Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Peran UEA dalam Mendukung Penggunaan Energi Terbarukan di Indonesia
13 April 2025 12:56 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Sayid Rajesh Ali Syaifi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
UEA mulai mendiversifikasi ekonomi mereka sebagai langkah mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, dengan melakukan investasi pada sektor energi terbarukan. UEA merupakan negara teluk pertama yang mengimplementasikan teknologi penangkapan karbon skala industri dan yang pertama menggunakan pembangkit tenaga nuklir melalui PLTN Barakah.
ADVERTISEMENT
Presiden UEA juga telah mencanangkan untuk berhenti melakukan ekspor barel minyak pada 2050. UEA mulai memposisikan dirinya sebagai pemimpin dalam penggunaan energi terbarukan. Dengan kapasitas terpasang sebesar 69 persen dari total energi terbarukan di Timur Tengah.
Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) telah lama menjalin hubungan diplomatik sejak tahun 1976. Indonesia dan UEA memiliki hubungan kerja sama sebagai mitra dagang dan investasi yang meliputi berbagai macam sektor. UEA sudah banyak melakukan Foreign Direct Investment (FDI) ke Indonesia di sektor-sektor seperti, Infrastruktur, Real Estate, dan Energi Terbarukan.
Kerja-Sama Indonesia-UEA dalam Energi Terbarukan
UEA telah lama menjadi mitra Indonesia dalam melakukan transisi ke energi terbarukan, karena menawarkan sumber daya keuangan dan keahlian teknologi yang dapat melengkapi.
ADVERTISEMENT
Kerja sama Indonesia-UEA dalam transisi ke energi terbarukan salah satunya adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya terapung Cirata, Jawa Barat. Proyek ini merupakan hasil kolaborasi yang diinisiasi pada tahun 2017 antara Perusahaan EBT Masdar dari UEA dengan PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) atau yang sekarang dikenal PT PLN Nusantara Power (PLN NP) dan menghasilkan PT PMSE (Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi). Adapun porsi kepemilikan saham dari PT PMSE terbagi menjadi 51% untuk PLN NP dan 49% untuk Masdar.
Proyek bernilai US$129 juta ini telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada November 2023 lalu. PLTS terapung Cirata ini akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dengan luas mencapai 200 hektar, yang dapat menghasilkan kapasitas energi 192megawatt peak (MWp). Pembangkit listrik ini memiliki lebih dari 340 ribu panel surya yang akan mampu memberi kapasitas daya energi untuk 50.000 rumah.
ADVERTISEMENT
Hal ini dapat memperkuat ketahanan energi nasional dan mempunyai peluang untuk melakukan penambahan kapasitas hingga 1000 MWp, karena luas dari Waduk Cirata sendiri seluas 6500 hektare, yang mana pembangkit listrik ini baru memanfaatkan 4 persen dari maksimal 20 persen penggunaan luas Waduk Cirata. Masdar juga berkeinginan untuk meningkatkan investasinya di sektor energi bersih di Indonesia, termasuk pengembangan fasilitas fotovoltaik surya 1,2 GW dalam kemitraan dengan PT Indonesia Power, Tuas Power, dan EDF Renewables.
Indonesia dan UEA juga memiliki perjanjian kerja sama yang ditandatangani oleh Menteri ESDM RI dan Menteri Energi dan Infrastruktur UEA pada November 2024 lalu. Kerja sama ini meliputi transfer pengetahuan terkait teknologi energi bersih, pengembangan sumber daya manusia di bidang energi, dan peluang pembiayaan dalam proyek teknologi Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization Storage (CCS/CCUS), serta pengembangan teknologi EBT untuk biofuel dan hydrogen.
ADVERTISEMENT
UEA berkomitmen ingin bekerja sama dengan Indonesia dalam pembangunan EBT seperti geothermal, tenaga angin, panel surya, hydropower, dan tenaga bayu. Hal ini bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di Indonesia. Kerja sama Indonesia-UEA juga telah meluas tidak hanya sekedar di bidang energi, tapi juga membantu Indonesia dalam pelestarian lingkungan. UEA memberikan hibah bantuan sebesar 50 juta dolar AS untuk program reforestasi hutan di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Indonesia saat bertemu Menteri Energi dan Infrastruktur (UEA) pada awal tahun 2025 lalu.
Selain itu, pada tahun 2020, Indonesia dan UEA juga melakukan penandatanganan perjanjian untuk merehabilitasi 600.000 hektar hutan bakau, termasuk pembangunan Taman Bakau Khalifa bin Zayed. Kedua negara mengakui peran ekosistem seperti hutan bakau dalam mitigasi perubahan iklim. Hutan bakau memiliki kemampuan penyerapan karbon yang sangat efektif, dan melestarikannya sangat penting bagi rencana aksi iklim Indonesia. Kolaborasi ini tidak hanya menyoroti prioritas lingkungan UEA yang lebih luas, tetapi juga sejalan erat dengan upaya Indonesia untuk melindungi keanekaragaman hayatinya dan berkontribusi pada tujuan iklim global.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini di bulan April 2025, Indonesia menjalin beberapa kesepakatan kerja sama terbaru dengan UEA. Diantaranya adalah Kesepakatan Prinsip Terkait Dengan Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Surya Fotovoltaik Cirata, MoU antara PT PLN (Persero) dan Abu Dhabi Future Energy Company PJSC–MASDAR untuk rencana pengembangan PLTS Terapung Jatigede 100 MW, dan Letter of Intent (LoI) antara Kementerian Luar Negeri UEA dan Kementerian Koordinator Bidang Pangan RI tentang Kemitraan Alam dan Iklim.
Komitmen Uni Emirat Arab (UEA) dalam mendukung transisi energi bersih di Indonesia menjadi bukti nyata bahwa kerja sama internasional memainkan peran penting dalam mempercepat penggunaan energi terbarukan. Melalui berbagai investasi strategis dan kolaborasi proyek energi bersih, UEA tidak hanya memperkuat hubungan bilateral, tetapi juga membantu Indonesia menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Inisiatif seperti pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dapat menjadi langkah konkret dalam mendukung target global mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.
ADVERTISEMENT