Atom Boy dan Revolusi Industri Keempat

Saud Ringo
We only see what our eyes wanted to see, that most of the times dictated by the society.
Konten dari Pengguna
14 Juli 2018 2:54 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Saud Ringo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Atom Boy dan Revolusi Industri Keempat
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Foto: Ilustrasi Astro Boy (twitter.com/@FinLuebbers)
Seberapa riskan pekerjaan anda diambil alih oleh robot/mesin? Cara mudah mengetahuinya adalah melalui laman berikut: https://willrobotstakemyjob.com. Semakin besar persentase yang dimunculkan, maka semakin tinggi risiko kehilangan periuk nasi. Untung saja pekerjaan penulis sebagai diplomat ternyata tidak diklasifikasikan dalam sistem pengecekan tersebut.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan semacam ini adalah salah satu penanda datangnya era Revolusi Industri Keempat, Industri 4.0 (Klaus Schwab, 2017) atau Second Machine Age (Brynjolfsson & McAfee). Jargon-jargon yang tengah trending tersebut umumnya mengacu pada proses pergeseran industri yang ditengarai juga berdampak nyata pada kehidupan manusia pada umumnya. Arus otomatisasi dan pemanfaatan big data secara masif melalui peran kecerdasan buatan (artificial intelligence) dalam bentuk asisten virtual (siri, cortana, alexa, bixby) dan self-driving cars adalah wujudnya.
Atom Boy dan Revolusi Industri Keempat (1)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Dok. Pribadi
Sebagaimana di masa lampau, arus perubahan selalu menimbulkan friksi di masyarakat. Laporan McKinsey (2017) mengestimasikan bahwa 50 persen pekerjaan akan dapat diotomatisasikan pada 2055.
Ini ancaman nyata bagi berbagai pekerjaan manusia, semakin canggihnya kekuatan komputasi dan algoritma machine-learning di dunia. Pekerjaan repetitif dan memiliki skala hubungan/interaksi manusia yang minim akan menjadi sasaran awal otomatisasi.
Atom Boy dan Revolusi Industri Keempat (2)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Lalu apa yang harus kita, manusia lakukan menghadapi derasnya arus perubahan teknologi ini? Penulis mengajak untuk melihat ilustrasi dari manga legendaris, Atom Boy karangan Osamu Tezuka, bagaimana menghadapi situasi manusia dan mesin yang berhadap-hadapan.
Atom Boy: Suatu Ramalan Masa Depan
Atom boy dianggap sebagai manga pertama yang berupaya meramalkan masa depan dan mengangkat friksi antara manusia dengan mesin. Karya ini pertama kali terbit tahun 1951, atau 6 tahun setelah Perang Dunia II berakhir. Kepiawaian Osamu Tezuka menyusun Atom Boy tidak lepas dari kemampuannya membaca semangat zaman (zeitgeist) dicampur dengan ketertarikan pada teknologi.
Atom adalah nama yang terlintas begitu saja di kepala Osamu Tezuka ketika dikejar deadline oleh penerbit. Asosiasi nama ini jelas kepada dua bom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. Trauma dan kengeriannya terus membekas dan menghantui imaji masyarakat Jepang.
Atom Boy dan Revolusi Industri Keempat (3)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Ilustrasi Astro Boy (Youtube.com)
ADVERTISEMENT
Ini juga yang turut membentuk karakter Atom sebagai kecerdasan buatan bertenaga nuklir yang tidak henti-hentinya mengupayakan perdamaian meski harus bertaruh raga. Sang pengarang paham betul akan kengerian perang. Ia pun pernah nyaris tewas terkena bom yang dijatuhkan pesawat Sekutu pada saat bekerja di depo artileri tentara Jepang di Osaka, Agustus 1945.
Dalam jagat Atom Boy, peradabannya sudah sangat maju. Manusia mampu menciptakan robot menyerupai manusia, memiliki perasaan dan kesadaran sendiri. Meskipun sudah sangat menyerupai manusia, robot tidak diterima di semua kalangan. Ada nuansa ketakutan dan prasangka terhadap robot yang ingin menguasai manusia karena lebih kuat, pintar dan superior dalam banyak hal.
Selain itu, juga terdapat pandangan bahwa robot tidak lebih dari mesin atau bahkan alat sehingga tidak perlu dihargai. Sementara kaum robot, termasuk atom, merasa bahwa mereka memiliki ‘kesadaran’ dan ‘perasaan’, sehingga ingin diperlakukan lebih dari sekadar alat.
