study on Present Scenario of Child Labour in Bangladesh. IOSR Journal of Business and Management, 16(6), 25–36. https://doi.org/10.9790/487x-16632536
ADVERTISEMENT