Konten dari Pengguna

Keunggulan Permainan Tradisional untuk Pemulihan Trauma pada Anak-Anak

Satya Gayatri
Dosen Sastra MInangkabau Unand
4 Oktober 2024 10:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Satya Gayatri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak bermain permainan Tradisional. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak bermain permainan Tradisional. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bulan Mei tahun 2024, Sumatra Barat mendapat musibah berupa lahar dingin dari Gunung Merapi. Daerah terkena bencana terutama berada di sekitar aliran lahar dingin yaitu di kabupaten Agam, Tanah Datar, Padang Panjang, dan Kabupaten Padang Pariaman. Bencana banjir lahar dingin ini disebut juga oleh masyarakat setempat dengan galodo. Mereka yang terkena galodo berusaha untuk bangkit, meskipun masih dihantui oleh rasa takut jika datang kembali lahar dingin.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 7 September 2024, tim pengabdian Universitas Andalas melakukan kegiatan untuk memulihkan trauma (trauma healing) kepada anak anak di daerah bencana tersebut. Kegiatan dipusatkan di nagari Parambahan, kecamatan Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Kegiatan pemulihan trauma dalam bentuk perlombaan permainan tradisional Minangkabau.
Di sela-sela kegiatan perlombaan kami berikan pertanyaan kepada beberapa orang anak. Apakah mereka masih merasa trauma dengan musibah yang menimpa daerahnya? Ternyata, masih ada anak-anak di sana merasa takut, cemas, dan trauma terhadap bencana galodo. Oleh sebab itu, menghilangkan atau mengurangi rasa trauma itu peranan orang tua, guru, masyarakat, dan relawan sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi agar traumanya tidak berlanjut.
Namun, dari pengamatan waktu mereka bermain serta informasi dari guru secara umum, mereka sudah nyaman, santai, dan bisa bergembira bermain. Terlihat anak-anak sudah mulai melupakan musibah beberapa bulan yang lalu.
ADVERTISEMENT
Beberapa pendapat mengungkapkan bahwa terapi bermain cukup efektif menurunkan stress. Bermain diberikan merupakan cara atau proses terapi agar mudah melihat ekspresi alami dari seorang anak, mengingat ada anak yang tidak bisa mengungkapkan rasa ketakutan, kecemasan, dan kegalauan hatinya secara verbal. Oleh sebab itu, terapi bermain salah satu cara yang dapat menghilangkan beberapa permasalahan kecemasan, keterbatasan, hambatan dalam diri, frustrasi serta masalah pada emosi untuk mengubah tingkah laku anak dari yang kurang sesuai menjadi kepribadian yang lebih baik dan terkontrol. Dengan bermain anak-anak lebih kooperatif dan bisa mudah diajak kerja sama sehingga kegiatan bermain tidak dirasakan sebagai terapi untuk dirinya.
Dalam permainan tradisional, kerja sama dituntut mulai untuk mendapatkan alat, saat, dan setelah bermain. Peralatan permainan yang bersifat sederhana mendorong anak-anak kreatif dan mandiri agar peralatan yang tidak berguna bisa dijadikan sebagai alat untuk bermain. Di lokasi bencana, keadaan serba darurat, minim sarana, dan arena bermain yang telah porak-poranda membuat anak-anak kehilangan tempat bermain.
Photo permainan Pacu Upiah yang salah satu pemain tangannya cacat. Photo diambil dari koleksi pribadi
Oleh sebab itu, permainan tradisional merupakan salah satu alternatif dijadikan solusi terapi karena alatnya mudah didapatkan, murah biaya, dan anak-anak dituntut bekerja sama membuat alat permainan. Seharusnya mengurangi trauma anak-anak dilakukan lewat permainan tradisional, bukan dengan permainan modern seperti yang umumnya dilakukan oleh dinas sosial atau lembaga swadaya masyarakat lainnya yang banyak muncul setelah terjadinya bencana.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh yang telah tim pengabdian Universitas Andalas lakukan adalah bermain dengan menggunakan pelepah daun pinang yang sudah tua. Masyarakat Minangkabau menamakan permainan itu dengan nama Pacu Upiah. Permainan ini hanya menggunakan pelapah daun pinang sebagai alat permainan dan tidak dibeli. Mereka memanfaatkan benda yang tidak berguna agar bisa bergembira dan bekerjasama. Mereka dalam perlombaan akan mengatur strategi siapa yang harusnya menarik upiah dan yang duduk untuk ditarik. Jika mereka tidak berstrategi maka akan terjadi kesalahan fatal sehingga kalah dalam permainan. Kalau temannya yang ditarik duduk di daun pelepah memiliki bobot badan yang berat maka yang menarik akan kewalahan, tetapi jika bobot badannya kecil maka akan mudah menariknya.
Ternyata bukan hanya persoalan berat badan yang harus mereka siasati, tetapi juga persoalan fisik terutama kalua ada temannya yang bertubuh cacat. Teman yang cacat akan ditempatkan sesuai dengan keterbatasan fisiknya. Hal ini kami temukan waktu mengadakan perlombaan untuk mengatasi trauma anak-anak sekolah dasar di Rambatan Kecamatan Limo Kaum, Kabupaten Tanah Datar. Ada salah seorang dari pengikut lomba yang memiliki tangan sebelah kanan cacat. Jelas anak itu tidak mungkin dijadikan untuk menarik pelepah daun pinang, tetapi bisa diajak dalam perlombaan sesuai dengan kondisi fisiknya. Oleh sebab itu, tim tersebut bisa menang perlombaan itu.
ADVERTISEMENT