ADVERTISEMENT
Sifat pasifis Atom, oleh Osamu Tezuka dijadikan landasan untuk mengambil pendekatan bahwa manusia dapat dan harus hidup berdampingan dengan robot atau katakanlah kecerdasan buatan. Lebih daripada itu, Ia dapat menjadi katalisator kemajuan peradaban manusia itu sendiri.
Dalam berbagai kesempatan, Atom adalah menjadi jembatan perdamaian antara manusia dengan robot serta berbagai makhluk lainnya (seperti Alien). Edisi pertama manga tersebut tahun 1951 berjudul Duta Besar Atom (Atomu Taishi) mengisahkan perannya sebagai duta perdamaian/jembatan antara manusia dengan alien.
Perubahan: Alat yang Harus Manusia Kuasai
Kembali ke pertanyaan besar kita, lalu bagaimana?
Memang benar bahwa risiko beberapa lini pekerjaan digantikan oleh kecerdasan buatan/robot sudah cukup nyata. McKinsey sendiri menyebut untuk saat ini pengaruh otomatisasi masih sangat minim yaitu 5 persen maksimal pengaruhnya terhadap pekerjaan manusia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kita juga harus melihat bahwa trajektori perkembangan teknologi tidak selamanya linear. Ia bergantung pada banyak faktor, tidak semata pada kegigihan kaum pandai terdidik di laboratorium. Dukungan pemerintah, faktor keekonomian pengembangan teknologi adalah hal-hal lain yang patut diperhatikan.
Poin utama yang perlu digarisbawahi di sini adalah kecerdasan buatan masih jauh dari mampu untuk mengikuti kompleksitas berpikir manusia.
Meskipun ia memiliki kecepatan komputasi yang luar biasa dengan akurasi nyaris sempurna dan mampu bekerja tanpa letih, namun demikian aplikasi kecerdasan artifisial ini masih terbatas pada tugas-tugas spesifik seiring dengan pemrograman dan algoritma yang diberikan.
Robot SoftBank Robotics. (Foto: SoftBank Robotics)
zoom-in-whitePerbesar
Robot SoftBank Robotics. (Foto: SoftBank Robotics)
Bagaimana dengan manusia? Dalam salah satu laman disebutkan otak manusia sangat efisien dalam penggunaan energi, yaitu hanya sekitar 25 watt. Bandingkan dengan super computer seperti IBM Summit atau Fujitsu K, Computer yang butuh energi sangat besar.
ADVERTISEMENT
Dibandingkan dengan komputer saat ini, manusia memiliki kemampuan mempelajari banyak keahlian sepanjang hidupnya, dan ini berlaku universal, siapapun bisa jika mencoba. Otak manusia mampu bekerja dan membagi perhatian secara simultan dan melakukan banyak hal dalam suatu kurun waktu.
Selain itu, satu hal yang khas adalah kreativitas dan spontanitas. Oleh beberapa pengamat hal ini disebut sulit direplikasi oleh kecerdasan buatan.
Dapat disepakati bahwa saat ini bayangan Osamu Tezuka akan masa depan ala Atom tampaknya masih jauh dari pencapaian. Bahkan pada tahun 2003, tahun yang disebutkan sebagai tahun kelahiran Atom, hanya memiliki segelintir robot, salah satunya adalah humanoid asimo.
Robot buatan Honda ini terkenal mampu mengikuti beberapa gerakan fisik manusia karena ia memiliki persendian yang dirancang cukup canggih untuk hal tersebut. Namun demikian, ini belum ada apa-apanya dibanding penggambaran kecerdasan para robot di dalam manga.
Atom Boy dan Revolusi Industri Keempat (5)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Sebagai penutup, penulis berharap mengenai pentingnya merancang pola pendidikan dan pelatihan keahlian untuk dapat beradaptasi dengan terus berkembangnya teknologi bagi masyarakat Indonesia. Ini tidak saja untuk belajar mengenal teknologi tapi lebih daripada itu, untuk terus berada di depan dan memimpin arah laju perubahan teknologi yang ada.
Kolaborasi manusia dengan mesin/teknologi adalah hal mutlak. Penulis yakin bahwa kecanggihan komputasi dan serta semakin majunya kecerdasan buatan akan berkontribusi positif bagi peningkatan taraf hidup manusia.
-fin-