Konten dari Pengguna

Kebangkitan Sepak Bola Putri Indonesia dan Manifestasi Perjuangan RA. Kartini

Satia Chandra Wiguna
Bhakti Olahraga - Djarum Foundation
18 April 2025 13:12 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Satia Chandra Wiguna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejumlah pesepak bola Timnas putri Indonesia berlatih saat pemusatan latihan (TC) di Lapangan ABC, Senayan, Jakarta, Rabu (22/5/2024). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pesepak bola Timnas putri Indonesia berlatih saat pemusatan latihan (TC) di Lapangan ABC, Senayan, Jakarta, Rabu (22/5/2024). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Indonesia adalah negara yang memiliki sejarah panjang dan dipenuhi oleh kisah-kisah perjuangan perempuan—perempuan yang tidak hanya berperang dengan senjata, tetapi juga berjuang dengan sikap, gagasan dan pemikiran. Salah satu tokoh besar perempuan yang mewakili semangat itu adalah Raden Ajeng Kartini, yang dikenal sebagai pionir emansipasi perempuan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
RA. Kartini tidak hanya memperjuangkan hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan, akan tetapi juga menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesetaraan dalam segala aspek kehidupan. RA. Kartini mengajarkan bahwa emansipasi perempuan haruslah melibatkan pemberdayaan di semua sektor—tidak terkecuali di dunia olahraga, terutama sepak bola putri Indonesia yang kini tengah bangkit.

Dari Kartini Hingga Sepak Bola Putri

Tanggal 21 April, dikenal sebagai Hari Kartini, bukan hanya sekadar peringatan dan perayaan untuk mengenang perjuangan seorang wanita melawan ketidakadilan gender, tetapi juga sebagai pengingat bahwa perjuangan RA. Kartini belum selesai bahkan terus berlanjut hingga saat ini. Perjuangan dilakukan dalam upaya untuk mengangkat perempuan ke posisi yang setara dengan laki-laki di berbagai sektor dan aspek kehidupan—baik di dunia pendidikan, ekonomi, hingga ke olahraga.
ADVERTISEMENT
Namun, meskipun RA. Kartini telah membuka banyak pintu kesempatan untuk perempuan Indonesia, ada satu ruang yang hingga kini masih terhalang oleh pandangan tradisional yaitu sepak bola. Karena olahraga ini identik dengan kekuatan fisik dan kompetisi tingkat tinggi, dimana masih dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai ruang untuk kaum laki-laki. Di beberapa daerah di Indonesia, bahkan di sekolah-sekolah, sepak bola putri masih dianggap tabu, menunjukkan seolah-olah perempuan tidak memiliki ruang untuk mengeksplorasi potensi mereka khususnya di cabang olahraga ini. Padahal dalam agama Islam pun, tidak ada larangan yang spesifik terkait olah raga ini.
Jika kita menengok lebih jauh dan kembali mengingat sejarah, RA. Kartini sendiri pernah menulis pernyataan, “Habis gelap terbitlah terang”, artinya, meskipun saat ini ada banyak hal yang masih membatasi ruang gerak perempuan di Indonesia, ada secercah harapan yang kini semakin terang di dunia sepak bola putri. Dengan segala keterbatasan, tren sepak bola putri Indonesia saat ini mulai menunjukkan kemajuan, meskipun jalan panjang dan penuh tantangan masih terbentang di depan.
ADVERTISEMENT

