Konten dari Pengguna

Model Melestarikan Permainan Tradisional untuk Pengajaran

Satya Gayatri
Dosen Sastra MInangkabau Unand
20 Oktober 2024 12:13 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Satya Gayatri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kemajuan teknologi telah berdampak kepada gaya hidup kelompok masyarakat termasuk dalam kehidupan anak-anak. Bermacam-macam game dari gadjet membuat anak-anak sekarang hampir tidak kenal dengan permainan tradisional. Tambah lagi lembaga pendidikan di Sumatra Barat umumnya tidak mengajarkan permainan tradisional. Sangat ironis jika hasil budaya lokal itu hilang dan tidak dimainkan lagi oleh anak-anak. Nilai-nilai dalam permainan diantaranya menampilkan kebersamaan, kerjasama, kreatifitas, efisien, dan kebugaran fisik. Walaupun mempunyai nilai-nilai positif untuk dikembangkan dan pertahankan, namun permainan ini tersingkir oleh perkembangan teknologi dan gaya hidup anak-anak sekarang. Animo anak-anak untuk melaksanakan permainan tradisional menurun dan lebih antusias menghabiskan waktunya dengan permainan digital.
ADVERTISEMENT
Kalau ada diantara anak-anak masih mengenal dan melaksanakan permainan tradisional tidak diperolehnya dari pendidikan formal. Mereka kenal permainan itu dari lingkungan di luar bangku sekolah, mungkin dari teman-teman atau dari kakaknya. Permainan tradisional mereka peroleh bukan dari arahan atau bimbingan guru seperti mata pelajaran olah raga. Keadaan seperti itu telah sampai ke pedesaan. Dari pengamatan dan wawancara yang dilakukan di beberapa sekolah di pedesaan, para guru menyatakan bahwa untuk pelajaran olah raga diambil dari kurikulum yang telah diedarkan dari pusat. Mereka tidak mengambil materi dari permainan tradisional yang ada di masyarakat. Padahal permainan tradisional mengandung nilai-nilai yang positif dan baik dilestarikan.
Kelebihan dan keunggulan dalam permainan tradisional diantaranya mengambil benda yang tidak berguna atau benda yang sederhana untuk alat bermain. Mereka tidak harus mengeluarkan uang untuk membeli alat tersebut dan mengajak anak tidak komsumtif. Selain itu, anak-anak juga dituntut kreatif menggunakan barang yang ada di lingkungan dan mudah diperoleh untuk alat bermain. Tidak kalah pentingnya nilai-nilai dalam permainan tradisional yaitu menciptakan kerjasama antar anak-anak mulai dari mencari atau menyiapkan peralatan permainan sampai selesai.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh nilai-nilai yang terkandung pada permainan tradisional Minangkabau yaitu permainan galah. Permainan ini terdapat di berbagai wilayah Minangkabau yang dinamakan juga permainan cakbur. Mereka yang ikut bermain menciptakan arena permainan terlebih dahulu. Arena dibuat sesuai kesepakatan antara pemain yang bertubuh besar dan yang mempunyai badan yang kecil karena panjang depa tangannya berbeda. Waktu itu terjadi perdebatan dan diskusi diantara pemain. Setelah didapatkan kesepakatan antara pemain maka dibuatlah arena untuk permainan tersebut.
Persiapan alat untuk bermain sepak tekong juga dituntut kerjasama sebelum permainan berlangsung. Mereka harus menciptakan alat yang dijadikan sebagai penanda atau benteng untuk dijaga dalam permainan. Alat yang lazim digunakan dibuat dari kaleng susu bekas yang diisi dengan beberapa butir batu kerekel supaya mengeluarkan bunyi. Alat itu diletakkan di suatu tempat yang disepakati dan diketahui oleh kedua grup. Kaleng diibaratkan arena benteng yang tidak boleh dipindahkan. Permainan ini juga dituntut kejujuran. Waktu lawan pergi mencari tempat persembunyiannya maka yang menjaga benteng tidak boleh melihat dimana lawan bersembunyi. Demikian banyak nilai-nilai dalam permainan tradisional yang seharusnya diajarkan, diperkenalkan kembali di dunia pendidikan karena nilai-nilai tersebut mungkin tidak ditemui dalam permainan modern. Oleh sebab itu, perlu ada model pembelajaran agar permainan tradisional tetap dikenalnya.
ADVERTISEMENT
Di Sumatra Barat, sudah kembali timbul kesadaran untuk mengajarkan nilai-nilai budaya lokal yaitu budaya Minangkabau. Pemerintah daerah telah mengeluarkan Peraturan Gubernur Propinsi Sumatra Barat No. 36 Tahun 2022 tentang Tata Cara Pelaksanaan dan Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal. Dalam peraturan itu juga telah dilampirkan kurikulumnya dimana salah satu fase yaitu fase A peserta didik diajarkan atau dikenalkan dengan materi permainan dalam budaya Minangkabau. Mengingat masyarakat termasuk anak-anak sudah banyak meninggalkan permainan ini maka harus dicarikan model permainan yang ditawarkan.
Model untuk pengajaran dengan materi permainan tradisional dengan cara memperkenalkan kepada anak-anak video permainan yang tidak diketahui lagi. Video yang ditampilkan dimulai dari mempersiapkan peralatan yang diperlukan dalam permainan. Jika alat tersebut dibuat terlebih dahulu maka ditayangkan juga acara membuatnya. Kemudian baru ditampilkan cara melaksanakan permainan tersebut. Hal ini bertujuan agar anak-anak bukan hanya bisa memainkan saja, tetapi juga harus paham dengan proses dan pandai membuat peralatan permainan tersebut. Jika model itu ditayangkan kepada anak-anak maka mereka bisa melaksanakan, mengadakan, meniru, video yang telah ditonton sehingga mengajarkan anak mandiri dan tidak mencontohkan anak-anak bermain dengan peralatan yang dibeli.
ADVERTISEMENT
Anak-anak sedang bermain menggunakan alat dari stik es yang bekas. Photo diambil dari koleksi pribadi