Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Gudeg Kaleng, Enaknya Ga Kaleng-Kaleng
19 November 2023 21:03 WIB
Tulisan dari Sasi Hemawardhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masih teringat ketika saya menuntut ilmu di Prancis sekitar tahun 2016, makanan mewah bagi saya saat itu bukan escargot atau foie gras melainkan gudeg.
ADVERTISEMENT
Saat itu, saya sengaja membawa gudeg kaleng sebagai pengobat rindu kampung halaman. Saya tidak membawa banyak karena kapasitas bagasi yang terbatas sehingga gudeg kaleng yang saya bawa benar-benar menjadi harta berharga yang harus saya atur dengan baik penggunaannya.
Saya biasanya baru membuka persediaan gudeg kaleng ketika “merayakan” momen penting seperti saat ulang tahun atau selesai ujian, atau bahkan saat sedang badmood dan butuh comfort food.
Mengapa gudeg?
Sebagai orang yang lahir dan besar di Jogja tentu gudeg bukan hanya sekedar makanan namun sudah menjadi bagian dalam hidup saya. Saya dan keluarga bisa menikmati gudeg setiap saat, untuk sarapan, makan siang, makan malam, acara santai, arisansampai upacara pernikahan. Seolah gudeg sudah menjadi makanan wajib untuk berbagai kesempatan.
ADVERTISEMENT
Gudeg memang memiliki cita rasa yang unik, rasa manis yang dominan pada sayur nangka dipadu dengan rasa gurih dari kuah areh dan pedas dari sambal krecek. Hmm… bahkan saya sambil menelan ludah ketika menulis ini.
Tujuh tahun berlalu sejak kisah gudeg di rantau, saya tidak mengira kalau akhirnya bisa bertemu dengan orang yang berjasa di balik pembuatan gudeg kaleng, namanya Mas Danu, Sang Pahlawan Pengobat Rindu para Perantau.
Pada kesempatan Kunjungan Lapangan Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu) Angkatan ke-75, saya dan teman-teman yang tergabung dalam Kelompok Industri dan UMKM berkesempatan mengunjungi pabrik pengalengan gudeg Bu Tjitro yang dikelola oleh Mas Danu sebagai generasi ke-4.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, penjualan gudeg Bu Tjitro terus mengalami peningkatan bahkan sudah berhasil ekspor ke Amerika dan Australia. Kunjungan kami saat itu pun dalam rangka menindaklanjuti rencana ekspor gudeg ke Mesir yang sebelumnya telah kami jajaki melalui Diaspora Indonesia di Mesir.
WNI di Mesir yang berjumlah sekitar 14.000 orang dapat menjadi ceruk pasar potensial untuk dikembangkan, tidak hanya untuk pasar Diaspora Indonesia namun juga untuk penduduk lokal Mesir dan para pendatang dari negara lainnya. Terlebih Mesir dikenal sebagai salah satu negara tujuan favorit untuk menuntut ilmu, tentu saja gudeg dapat menjadi alternatif makanan bagi para pelajar.
Sambil menjelaskan tentang inovasi gudeg kalengnya, mas Danu meminta pegawainya untuk mengeluarkan gudeg kaleng yang sudah siap dipasarkan. Tidak hanya gudeg, rupanya di bawah bendera Bu Tjitro, mas Danu juga memproduksi produk makanan kaleng lainnya seperti oseng mercon, rendang sapi, krecek, dan menu lainnya.
Mas Danu lalu membuka salah satu gudeg kaleng dan menuangkannya ke piring. Serentak kami bersorak,
ADVERTISEMENT
asap tampak mengepul keluar dari gudeg yang siap disantap. Kami tak sabar untuk menyerbu.
Menjelang 100 tahun berdirinya Gudeg Bu Tjitro pada 2025, terbersit optimisme kelak gudeg akan mendunia terlebih dengan upaya dari pelaku usaha seperti mas Danu yang tak henti berinovasi.(SH)