Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
3 Dampak Perjanjian Hoge Veluwe bagi Indonesia
16 Juni 2024 23:40 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perundingan Hoge Veluwe merupakan salah satu upaya diplomasi yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia demi mempertahankan kemerdekaan. Dampak Perjanjian Hoge Veluwe bagi Indonesia ini ialah membuat kondisi politik Indonesia terpecah-belah.
ADVERTISEMENT
Sayangnya perjanjian tersebut tidak memberikan kesepakatan pasti antara Indonesia dan Belanda. Justru perundingan yang dilaksanakan pada 14-24 April 1946 ini membawa berbagai dampak yang merugikan Indonesia.
Dikutip dari buku Sejarah SMA/MA Kls XII-Bahasa karya H. Purwanta, Ignaz Kingkin Teja Angkasa, J. Sumardianta, dan A. Ferry T. Indratno, di bawah ini terdapat beberapa dampak dari Perjanjian Hoge Veluwe.
Dampak Perjanjian Hoge Veluwe
Perjanjian Hoge Veluwe merupakan perjanjian antara Indonesia-Belanda untuk membahas terkait status kenegaraan, wilayah, dan kemerdekaan Indonesia. Namun hasil dari perjanjian tersebut memberikan berbagai dampak yang merugikan Indonesia , ini penjelasannya.
1. Kondisi Politik Indonesia Terpecah-belah
Politik Indonesia menjadi terpecah belah karena banyak kelompok politik hingga kalangan militer yang menolak perundingan ini. Sebenarnya sudah sejak tahun 1946, kelompok tersebut beroposisi pada pemerintahan Sjahrir, bahkan membentuk wadah bernama Persatuan Perjuangan (PP).
ADVERTISEMENT
Sejak perundingan Hoge Veluwe tidak berhasil, organisasi tersebut semakin tidak mempercayai strategi diplomasi. Polemik tersebut bahkan memicu terjadinya penculikan Sutan Sjahrir tanggal 26 Juni 1946 di Solo.
2. Pembentukan Negara Boneka
Kegagalan Perundingan Hoge Veluwe membuat Belanda menggelar beberapa konferensi yang semakin memecah-belah Indonesia. Misalnya Konferensi Malino yang digelar dengan tujuan membentuk negara-negara boneka.
Pembentukan negara boneka tersebut diharapkan bisa mendukung keputusan Belanda dalam mendirikan negara federasi di Indonesia. Belanda ingin pemerintah Indonesia semakin terdesak hingga memilih masuk ke dalam negara federasi tersebut.
3. Tekanan Belanda Menguat
Dampak lainnya yaitu membuat tekanan dari pihak Belanda semakin menguat. Buktinya Belanda terus mengirimkan pasukan militer ke Indonesia, mesko akhirnya menghasilkan Perjanjian Linggarjati.
Namun pada kesepakatan dalam Perjanjian Linggarjati tersebut Belanda tidak berniat untuk damai. Hal tersebut terbukti dalam Agresi Militer Belanda I yang terjadi di Sumatera dan Jawa tanggal 21 Juli-5 Agustus 1947.
ADVERTISEMENT
Dampak Perjanjian Hoge Veluwe sangat beragam, pastinya merugikan Indonesia. Apalagi kegagalan perjanjian tersebut membuat Belanda semakin semangat untuk kembali menguasai Indonesia yang sudah merdeka.(DSI)