Meningkatnya Prestasi Sepak Bola Putri Indonesia

Kapten Timnas Putri Indonesia Viny Silfianus (tengah) berfoto bersama rekan setimnya Reva Octaviani (kanan) dan penjaga gawang Laita Roati (kiri) setibanya dari Laos di Terminal VIP Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (6/12/2024). Foto: Muhammad Iqbal/ANTARA FOTO
Perempuan Indonesia kini semakin banyak yang menunjukkan prestasi luar biasa di dunia olahraga, tak terkecuali di cabang olahraga sepak bola. Rangkaian pertandingan dan kemenangan yang dilalui tim sepak bola putri Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, termasuk kompetisi yang telah mulai dilaksanakan seperti Pertiwi Cup Usia 14 dan 16 dan juga keikutsertaan beberapa perwakilan tim dari Indonesia di ajang internasional seperti turnamen Junior Soccer School and League (JSSL) di Singapura pada 17-20 April 2025, semakin menunjukkan bahwa sepak bola putri Indonesia sedang dalam jalur kebangkitan.
Meskipun sudah ada kemajuan, perjalanan sepak bola putri di Indonesia masih dipenuhi ujian, salah satunya adalah keterbatasan infrastruktur, kurangnya kompetisi berkelanjutan, dan kurangnya dukungan dari berbagai pihak—termasuk dari pemerintah, federasi sepak bola nasional, kemitraan swasta, Masyarakat luas dan media. Liga Sepak Bola Putri Indonesia, yang sempat menggeliat sejak 2017, harus berhenti pada tahun 2019 akibat dampak pandemi Covid-19. Tidak adanya kompetisi yang berkelanjutan menghambat perkembangan lebih lanjut dari ekosistem sepak bola putri di tanah air.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, seperti yang dikatakan oleh RA. Kartini dalam suratnya kepada Stella, “Hanya wanita yang berhati mulia yang sanggup menggenggam dan mendidik anak-anak bangsa”, pernyataan tersebut menggambarkan bahwa perempuan memiliki potensi luar biasa yang bisa melahirkan perubahan besar—dalam keluarga, masyarakat, bahkan negara. Sama halnya dengan sepak bola, melalui olahraga ini, perempuan dapat mengasah karakter, membangun mental yang kuat, serta berkompetisi di level tertinggi.

Perjuangan Kartini Dalam Dunia Olahraga

RA. Kartini tidak pernah menyerah untuk berjuang demi perempuan, dan kita harus melanjutkan perjuangan itu di dunia yang lebih luas. Sebagaimana RA. Kartini membuka jalan bagi pendidikan perempuan, kita juga harus membuka jalan bagi perempuan di dunia olahraga, termasuk sepak bola. Dalam perspektif yang lebih luas, olahraga seperti sepak bola juga berdampak positif pada kecerdasan kognitif dan emosional perempuan. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa olahraga dapat meningkatkan kemampuan otak dalam berpikir cepat, fokus, serta membangun kerja sama tim—semua kualitas yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia kerja. Dengan demikian, sepak bola tidak hanya membentuk tubuh yang sehat, tetapi juga meningkatkan kualitas diri perempuan dalam berbagai aspek.
ADVERTISEMENT
Ketika perempuan diberikan ruang untuk bermain sepak bola, mereka bukan hanya berkompetisi di lapangan, tetapi juga mengajarkan kepada kita bahwa kesetaraan sejati terletak pada kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang. Inilah yang sesungguhnya diperjuangankan RA. Kartini, bahwa perempuan dan laki-laki berhak untuk berdampingan dan bersaing secara sehat dalam segala bidang.

Peran Penting Dukungan Masyarakat

Di tengah euforia sepak bola yang kini tengah melanda Indonesia, saatnya untuk menoleh pada sepak bola putri. Kini adalah momentum yang tepat untuk menumbuhkan kembali Liga Sepak Bola Putri dan memberi mereka ruang yang layak di panggung sepak bola Indonesia. Dengan dukungan yang lebih besar dari pemerintah, federasi sepak bola nasional, klub sepak bola, kemitraan swasta, Masyarakat dan media, sepak bola putri Indonesia berpotensi untuk berkembang pesat, bahkan berkompetisi di tingkat internasional.
ADVERTISEMENT
Saatnya kita retaskan tabu seperti apa yang diperjuangkan Kartini. Isu murahan yang selalu didaur ulang jangan sampai menghentikan mimpi dan perjuangan anak-anak putri yang memiliki keinginan dan kemampuan dalam sepak bola. Jangan sampai ruang kreativitas dan prestasi mereka hilang. Di sini, masyarakat memiliki tanggung jawab untuk memberi ruang kesetaraan terhadap anak-anak putri yang ingin berprestasi di sepak bola.
Kita tidak hanya mengenang Kartini sebagai pahlawan yang memperjuangkan hak perempuan untuk pendidikan. Lebih dari itu, kita harus mengangkatnya sebagai simbol bahwa perempuan berhak berada di setiap ruang—baik itu di meja pendidikan, di dunia kerja, maupun di lapangan sepak bola. Karena seperti yang pernah dikatakan oleh Kartini, “Tutuplah pintu pada kebodohan, maka akan terbuka pintu menuju kemajuan yang lebih baik”. Sudah saatnya perempuan Indonesia berhasil mengukir prestasi di sepak bola, kita akan melihat bahwa emansipasi yang diperjuangkan oleh RA. Kartini bukanlah sekadar sebuah impian, melainkan sebuah kenyataan yang semakin terwujud.
ADVERTISEMENT