Konten dari Pengguna

KUN ANTA ( Buruh Migran Indonesia )

11 Mei 2018 6:32 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Schaaci tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
KUN ANTA ( Buruh Migran Indonesia )
zoom-in-whitePerbesar
Dunia tidak luput dengan perkembangan teknologi dan gaya hidup. Dari segi teknologi kita sering jumpai banyak hal, handphone misalnya. Dari barang yang mampu di gemgam hanya segemgam tangan inilah banyak hal yang kita dapati untuk mengetahu berbagai macam perkembangan jaman. Mulai dari terbit matahari hingga terbenam, mulai sabang sampai merauke bahkan seluruh dunia yang berbentuk bulat ini mampu kita ketahui dengan kecanggihan alat bernama handphone.
ADVERTISEMENT
Membeli handphone ibarat hanya membeli sebungkus nasi dengan harga gopek bagi seseorang yang terbilang cukup mampu. Bahkan untuk seseorang yang berada, sebuah handphone tidaklah cukup untuk menemani hari – harinya. Bahkan pernah kita tahu seseorang dengan 2 sampai 3 handphone di sakunya. Seperti halnya para buruh migran sendiri. Terbilang cukup sedikit para buruh migran hanya memiliki 1 buah handphone saja. Bukan karena seorang buruh migran itu kaya, namun tak jarang semua itu karena falktor pekerjaan.
Selain faktor pekerjaan terkadang seorang yang menjadi buruh migran memiliki banyak benda yang terbilang cukup mahal karena faktor iri terhadap sesama teman. Ketika seorang teman kita memiliki lebih dari yang kita punya, rasa iri dan ingin memiliki lebih itupun muncul perlahan. Semua itu mengakibatkan niat kita bekerja hanya untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.
ADVERTISEMENT
Selain dari segi teknologi, gaya hidup juga banyak mempengaruhi perubahan buruh migran. Style dalam mengenakan baju, bahkan tempat – tempat yang sering dikunjungi hanya sekedar beristirahat ketika liburan datang. Dari segi gaya mengenakan baju misalnya. Tak jarang para burih migran berlomba – lomba menata penampilan hanya karena agar mendapat sambutan ‘wah’ dari sesama teman. Agar terlihat tetap bahagia, bahkan terlihat tanpa beban berat yang tengah kita pikul. Dengan penampilan kita yang modis tak jarang kita menipu diri sendiri.
Mengikuti style yang tengah booming di kalangan masyarakat sekitar. Menyamakan style dengan teman lainnya agar tidak ketinggalan gaya berpakaian, hingga tak sedikit karena gaya berpakaian rela merogoh tabungan hanya demi mendapat sambutan. Hal seperti itulah yang sering menjadikan kita jauh dari sebuah kenyamanan. Kenapa bisa coba ? Disaat kita tengah enjoy dengan diri kita, kita di usik dengan bisikan – bisikan yang membuat diri kita merasa kurang dari teman lainnya. Pada akhirnya diri kita sendiri seakan mengajak untuk meniru apa yang teman kita kenakan. Tujuannya simpel, hanya agar terlihat sama.
ADVERTISEMENT
Tidak sedikit para buruh migran di luar sana yang berlomba dengan style yang masing – masing mereka punya. Tanpa di sadari perlombaan gaya hidup itu akan terbawa hingga pulang nantinya. Yang sangat menonjol dari sekian banyak buruh migran untuk menunjukkan diri terlihat lebih sempurna di banding lainnya adalah dari segi style diri. Bahkan tidak hanya dalam berbusana melainkan dalam kepribadiannya. Demi mendapat teman yang dirasa jauh lebih membuat bahagia, tak heran banyak pula yang dirubah dari dalam diri demi gaya.
Kun Anta, jalah dirimu sendiri. Kita hanya seorang buruh yang tengah berjuang dan mencari rezeki di negeri orang. Gaya hidup, jumlah uang yang kita punya hanyalah sementara. Allah pengatur segala yang tengah menjadi hak kita saat ini. Tidak perlu mengikuti perkembangan yang bukan menjadi porsi diri kita. Mengikuti gaya orang lain tanpa melihat resiko pada hidup kita. Bahkan menjadi orang lain demi terangkatnya derajat kita. Kita dalah buruh migran. Tugas kita bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan masa depan. Jangan hanya karena gaya berlebihan akan membuat kita buta kehidupan.
ADVERTISEMENT
Cukup sederhana dalam sebuah perjalanan menggapai mimpi di negeri orang. Pergaulan, style dan perkembangan lainnya yang setidaknya kurang layak untuk diperjuangkan hindari. Jangan sampai hanya karena sifat yang bernama iri menggerogoti hati dan ketenangan diri kita. Kita berangkat dengan niat hati, kita selayaknya pulang dengan segala kesuksesan yang terus kita perjuangan tanpa harus meninggalkan arus jaman dan dengan kehidupan yang Allah takdirkan dalam hidup kita masing – masing.