Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Dampak Deflasi Terhadap Investasi dan Sektor Riil di Indonesia
27 Oktober 2024 9:31 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sayid Nadarul Haq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Deflasi merupakan fenomena penurunan harga barang dan jasa yang dapat memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian suatu negara. Di Indonesia, deflasi telah terjadi selama lima bulan berturut-turut, yang menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap investasi dan sektor riil.
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada Agustus 2024, tingkat deflasi tercatat sebesar 0,03 persen, sementara inflasi tahunan mencapai 2,12 persen. Fenomena ini dipicu oleh pasokan barang yang melimpah, terutama akibat musim panen raya yang menyebabkan penurunan harga pangan seperti bawang merah dan telur ayam. BPS sebelumnya mencatat deflasi juga terjadi pada bulan Juli 2024 dengan angka 0,08 persen dan di bulan Juni sebesar 0,18 persen.
Dampak Deflasi Terhadap Investasi
Deflasi dapat mengurangi insentif untuk berinvestasi. Ketika harga barang dan jasa terus menurun, ekspektasi keuntungan bagi investor juga cenderung menurun. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan menunda atau bahkan membatalkan rencana investasi karena ketidakpastian mengenai pendapatan di masa depan. Para ekonom dan pengusaha juga menyoroti risiko yang ditimbulkan oleh deflasi.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani, mengingatkan bahwa jika deflasi tidak ditangani dengan baik, daya beli masyarakat bisa terus menurun. Hal ini berpotensi memperburuk pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, deflasi juga meningkatkan suku bunga riil, yang membuat pinjaman menjadi lebih mahal. Kondisi ini akan menghambat investasi dan belanja dunia usaha, sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi tertekan. Dengan demikian, dunia usaha akan lebih berhati-hati dalam merencanakan ekspansi dan investasi baru.
Dampak Deflasi Terhadap Sektor Riil
Deflasi berdampak langsung pada sektor riil dengan berbagai konsekuensi negatif yang mempengaruhi kinerja ekonomi secara keseluruhan. Salah satu dampak utama deflasi adalah melemahnya daya beli masyarakat, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan konsumsi secara signifikan. Meskipun harga barang dan jasa menurun, masyarakat cenderung menunda pembelian karena ekspektasi bahwa harga akan terus turun. Hal ini menciptakan spiral deflasi, di mana permintaan yang rendah menyebabkan produsen harus menurunkan harga lebih lanjut, tetapi hal tersebut tidak merangsang konsumsi sebagaimana diharapkan.
ADVERTISEMENT
Akibat dari penurunan permintaan ini, banyak pelaku usaha mengalami penurunan omzet yang signifikan. Penurunan omzet memaksa perusahaan melakukan efisiensi, yang sering kali berarti pengurangan tenaga kerja. Pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi langkah yang tidak bisa dihindari oleh banyak perusahaan dalam menghadapi situasi tersebut. Ketika PHK terjadi secara massal, dampaknya menyebar ke seluruh perekonomian, karena lebih banyak orang kehilangan pendapatan, yang pada gilirannya semakin mengurangi daya beli dan memperdalam krisis.
Kondisi ini semakin diperburuk oleh penurunan konsumsi dari kelas menengah, yang biasanya menjadi penggerak utama ekonomi. Dalam kondisi normal, kelas menengah cenderung menghabiskan pendapatan mereka untuk berbagai barang konsumsi, baik yang bersifat kebutuhan pokok maupun barang-barang mewah. Namun, dalam situasi deflasi, mereka cenderung menahan pengeluaran dan memilih menabung atau menunda pembelian. Penurunan konsumsi ini memberikan pukulan berat bagi perekonomian, karena konsumsi domestik adalah salah satu pilar utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Situasi ini membutuhkan perhatian serius dari pemerintah. Intervensi kebijakan yang tepat diperlukan untuk mendorong pemulihan sektor-sektor penting yang terkena dampak. Pemerintah dapat menggunakan kebijakan fiskal, seperti meningkatkan belanja publik atau memberikan insentif pajak, untuk merangsang permintaan. Selain itu,kebijakan moneter yang ekspansif juga dapat digunakan untuk mendorong investasi dan konsumsi dengan menurunkan suku bunga dan meningkatkan likuiditas di pasar. Pemerintah juga perlu bekerja sama dengan sektor swasta untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan bisnis, termasuk memberikan dukungan bagi perusahaan yang mengalami kesulitan agar tidak melakukan PHK massal.