Konten dari Pengguna

Meningkatnya Pengangguran: Persyaratan Tidak Masuk Akal vs Gaji yang Diberikan

Sefira Anggraeni Rohmah
Mahasiswa Universitas Airlangga
29 Mei 2024 9:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sefira Anggraeni Rohmah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi melamar pekerjaan.(FREEPIK/IJEAB)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi melamar pekerjaan.(FREEPIK/IJEAB)
ADVERTISEMENT
Di era globalisasi dan kemajuan teknologi yang pesat, dunia kerja seharusnya menjadi tempat di mana kesempatan karier semakin terbuka lebar. Namun, ironisnya, tingkat pengangguran justru menunjukkan tren meningkat. Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap fenomena ini adalah persyaratan kerja yang semakin tidak masuk akal, sementara gaji yang ditawarkan tidak sebanding dengan tantangan dan tanggung jawab yang diminta.
ADVERTISEMENT
Persyaratan yang Tidak Realistis vs Gaji yang didapatkan
Banyak perusahaan kini menetapkan persyaratan yang sangat tinggi untuk posisi entry-level maupun posisi menengah. Misalnya, sebuah lowongan pekerjaan untuk posisi administrasi memerlukan gelar sarjana, pengalaman kerja minimal tiga tahun, dan keterampilan teknis yang spesifik seperti penguasaan perangkat lunak tertentu. Sementara itu, gaji yang ditawarkan tidak jauh dari upah minimum regional.
Fenomena ini menimbulkan dilema bagi pencari kerja. Di satu sisi, mereka harus memenuhi persyaratan yang tinggi, sementara di sisi lain, imbalan yang didapat tidak sebanding dengan usaha dan investasi pendidikan yang telah mereka keluarkan. Tidak jarang, lulusan baru dengan prestasi akademis tinggi akhirnya harus puas dengan pekerjaan yang sebenarnya tidak memerlukan kualifikasi setinggi itu, atau bahkan tetap menganggur.
ADVERTISEMENT
Implikasi Terhadap Pencari Kerja
Beban persyaratan yang tidak masuk akal ini menimbulkan berbagai implikasi negatif, baik secara psikologis maupun ekonomis. Secara psikologis, pencari kerja bisa merasa frustasi dan kehilangan motivasi. Mereka yang merasa telah memenuhi persyaratan, namun tetap ditolak, bisa mengalami penurunan kepercayaan diri.
Secara ekonomis, banyak pencari kerja yang akhirnya menerima pekerjaan dengan gaji rendah hanya untuk menghindari status pengangguran. Hal ini menciptakan ketimpangan antara tingkat pendidikan dan pekerjaan yang dilakukan. Lulusan sarjana bekerja di posisi yang seharusnya bisa diisi oleh lulusan SMA atau SMK, yang pada akhirnya juga menyulitkan lulusan dengan kualifikasi lebih rendah untuk mendapatkan pekerjaan.
Dampak Terhadap Perusahaan dan Ekonomi
Perusahaan mungkin berpikir bahwa dengan menetapkan standar yang tinggi, mereka akan mendapatkan kandidat terbaik. Namun, strategi ini bisa menjadi bumerang. Menurut berbagai studi, karyawan yang merasa tidak dihargai dengan gaji yang pantas akan memiliki tingkat kepuasan kerja yang rendah dan cenderung lebih cepat berpindah kerja. Tingginya tingkat turnover bisa menyebabkan perusahaan kehilangan karyawan yang sudah berpengalaman, yang pada akhirnya berdampak pada produktivitas.
ADVERTISEMENT
Secara makro, ketidaksesuaian antara kualifikasi dan pekerjaan yang dipegang oleh tenaga kerja dapat menurunkan efisiensi ekonomi. Tenaga kerja yang overqualified tidak dapat memaksimalkan potensi dan keterampilan mereka, sehingga produktivitas nasional juga terhambat.
Solusi yang Dapat Ditempuh
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak. Perusahaan perlu meninjau kembali persyaratan yang mereka tetapkan agar lebih realistis dan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Pemerintah dapat berperan dengan memberikan insentif bagi perusahaan yang memberikan gaji yang layak dan sesuai dengan standar pendidikan dan pengalaman.
Selain itu, lembaga pendidikan juga perlu menyesuaikan kurikulum agar lebih relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Dengan demikian, lulusan yang dihasilkan siap untuk langsung terjun ke dunia kerja tanpa harus menghadapi persyaratan yang tidak masuk akal.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Meningkatnya pengangguran akibat persyaratan kerja yang tidak seimbang dengan gaji adalah masalah serius yang perlu segera diatasi. Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan ketidakseimbangan ini bisa dikurangi, sehingga tenaga kerja dapat lebih optimal dalam berkontribusi pada pembangunan ekonomi, dan pada akhirnya, kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.
Artikel ini ditulis oleh Sefira Anggraeni Rohmah, mahasiswa Universitas Airlangga