Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ulang Tahun Berulang
10 Januari 2022 11:35 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Saufi Ginting tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengingat ulang tahun dari tanggal kelahiran adalah perkara spesial. Apalah lagi sebagai orang tua, mencatatkan tanggal kelahiran anak menjadi kebahagiaan yang tak dapat digantikan. Apakah dicatat secara langsung di media sosial pasca kelahiran, hingga akan dapat dilihat oleh para teman, atau pada rekaman hingga akan menjadi ingatan pada tahun-tahun mendatang. Menjadi momen yang tak terlupakan.
ADVERTISEMENT
Di masa kelahiranku, untuk mengingat tanggal lahir saat mengisi formulir pendaftaran sekolah, emak harus membuka arsip akta kelahiran. Itupun tersimpan dengan baik dan rapi dalam lemari. Beliau menjaganya sepenuh hati, sebab itulah harta terbaik untuk anak-anaknya. Penyimpanan arsip itu, terlampir pula catatan lama. Catatan tanggal kelahiran kami semua, baik jam, hari, tanggal miladiyah dan tanggal hijriah.
Rusuhnya, khusus catatanku, saat hendak mengisi formulir sekolah adik, aku turut serta melihat-lihatnya, tertemukan tanggal lahirku berbeda dari yang dicatatkan emak dengan akte lahir yang dikeluarkan negara. Tanggal 17 di akta, tanggal 27 di catatan. Kok bisa begini, mak? Tanyaku. Tulisan tangan emak jelek, jadi mereka (petugas) salah buat, kata mamak. Tapi karena ini catatan negara, maka akupun dianggap lahir pada tanggal 17. Itu saja. Ah, tak apa, yang penting emak tetap spesial menuliskan catatan kelahiran kami dalam kertas usang yang menjadi harta karun tak ternilai harganya.
ADVERTISEMENT
Uniknya, bila tak melihat pada dokumen negara punya emak berupa kartu tanda penduduk (KTP), maka aku tak pernah ingat kapan ulang tahun emakku, pun demikian dengan ulang tahun almarhum ayah. Sebab dalam kisah perjalanan keluarga kami, tak pernah terjadi perayaan apapun saat mengulang tanggal kelahiran. Semua berjalan biasa saja. Tak ada yang spesial. Aku, abang, kakak, dan adik-adik tak pernah saling mengingat tanggal lahir. Kapan mereka terlahir dari rahim Emak. Tak pernah sama sekali terucap, 'hari ini ulang tahun kakak, mari kita bersyukur kepada Allah. Mari kita rayakan'. Tak ada itu. Mungkin, tradisi itu tak ada dalam kebiasaan atok dan nenek, sehingga tak pernah dilakukan pula oleh ayah dan emakku.
ADVERTISEMENT
Pada masa kini, peringatan ulang tahun yang kemudian harus dirayakan oleh anak-anak, kami kenal di lingkungan sekolah. Ada saja emak dan ayah memiliki kondisi kebaikan ekonomi, saat ulang tahun, membawa makanan dan hadiah di kelas untuk teman anak-anaknya dan para guru, kemudian diiringi lagu ‘wajib’ dan mematikan lilinnya.
Aku jadi teringat tentang fakta di sekolah masa SMP dulu. Tanggal kelahiran yang tak pernah kuingat-ingat itu, spesial bagi adik kelas. Sebagai ketua OSIS yang sedang berulang tahun diberikan kado kaset N’Sync. Penyanyi dari luar negeri yang populer pada masanya. Entahlah, padahal aku sama sekali tak punya pemutar kasetnya. Haha.
Saat SMK, kudapatkan hadiah dari teman-teman pula. Kubuka isinya 2 buah singlet. Aku tersenyum. Memang sudah beberapa kali ke sekolah, aku memakai singlet yang koyak belakangnya. Jadi rupanya baju kemeja putih ku membayang, nampaklah kalau singlet yang kupakai koyak. Menurut mereka sebagai ketua kelas yang tertampan seantero sekolah, penting dan spesial memberikan aku kado saat ulang tahun. Padahal, perkara-perkara ini kuingat, karena memang tak setiap tahun aku mendapatkan hadiah. Tetap saja, aku tak pernah membalas hadiah-hadiah itu. Dan tak pula pernah tanya ulang tahun mereka kapan. Penyebabnya adalah: aku kere. Haha.
ADVERTISEMENT
Saat mengajar, hadiah yang tak kusangka hadir dari kawan guru, dari si mbak yang ulang tahunnya di bulan dan tanggal yang tak jauh dari aku, meski beda tahun. Aku dihadiahkan kaset grup band Nidji. Jadi kerasukan lagu-lagi si Nidji itu aku, dulu. Masa ini aku sudah punya pemutar kaset sendiri, hasil restorasi praktik baik kawan dalam mengotak-atik pemutar kaset yang sudah rusak. Namun, sekali lagi, aku tak pernah membalas. Kere. Meski aku sudah lama tak di sekolah itu, hingga saat ini aku dan istriku sangat dekat si Mbak. Wanita tegar yang selalu menginspirasi banyak orang.
Namun, sesepesial apa pun ulang tahun yang pernah kusebutkan termasuk perkara kelahiran anak-anak, ulang tahun yang paling sakti adalah bagiku adalah ulang tahun pernikahan. Sebab, mengingat peristiwa awal untuk menikah menjadi suatu ritual untuk menjaga perasaan cinta dan kesetiaan. Sejak menjabat penghulu di Timbang Langsa, dan dinyatakan sah, adalah pertanda bahwa cintaku sedang bermekaran, wangi, dan menyebarkan kebahagian kepada siapa pun. Perkara ini harus terus kujaga. Sebab tak boleh tergerus di tengah jalan. Apakah setahun sekali saja? Tentu tidak. Momen mengenang adalah cara merawat agar tetap tak luput dari alfa. Betapa cinta penuh perjuangan.
ADVERTISEMENT
Begitulah perkara ulang tahun ini. Uniknya, hingga kutuliskan catatan ini, akupun masih tak mengingat kapan tanggal kelahiran emakku. Alamak. Bukan berarti tak cinta, tapi itulah ingatan masa lalu yang terbiasa tak mengingat dan merayakannya. Duhaai.
Hanya karena sebagai orang tua yang sesekali harus dituntut kekinian, setiap para tanggal itu datang, kami pun menjadi turut mengingatnya. Dengan memakan makanan di rumah saja. Makanan yang aku masakkan spesial untuk ulang tahun anak-anak dan istri. Entah nasi goreng, mi goreng, atau apa saja. Tak ada pesta besar, tak pula dengan bolu dan lilin di atasnya. Tak pernah sama sekali. Anak-anak pun santai saja. Tak ada tuntutan harus seperti teman-temannya.
Sebagaimana aku, yang tak pernah mengingat kapan emakku lahir, aku tak akan pernah khawatir, anak-anakku selalu spesial di mata kami. Meski kelak tak ada lagi ingatan kapan emak dan ayahmu berulang tahun.
ADVERTISEMENT