Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
4 Nilai Keteladanan Sisingamangaraja XII yang Harus Diketahui
24 Januari 2024 23:40 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Nilai keteladanan Sisingamangaraja XII tampak dari sikapnya yang begitu gigih, berani, dan pantang menyerah. Ia terus melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda hingga akhirnya gugur akibat tembakan senapan bersama putranya.
ADVERTISEMENT
Telusuri nilai keteladanan Sisingamangaraja XII selengkapnya lewat ulasan ini.
Profil Sisingamangaraja XII
Sisingamangaraja XII terlahir dengan nama Patuan Bosar Sinambela pada 1849 di Bakkara, Tapanuli. Ia merupakan keturunan Dinasti Singa Mangaraja yang artinya Raja Singa.
Dinasti tersebut berasal dari salah satu pejabat yang ditunjuk Raja Pagaruyung, Kerajaan Minangkabau yang amat berkuasa kala itu.
Melansir p2k.stekom.ac.id, Sisingamangaraja XII juga menjabat sebagai raja sekaligus pendeta terakhir dari masyarakat Batak, Sumatra Utara yang berjuang melawan penjajahan Belanda selama kurang lebih 30 tahun.
Pada 1876, Sisingamangaraja XII naik takhta menggantikan sang ayah, yaitu Sisingamangaraja XI yang wafat. Dengan kata lain, ia menyandang peran ganda, yaitu sebagai pemimpin politik dan agama untuk masyarakat Batak.
ADVERTISEMENT
Nilai Keteladanan Sisingamangaraja XII
Lantas, apa saja nilai keteladan Sisingamangaraja XII yang dapat dijadikan contoh ? Berikut penjelasannya.
1. Pemberani
Sisingamangaraja XII merupakan sosok yang pemberani. Hal ini dibuktikan dengan perlawanan yang dilakukannya terhadap penjajah Belanda selama sekitar 30 tahun.
Ketika Belanda mulai menancapkan pengaruhnya di Sumatra Utara pada 1850-an, Sisingamangaraja XII dan ayahnya pun melakukan perlawanan.
Mereka menolak tunduk pada pemerintah Belanda dan berupaya untuk mempertahankan kemerdekaan serta kebudayaan Batak.
2. Pantang Menyerah
Puncak perlawanan Sisingamangaraja XII terhadap Belanda terjadi pada 1878. Saat itu, ia memimpin para pasukan Batak untuk menyerang pos-pos militer Belanda yang ada di Sipoholon serta Tarutung.
Ia menggunakan strategi gerilya, memakai senjata tradisional (parang, busur, tombak, hingga sumpit beracun), dan memanfaatkan medan pegunungan serta hutan yang dikuasai guna melakukan serangan mendadak.
ADVERTISEMENT
3. Semangat Patriotisme
Semangat patriotisme Sisingamangaraja XII sangat tinggi. Pada 17 Juni 1907, Sisingamangaraja XII terlibat peperangan sengit dengan Belanda di Sionom Hudon, Dairi.
Ia terus berusaha melakukan perlawanan, tetapi akhirnya terkena tembakan Belanda dan tewas bersama dua putranya.
4. Sikap Terbuka dan Menerima Perbedaan
Sisingamangaraja XII merupakan sosok yang terbuka. Ia mau mengadopsi sistem politik baru selama sistem tersebut dianggap bermanfaat guna mengatasi kebuntuan yang ada pada sistem politik lama di dalam merespons perubahan zaman.
Itulah nilai keteladanan Sisingamangaraja XII yang patut dicontoh, khususnya oleh generasi muda. Kegigihan dan perjuangannya melawan penjajah membuatnya diangkat menjadi pahlawan nasional pada 9 November 1961. (DN)