Konten dari Pengguna

Kasih Sayang yang Berbeda

18 Mei 2018 16:41 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Schaaci tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kasih Sayang yang Berbeda
zoom-in-whitePerbesar
Tidak pernah terbayangkan hari-hariku harus berbaur dengan anak kecil. Mendengar tangisnya yang begitu keras, hingga bermain tanpa mengenal waktu. Awalnya memang terasa berat, namun berat itu semakin terasa ringan dengan kata sabar dan ikhlas yang terus terpupuk.
ADVERTISEMENT
Awal bekerja di Hongkong aku hanya merasa semua karena gaji semata. Aku tidak terlalu memikirkan pekerjaan dalam sebuah ketulusan. Bahkan, aku sering mengabaikan hal kecil yang kurasa tak terlalu penting dikerjakan.
Semua itu semata hanya untuk menggugurkan kewajibanku sebagai seorang buruh migran di negeri orang.
Pemikiran itu berjalan begitu lama, hingga anak yang kuasuh memiliki saudara. Di situ artinya aku mengasuh dua anak, yang selama ini jauh dari pikiranku.
Sikap anak-anak yang seringkali di luar kendali membuatku berpikir untuk mencari cara bagaimana menaklukkan sikap-sikap mereka. Bermain dengan berbagai macam mainan di rumah tak membuat mereka luluh begitu saja.
Semakin besar, mereka semakin mengerti apa yang mereka perluka: Kasih sayang. Di saat mereka tumbuh dalam keluarga yang penuh dengan kesibukan, di situlah kasih sayang mereka perlukan.
ADVERTISEMENT
Aku pun mulai mengerti bahwa aku bisa memberi kasih sayang yang tulus kepada anak-anak. Meski hanya sementara, hati anak-anak pun nanti akan luluh dengan sendirinya.
Tentu, kasih sayang orang tua dan pengasuhnya pasti jauh berbeda. Namun, aku sadar bahwa mereka semua menginginkan perhatian setiap harinya.
Meski demikian, pelajaran baru selalu aku dapat dari keluarga yang telah menerimaku bekerja dengannya. Mereka memang sibuk dengan pekerjaan, namun mereka tak pernah lupa memberi kasih sayang kepada anaknya di sisa waktu luangnya.
Jika dilihat, mereka hanya peduli dengan dunia kerjanya. Namun, tanpa diragukan, mereka memiliki kasih sayang yang luar biasa.
Awalnya pun aku sering merasa anak asuhku seperti tak diperhatikan. Tetapi sang majikan selalu bilang untuk tidak memanjakan anak berlebihan.
ADVERTISEMENT
Dalam pernyataannya padaku waktu makan malam tiba, mereka berkata, “Kamu boleh menyayangi anak-anakku seperti kamu menyayangi anakmu sendiri. Tapi jangan terlalu memanjakan mereka dengan segala permintaannya, kami tak sepakat.”
Aku hanya menganggukkan kepala. Aku mengerti kenapa banyak orang kutemui di Hongkong memiliki pengasuh untuk anak-anaknya. Selain karena sebuah kesibukan, sebuah pelajaran kemandirian pun ingin mereka terapkan kepada anak-anaknya untuk tidak terus bergantung dengan orang lain hingga dewasa.
Menjadi pengasuh dengan penuh kasih sayang tulus bukanlah kesalahan. Namun, terlalu memberi kasih sayang yang berlebih bukan pula kebaikan.