Konsep Lokalitas dalam Membangun Rumah Ibadah Pascabencana

SDGs Network ITB
SDGs Network ITB adalah entitas SDGs di Indonesia, dengan tujuan ingin berpartisipasi mengakselerasi pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) di Indonesia.
Konten dari Pengguna
17 Februari 2021 17:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SDGs Network ITB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mesjid Annur di Lombok Utara (foto: ar.itb.ac.id)
zoom-in-whitePerbesar
Mesjid Annur di Lombok Utara (foto: ar.itb.ac.id)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penulis: Nadiya Syafia Shani, Tristia Riskawati
Terkait gempa Lombok 2018 lalu, pihak ITB diminta bekerjasama untuk melakukan reinterpretasi desain masjid An-Nur, Lombok Utara, yang rubuh pasca gempa. Salah seorang yang terlibat dalam proses desain masjid itu adalah dosen Arsitektur ITB, Andry Widyowojatnoko.
ADVERTISEMENT
"Saya melakukan desain masjid dengan mengaji ulang makna masjid secara terminologis dan etimologis serta melihat bentuk-bentuk masjid yang cukup terkenal," ungkap Andry dalam webinar 'Membangun Kembali Rumah Ibadah Pasca Bencana', yang dilaksanakan Jumat, 29 Januari 2021. Webinar ini diselenggarakan oleh Rumah Amal Salman dan bekerja sama dengan SDGs Network ITB.
Menurut Andry, konsep untuk desain Masjid An-Nur di Lombok adalah masjid rahmatan lil alamin karena nilai Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Andry juga memakai konsep lokalitas yang berasal dari Lombok. "Konsep bentuk yang lokal di Lombok adalah seperti Bale Lumbung khas Lombok yang melambangkan kesejahteraan dan kecukupan pangan masyarakat," ujar Andry.
Material yang digunakan Andry adalah bambu karena potensi bambu di Lombok sangat besar, namun belum digunakan dengan maksimal. Bagi Andry, penggunaan bambu menunjukan nilai rahmatan lil alamin karena bambu merupakan tabungan karbon dan bahan bangunan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
"Selain itu bambu tumbuh sangat cepat, tumbuh di segala kondisi, produktivitas biomassanya tinggi, minim limbah, multiguna, berbasis ekonomi kerakyatan, dan merupakan bahan bangunan tahan gempa," beber Andry.
Konsep struktur yang digunakan dalam pembangunan kembali Masjid An-Nur adalah kombinasi dari struktur bending-active dan struktur vector-active. Selain masjid, tim Arsitektur ITB memberikan bantuan terhadap korban gempa bumi Lombok dalam bentuk memperbaiki kondisi tenda bagi para korban dengan konstruksi bambu agar lebih kokoh.
Seperti pada bencana di Lombok, ITB bersama Pemerintah Provinsi Aceh juga mengirim tim dan bantuan untuk bencana tsunami di Palu. Pemprov Aceh melakukan penggalangan dan juga bekerjasama dengan tim ITB untuk mendesain pembangunan masjid Nurhasanah, Pengawuan, Palu.
"Desain Masjid Nurhasanah juga menggunakan konsep yang sama yaitu rahmatan lil alamin dan lokalitas," ujar Andry. "Material utama yang digunakan adalah kayu. Kayu juga menggambarkan rahmatan lil alamin karena merupakan simpanan cadangan karbon yang besar."
ADVERTISEMENT
Menurut Andry, potensi kayu juga dinilai besar di Palu ketimbang bambu. Konsep bentuk bangunan utamanya atap merupakan kombinasi Tambi, rumah tradisional khas Sulawesi Tengah, dan Rumoh Aceh khas Aceh sebagai simbol tolong-menolong antar Palu dan Aceh. Geometri atap didesain dengan bentuk khas islam berupa dua persegi yang ditumpuk bersilang.
"Pembangunan Masjid Nurhasanah dengan atap yang begitu besar dan berat berhasil dilakukan dengan banyaknya pertolongan dari Yang Maha Kuasa, dan hanya dilakukan dengan teknologi sederhana oleh pekerja bangunan lokal dari Palu," ujar Andry.
Terkait bencana di Sulawesi Barat, Pak Andry berpesan, jika saudara kita di Sulawesi Barat membutuhkan uluran tangan kita, mari melangkah bersama untuk mewujudkan rahmat bagi alam semesta.***
ADVERTISEMENT