Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Hindari Hobi Burning Money bagi Perusahaan Start-Up
1 Januari 2022 20:40 WIB
Tulisan dari Saskia Aurelia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari-hari ini, strategi burning money memang menjadi strategi utama perusahaan start-up untuk menarik hati para konsumen. Burning money ini biasanya dilakukan dengan cara memberikan diskon, cashback, atau gratis ongkos kirim bagi para penggunanya, seperti yang diterapkan oleh perusahaan Gojek dan Shopee.
ADVERTISEMENT
Strategi ini jika dilihat dari sisi konsumen sangat menguntungkan karena mereka bisa menghemat biaya belanja dan juga biaya transportasi sehari-hari. Tetapi, jika dilihat dari segi perusahaan ini bersifat merugikan karena perusahaan tidak mendapatkan keuntungan. Sebaliknya, mereka harus menanggung beban tambahan berupa biaya dari diskon yang mereka berikan. Oleh karena itu, sebaiknya penggunaan strategi burning money oleh perusahaan start-up perlu dihindari karena dapat meningkatkan resiko kegagalan.
Di hari-hari ini, para perusahaan start-up sedang gencar memberikan cashback dengan jumlah yang tidak sedikit. Contohnya, OVO yang memberikan cashback 60% maksimum Rp 10.000 OVO poin dengan minimal transaksi, atau ada pula Go-Pay yang memberikan cashback sebesar 15%-40%, dan masih banyak lagi. Disini dapat terlihat bahwa perusahaan saling berlomba-lomba untuk memberikan cashback dengan jumlah yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Para perusahaan ini pasti mempunyai harapan dengan adanya cashback, para konsumen akan setia untuk terus menggunakan aplikasi mereka. Namun, pada kenyataannya para konsumen justru akan mengunduh banyak aplikasi dan melihat aplikasi mana yang memberikan promo terbesar. Pada akhirnya, konsumen tidak mungkin hanya bertahan dengan satu aplikasi di handphone mereka. Bahkan, banyak dari mereka yang memilih untuk tidak menggunakan e-wallet tersebut jika tidak adanya promo.
Dengan banyaknya promo yang diberikan kepada konsumen, para perusahaan pasti perlu menutupi beban promo tersebut dengan menggunakan dana yang disuntikkan oleh investor. Tetapi, para investor pasti akan kewalahan jika harus terus menutupi beban promo dan cashback tersebut. Contohnya, pendiri grup Lippo, Mochtar Riardy yang mengaku telah menjual 2/3 sahamnya di perusahaan dompet digital Ovo. Dia mengaku mulai tidak kuat untuk terus menerapkan burning money ini.
ADVERTISEMENT
Memang jika dilihat dari konsepnya, pendapatan yang diterima perusahaan saat ini tidak sepadan dengan pengeluaran yang sudah dikeluarkan untuk menutupi kerugian-kerugian tersebut. Maka dari itu, perusahaan lebih baik fokus kepada pendapatan positif yang masuk, dibandingkan berfokus pada pertumbuhan perusahaan.
Pertumbuhan dengan strategi burning money ini pasti akan memberikan dampak negatif bagi perusahaan di masa yang akan datang. Selain itu, start-up baru yang baru ingin masuk untuk bersaing juga pasti akan kesulitan jika terus menerapkan strategi ini. Pada akhirnya hanya perusahaan besar saja yang akan bertahan.
Kesimpulannya, strategi burning money ini bukanlah strategi terbaik karena keuntungan yang diperoleh tidak sebanding dengan kerugiannya. Selain bisa menghilangkan investor, para konsumenpun belum tentu akan tetap setia kepada perusahaan jika suatu saat perusahaan berhenti memberikan promo serta cashback.
ADVERTISEMENT
Akan lebih baik jika perusahaan berfokus untuk memberikan kenyamanan pada konsumen yang menggunakan aplikasi. Seperti membenahi software dan error yang terjadi di aplikasi agar konsumen lebih mudah menggunakannya atau merekrut para driver yang mempunyai kredibilitas yang baik agar konsumen yang menggunakan aplikasi bisa mempunyai rasa aman dan nyaman. Walau mungkin pertumbuhan yang terjadi tidak secepat menggunakan strategi burning money, tetapi pendapatan dan pertumbuhan yang dimiliki perusahaan akan lebih stabil. Selain itu, tingkat resiko kegagalan yang akan dihadapi di masa depan juga lebih minim.