Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menyulap Desa Tanon Jadi Destinasi Wisata Ternama
6 Januari 2017 11:49 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
Tulisan dari Astra International tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lahir di dusun terpencil di Jawa Tengah tidak membuat Trisno, penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2015 kategori lingkungan, berkecil hati. Trisno lahir di Dusun Tanon, Semarang, 12 Oktober 1981. Dusun ini terletak di kaki Gunung Telomoyo, Desa Ngrawan, Kecamatan Gesatan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Jaraknya yang cukup jauh dari peradaban membuat tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat yang rendah. Akibatnya mereka hidup miskin dan kumuh. Bahkan, penduduk di dusun tetangga Tanon enggan mempunyai suami atau istri dari penduduk Dusun Tanon.
Hal ini memotivasi Trisno untuk mengubah nasib Dusun Tanon yang dihuni 37 kepala keluarga dan 157 jiwa ini. Trisno terpacu untuk belajar, bahkan ia menjadi pemuda pertama di kampungnya yang berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana. Setelah menamatkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta jurusan Sosiologi, Trisno pun bertekad untuk kembali ke kampungnya dan mengubah nasib warga Dusun Tanon agar tidak terpencil lagi dan dikenal banyak orang.
Yang dilakukan Trisno saat itu adalah memfokuskan Dusun Tanon menjadi desa wisata. "Menggerakkan masyarakat dengan budaya adalah cara yang tepat, karena ternyata faktor kebudayan juga bisa jadi daya tarik," ujarnya di hadapan 120 wartawan muda dalam acara Kumparan Onboarding yang menghadirkan anak muda yang kreatif dan inspiratif. Trisno pun berinisiatif membuat Dusun Tanon dikenal sebagai "Desa Menari".
ADVERTISEMENT
Mereka yang berkunjung ke Desa Menari akan dihibur dengan berbagai macam pertunjukan seni tari, seperti tari Topeng Ayu, Kuda Debog, Kuda Kiprah dan Warok Kreasi. Tarian ini dibawakan mulai dari anak-anak hingga orang tua, semuanya warga asli Dusun Tanon. Selain tarian, pengunjung Dusun Tanon juga dihibur dengan permainan rakyat tradisional, serta menjajal pengalaman sebagai petani atau peternak sapi perah.
"Saat ini sudah ada 114 orang yang terlibat aktif dalam pembangunan desa wisata ini. Kami juga sudah mulai mengajarkan bahasa Inggris pada penduduk desa, agar lebih fasih terutama saat menerima turis dari Singapura dan Filipina," tutur Trisno. Nama Dusun Tanon pun tidak asing lagi di kalangan wisatawan yang berkunjung ke Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2009, dalam tiga tahun desa wisata ini sudah menghasilkan Rp250 juta. Jumlah ini belum termasuk pendapatan perorangan dari hasil penjualan produk penduduk desa. Trisno berharap desa wisata ini akan terus berjalan, terutama dengan membuat semakin banyak kegiatan wisata yang bisa dinikmati turis sekaligus memberdayakan potensi yang dimiliki warga Dusun Tanon.
"Harapan saya, semoga pemuda Dusun Tanon tidak lagi menjadi buruh di tempat lain, tetapi bisa membangun kampungnya sendiri," ujarnya.