Konten dari Pengguna

Jalur Langit vs Logika: Zodiak atau MBTI, Mana Yang Lebih Akurat?

Schellin
Mahasiswa Universitas Pamulang jurusan Sastra Indonesia
2 Desember 2024 13:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Schellin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar sebagai ilustrasi kepribadian seseorang. Sumber: pexels
zoom-in-whitePerbesar
Gambar sebagai ilustrasi kepribadian seseorang. Sumber: pexels
ADVERTISEMENT
Kalau zodiak bilang kamu romantis, tapi MBTI bilang kamu logis, manakah yang akan kamu percaya? Terkadang kita mencari tahu jati diri kita lewat tipe-tipe horoskop yang ada di internet. Seperti yang kita ketahui, zodiak dibagi menurut rasi bintang ketika kita lahir dan menentukan bagaimana kepribadian kita berdasarkan rasi bintang tersebut. Sebagai contoh, seorang Leo dikenal ambisius, percaya diri, dan berjiwa pemimpin menurut zodiak. Namun, pendekatan MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) berbeda. Untuk menentukan tipe kepribadian MBTI, seseorang perlu mengisi kuesioner, yang hasilnya mencerminkan sifat dominan individu tersebut. Misalnya, jika kamu merasa energik setelah bersosialisasi, kemungkinan besar kamu adalah seorang ekstrovert. Ada banyak unsur yang dapat dinilai terlebih dahulu sebelum dapat memutuskan tipe MBTI seseorang, maka dari itu memutuskan MBTI seseorang ternyata tidaklah mudah. Nyatanya, banyak orang yang masih kesulitan mengetahui tipe MBTI-nya walaupun sudah mengisi kuesioner. Ini yang menjadi tantangan dalam memperdalam MBTI bagi beberapa orang, karena memang terkadang lebih sulit untuk mengenal diri sendiri. Sementara itu, zodiak menawarkan pendekatan yang lebih sederhana. Menurut Liputan6.com, zodiak digunakan untuk menggambarkan kepribadian seseorang, bahkan untuk memprediksi atau mencerminkan ciri-ciri tertentu. Meski terlihat menarik, ternyata kita tidak bisa sepenuhnya bergantung pada hasil kepribadian ini. Berdasarkan Kompas.com, kepercayaan terhadap zodiak sering kali dipengaruhi oleh Barnum Effect. Yaitu menggunakan suatu pernyataan yang terlihat seolah mengacu pada seseorang. Namun, nyatanya pernyataan itu dapat diberikan pada banyak orang dan mereka akan mempercayai bahwa hal itu ditujukan kepada mereka secara personal. Ketika hal itu menjadi bahan pertimbangan, mungkin zodiak menjadi tidak relevan lagi karena pernyataannya yang lebih umum dan hanya berlandaskan rasi bintang saja. Meskipun bukan tanpa kritik, dalam hal ini MBTI bisa menjadi alternatif yang lebih logis dan teoritis dibandingkan zodiak karena sumbernya yang teruji secara psikologis oleh beberapa peneliti. Menurut Ratna Yunita Setiyani, psikolog dan akademisi dari Universitas Aisyiyah Yogyakarta, MBTI adalah sebuah tes yang berfungsi untuk mengidentifikasi kepribadian setiap individu. MBTI mengambil dari hasil pengamatan seorang individu tentang dirinya sendiri, dan tipe yang dia dapatkan adalah yang paling mencerminkan dirinya. Jika zodiak masih berupa ramalan dan persepsi tanpa dasar psikologis, MBTI dapat lebih tepat menggambarkan diri kita karena menyesuaikan dengan sifat yang memang kita miliki. Di luar kedua pendekatan tersebut, penting bagi kita untuk memiliki pemahaman yang kuat mengenai diri kita sendiri. Kita adalah orang yang paling mengetahui segala aspek tentang kepribadian dan pola pikir kita, sehingga kita bisa lebih bijaksana dalam memilih antara mempercayai MBTI atau zodiak tanpa kehilangan arah. Untuk itu, kita harus memperhatikan cara kita menyelesaikan masalah, berinteraksi dengan orang lain, dan berdamai dengan diri kita sendiri. Setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam menjalani hidupnya, dan inilah yang menjadi pegangan untuk membuat keputusan yang tepat. Ketika kita benar-benar memahami diri kita, tidak ada teori atau sistem apa pun yang bisa menggoyahkan keputusan yang telah kita ambil.
ADVERTISEMENT