Konten dari Pengguna

Deflasi Jepang: Ancaman Bagi TKI serta Daya Tarik Sektor Pariwisata

Sealma Gustia Septi Isro
Mahasiswa S1 Bahasa dan Sastra Jepang Universitas Airlangga
28 September 2024 10:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sealma Gustia Septi Isro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber dari shuttershock
zoom-in-whitePerbesar
sumber dari shuttershock
ADVERTISEMENT
Deflasi Jepang, yang telah berlangsung selama beberapa dekade, membawa dampak signifikan bagi berbagai aspek ekonomi, termasuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan sektor pariwisata. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana kondisi ini memengaruhi TKI dan daya tarik Jepang sebagai destinasi wisata.
ADVERTISEMENT
Deflasi adalah penurunan umum harga barang dan jasa, yang sering kali menyebabkan penurunan permintaan dan konsumsi. Di Jepang, fenomena ini telah menciptakan tantangan ekonomi yang kompleks dan berkepanjangan.
Dampak Deflasi Terhadap TKI
1. Pengurangan Daya Beli: Deflasi dapat mengakibatkan penurunan gaji dan pengurangan jam kerja bagi TKI. Hal ini memengaruhi kemampuan mereka untuk mengirim uang ke keluarga di Indonesia.
2. Kestabilan Pekerjaan: Perusahaan yang berjuang dalam kondisi deflasi mungkin melakukan pemotongan biaya, termasuk pengurangan tenaga kerja, yang dapat mengancam stabilitas pekerjaan TKI.
3. Perubahan Permintaan: Dengan daya beli yang menurun, permintaan untuk layanan yang disediakan TKI, seperti perawatan atau jasa rumah tangga, mungkin berkurang.
Dampak Deflasi Terhadap Sektor Pariwisata
ADVERTISEMENT
1. Harga yang Lebih Rendah: Deflasi membuat harga barang dan jasa di Jepang menjadi lebih murah, menarik lebih banyak wisatawan asing. Hal ini dapat meningkatkan kunjungan dan pengeluaran di sektor pariwisata.
2. Persepsi Destinasi Terjangkau: Jepang dapat dilihat sebagai tujuan wisata yang lebih terjangkau, meningkatkan daya tarik bagi wisatawan dari negara dengan mata uang yang lebih kuat.
3. Kenaikan Pengeluaran Wisatawan: Meskipun harga lebih rendah, jika daya beli masyarakat domestik tetap terjaga, ini dapat mendorong peningkatan pengeluaran dalam sektor pariwisata.