news-card-video
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Ritual Nyelamet Dowong, Cara Masyarakat Denggen Rawat Warisan Budaya Leluhur

Dedy Satriawan
Wartawan media lokal ArsipNTB.com
4 Februari 2025 14:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dedy Satriawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rombongan berbaris menuju makam leluhur sembari membawa dulang. foto: Dedy S
zoom-in-whitePerbesar
Rombongan berbaris menuju makam leluhur sembari membawa dulang. foto: Dedy S
ADVERTISEMENT
Suku Sasak di Pulau Lombok memiliki banyak tradisi yang belum dikenal publik. Salah satunya adalah tradisi Nyelamet Dowong yang ada di Kelurahan Denggen, Kecamatan Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).
ADVERTISEMENT
Nyelamet dalam bahasa Sasak artinya syukuran. Sedangkan Dowong berarti tanaman padi. Nyelamet Dowong secara harafiah bermakna sukuran karena padi yang ditanam tumbuh dengan baik dan terhindar dari hama penyakit.
Ritual ini dilaksanakan di awal musim tanam padi. Prosesinya cukup panjang, karena dilaksanakan secara bertahap selama empat hari.
Dimulai pada hari Jumat, masyarakat bergotong royong membersihkan makam leluhur di komplek pemakaman Maronggek.
Selanjutnya, di hari minggu dilakukan pemotongan ayam yang darahnya ditadah dengan daun bambu. Daun bambu yang terkena darah ayam ini diletakan di tengah sawah sebagai penangkal hama. Dipercaya, hama akan hinggap hanya pada daun bambu karena terfokus pada bau amis darah ayam. Sehingga hama tidak akan menyerang tanaman padi.
ADVERTISEMENT
Hari Minggu itu juga, tokoh adat bersama-sama masyarakat mengambil air yang disucikan di sumber mata air Mertak Sari. Air tersebut akan dibawa pada puncak ritual Nyelamet Dowong pada hari Senin.
Prosesi puncak pelaksanaan Nyelamet Dowong ini harus dilaksanakan pada hari senin. Sebab telah disepakati secara turun temurun untuk dilaksanakan pada hari dilahirkannya Nabi Muhammad SAW.
Iring-iringan dulang menuju makam. Foto: Dedy S
Puncak perayaan ritual ini juga dimeriahkan oleh ibu-ibu yang konvoi membawa dulang dari masjid ke makam Maronggek. Dulang adalah sebutan untuk sajian makanan yang diisi dalam sebuah wadah yang terbuat dari kuningan. Spesialnya, dulang tersebut disajikan dengan tutup saji berwarna merah yang disebut masyarakat Lombok dengan nama Tembolak Beak.
Ibu-ibu pembawa dulang. foto: Sanusi
Puluhan dulang disiapkan untuk masyarakat. foto: Dedy S
Pada hari itu juga, masyarakat membawa air yang telah diambil dari sumber mata air Mertak Sari. Air tersebut akan diletakkan melingkari makam leluhur. Usai zikir dan doa bersama, barulah air tersebut akan diambil kembali. Untuk kemudian akan disiramkan pada lahan persawahan dengan harapan agar tanaman padi tumbuh subur.
Air suci diletakkan mengitari makam leluhur. foto: Dedy S
Meskipun saat ini masyarakat Denggen telah menerapkan pola pertanian modern, namun tradisi ini tetap digelar sebagai penghargaan pada warisan budaya leluhur. Dalam setiap pelaksanannya, sesepuh adat tetap menyampaikan makna filosofis dan nilai luhur yang terkandung dalam setiap rangkaian ritual.
ADVERTISEMENT
Seperti nilai luhur yang terkandung dalam prosesi pengambilan air contohnya. Dengan adanya tradisi ini, masyarakat tetap merawat sumber mata air Mertak Sari karena setiap tahun dibutuhkan sebagai syarat lengkapnya gelaran ritual adat Nyelamet Dowong.