Konten dari Pengguna

MC Donald dan Sebungkus Nasi Gurami

15 Mei 2018 16:20 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Schaaci tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
MC Donald dan Sebungkus Nasi Gurami
zoom-in-whitePerbesar
Masih terus bercerita tentang banyaknya kejadian dan pengalaman saat tengah berjuang di Hongkong. Kejadian yang satu ini sedikit membuat tertawa diriku sendiri khususnya, dan sekaligus pengalaman bahwa kebiasaan hidup tidak selamanya bisa dipakai dimana pun tempatnya.
ADVERTISEMENT
Tujuh bulan berada di Hongkong sepertinya tak membuat diriku sedikit pintar dalam menyembunyikan kebiasaan membawa makanan khas Indonesia kemanapun. Bagiku makanan Indonesia adalah makanan terlezat yang pernah ku makan. Jadi tak dipungkiri ketika liburan datang selalu ada makanan khas Indonesia yang sengaja kubawa.
Siang itu cuaca cukup panas. Aku mengajak temanku untuk makan siang sekaligus istirahat. Awalnya jembatan yang menjadi pusat tongkrongan para buruh migran ( Mongkok ) adalah tujuan aku dan temanku. Namun temanku melihat kepadatan manusia di jembatan, kami memutuskan untuk makan siang di MC Donald yang sering menjadi sasaran utama para buruh migran. Selain dengan harga yanv murah, dalam ruangan menyediakan tempat yang cukup nyaman untuk sekedar makan burger dan duduk lebih lama tanpa kepanasan.
ADVERTISEMENT
“Va, kamu mau makan apa biar aku yang mesenin” ucap temanku.
“Minum saja, aku bawa makanan yang tadi aku beli di luar”
Temanku seperti tak peduli dengan ucapanku. Ia bergegas memesan makan tanpa menoleh lagi kepadaku. Aku melihat banyak para buruh migran tengah asik menikmati burger dan es krim yang cukup membuat kenyang perut yang sedang merasa sedikit kelaparan. 2 buah berger ukuran sedang, kentang goreng dan kopi panas sepertinya tengah berada di atas tangan temanku yang sedari tadi berdiri menunggu gilirannya dipanggil.
Dari kejauhan ia tampak bahagia melihat burger di atas nampan yang ia bawa. Tawanya juga lepas saat salah satu pembeli yang ia temui adalah temannya juga. Akhirnya temanku mengajak bergabung untuk menikmati makan siang ala orang barat dengan tumpukan roti dan sayuran yang di padu dengan mayones dan saos pedas. Mungkin yang belum pernah mencoba terlihat lezat, namun bagiku sekotak nasi dengan lauk ikan gurami jauh lebih nikmat.
ADVERTISEMENT
Saat dengan santainya aku mengeluarkan sebungkus nasi gurami, terlihat temanku menatap tajam wajahku. Kini ia sadar kenapa aku tidak mau memesan makanan saat itu. Aku sengaja membeli nasi gurami sebelum memasuki MC Donald. Dengan tanpa ragu aku lahap nasi yang berlumuran sambal khas Indonesia dengan daging ikan yang terlihat kering cara menggorengnya. Tapi tiba – tiba seorang perempuan dengan seragam pegawai MC Donald menghampiri.
“Maaf di sini dilarang membawa ataupun makan – makanan dari luar” ucap pegawai dengan sopannya.
“hahaha, lagian kamu Va, sudah tahu di tempat seperti ini masih bawa nasi bungkus. Lucu banget sih kamu, takut nggak kenyang ya ?”
Sekelilingku ikut tertawa melihat tingkahku. Aku hanya memasang muka malu karena ulahku sendiri. Wajahku terlihat mlongo dan sok akrab dengan keadaan. Dalam pikiranku hanya satu, dimana pun tempatnya aku oleh menikmati makanan yang sudah ku bawa sendiri, ternyata aku masih polos tentang makan di tempat yamg terbilang mewah untuk kelas buruh migran itu. Seketika aku masukkan kembali nasi kotak yang tengah ku lahap dua kali suapan tangan. Sambil menggerutu dan berkata,
ADVERTISEMENT
“Ahh nggak apa – apa nanti aku makan pas makan malam saja”
“Ingat ya Va, kalau libur sama aku jangan bawa nasi bungkus…tinggalkan kebiasaan sejenak kenapa Va”
Temanku menggerutu karena kelakuanku. Mungkin dia ikut malu karena sikap konyolku. Mulai saat itu ketika temanku mengajak makan di tempat makan yang sekelas restoran, ia selalu mengingatkan untuk tidak bawa makanan dari luar. Aku hanya tertawa dalam hati. Pikirku semua tempat di Hongkong bebas untuk menikmati makanan sesuka hati asal di tampat makan, ternyata aku salah. Tidak semua tempat di perbolehkan menikamati makanan yang bisa dibeli dari luar tempat dimana aku makan. Pengalaman untuk perjalanan selanjutnya, sekaligus cerita, bahwa kebiasaan tidak selamanya pantas dibawa pada setiap peraturan yang ada.
ADVERTISEMENT