Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Perang Tarif China-AS yang Mengubah Ekonomi Dunia
23 April 2025 14:39 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Sebastian Brandon H tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) telah menjadi salah satu konflik ekonomi paling signifikan pada abad ke-21. Dimulai pada tahun 2018, perang dagang ini memengaruhi tidak hanya kedua negara tersebut, tetapi juga perekonomian global. Konflik ini dimotivasi oleh ketidakseimbangan perdagangan, persaingan teknologi, dan ketegangan geopolitik yang lebih besar, yang menciptakan dampak jangka panjang bagi pasar internasional, perusahaan, dan konsumen di seluruh dunia (Tempo, 2025).
ADVERTISEMENT
Akar Penyebab Perang Dagang
Salah satu penyebab utama perang dagang China-AS adalah ketidakseimbangan neraca perdagangan yang sangat besar antara kedua negara. AS mengimpor barang dalam jumlah yang jauh lebih besar dari China dibandingkan dengan ekspor mereka ke negara tersebut. Pada tahun 2017, defisit perdagangan AS dengan China mencapai lebih dari $375 miliar. Hal ini menyebabkan ketegangan, terutama di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, yang melihat ketidakseimbangan ini sebagai indikasi adanya praktik perdagangan yang tidak adil dan merugikan AS. Sebagai respons, Trump memberlakukan tarif tinggi pada barang-barang China dengan tujuan untuk mengurangi defisit tersebut dan mendorong China untuk membuka pasar mereka lebih luas untuk produk-produk AS (Tempo, 2025).
Selain masalah perdagangan, ketegangan ini juga dipicu oleh isu hak kekayaan intelektual (HKI). AS menuduh China melakukan pencurian teknologi dan memaksa perusahaan-perusahaan AS untuk mentransfer teknologi mereka agar bisa beroperasi di pasar China. Hal ini terutama mencuat di sektor teknologi tinggi, di mana China berusaha untuk mendominasi teknologi 5G dan kecerdasan buatan (AI). AS merasa terancam dengan ambisi China dalam teknologi ini, yang dapat mengurangi keunggulan teknologi mereka di pasar global.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya soal ekonomi, perang dagang ini juga berkaitan dengan persaingan geopolitik. China semakin memperkuat pengaruhnya secara global melalui kebijakan luar negeri seperti Belt and Road Initiative (BRI), yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan infrastruktur di Asia, Afrika, dan Eropa. Di sisi lain, AS berusaha menjaga dominasi globalnya, baik dari sisi ekonomi maupun militer. Ketegangan ini memperburuk hubungan antara kedua negara dan memperluas ruang persaingan menuju pengaruh global.
Dampak Ekonomi terhadap China
Meskipun China berhasil bertahan dalam menghadapi tarif yang dikenakan oleh AS, dampaknya terhadap perekonomian China cukup signifikan. Penurunan permintaan dari AS menyebabkan sejumlah sektor manufaktur di China menghadapi kesulitan. Sektor-sektor seperti elektronik dan barang konsumsi terpengaruh karena tarif tinggi yang meningkatkan harga dan mengurangi daya tarik produk China di pasar internasional. Selain itu, China menghadapi biaya produksi yang lebih tinggi akibat tarif tersebut, yang berpotensi mengurangi daya saing barang-barang mereka.
ADVERTISEMENT
Namun, China berhasil mengalihkan sebagian ekspor mereka ke pasar baru. Negara-negara di Asia Tenggara, Eropa, dan Afrika mulai menjadi tujuan utama ekspor China. Meskipun demikian, meskipun dapat mengurangi ketergantungan pada pasar AS, pengalihan ini tidak cukup untuk sepenuhnya menggantikan kerugian yang ditimbulkan oleh penurunan permintaan dari AS.
Dampak Ekonomi terhadap AS
Sementara itu, ekonomi AS juga merasakan dampak yang cukup besar dari perang dagang ini. Tarif yang diterapkan pada barang-barang China, khususnya barang konsumsi, menyebabkan harga barang-barang tersebut naik, yang pada gilirannya mengurangi daya beli masyarakat AS. Produk-produk seperti elektronik, pakaian, dan barang konsumsi lainnya menjadi lebih mahal, yang berdampak pada tingkat inflasi dan konsumsi domestik.
Sektor pertanian di AS juga terdampak cukup besar, terutama petani yang mengandalkan ekspor ke China. Produk-produk seperti kedelai, jagung, dan daging ternak menjadi lebih sulit dijual ke China karena tarif tinggi yang dikenakan. Para petani AS pun mengalami kerugian yang cukup signifikan. Meskipun beberapa sektor teknologi AS, seperti perangkat keras dan perangkat lunak, mendapatkan keuntungan karena mereka mulai mencari pasar baru selain China, dampak keseluruhan terhadap perekonomian AS masih cukup besar.
ADVERTISEMENT
Kasus Tarif Pajak Trump yang Baru
Baru-baru ini, Trump mengeluarkan kebijakan yang semakin memperkeruh perang dagang ini, yaitu ancaman tarif pajak yang lebih tinggi pada produk-produk China yang akan dikenakan jika China mengambil tindakan militer terhadap Taiwan. Trump menyebutkan, "Jika China melakukan tindakan militer terhadap Taiwan, kami akan mengenakan tarif sebesar 200% terhadap semua produk China," sebuah ancaman yang menunjukkan eskalasi ketegangan yang lebih besar di kawasan Asia-Pasifik dan memperburuk ketidakpastian pasar global (CNBC Indonesia, 2025). Ancaman ini dapat memperburuk ketegangan yang sudah ada, dengan potensi dampak lebih luas terhadap perekonomian internasional, mengingat China adalah pusat manufaktur dunia dan mitra dagang utama bagi banyak negara.
Implikasi Global dari Perang Dagang
Perang dagang ini juga memiliki dampak yang jauh lebih luas, yang mempengaruhi perekonomian global. Salah satu dampak utama adalah gangguan pada rantai pasokan internasional. China sebagai pusat manufaktur dunia berperan penting dalam produksi barang-barang yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan multinasional. Ketika tarif dikenakan, banyak perusahaan yang terpaksa mencari sumber alternatif yang lebih mahal di negara lain, yang mengakibatkan peningkatan biaya produksi di seluruh dunia. Hal ini memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan menciptakan ketidakpastian di pasar internasional.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perang dagang ini juga mempengaruhi kebijakan perdagangan internasional. Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) semakin terpinggirkan karena kedua negara lebih memilih kebijakan unilateral. Negara-negara besar yang tergabung dalam aliansi perdagangan internasional, seperti Uni Eropa dan Jepang, menghadapi tekanan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan proteksionisme yang diterapkan oleh AS dan China. Geopolitik juga menjadi semakin terpolarisasi. China berusaha memperluas pengaruhnya di berbagai belahan dunia, sementara AS berusaha mempertahankan dominasi politik dan ekonominya.