Konten dari Pengguna

4 Penyebab Jatuhnya Kabinet Burhanudin Harahap

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
28 Oktober 2024 16:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Penyebab Jatuhnya Kabinet Burhanuddin, Unsplash/Crystal710
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Penyebab Jatuhnya Kabinet Burhanuddin, Unsplash/Crystal710
ADVERTISEMENT
Penyebab jatuhnya Kabinet Burhanuddin Harahap merupakan cerminan dari kompleksitas masalah yang dihadapi Indonesia pada masa awal kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
Kabinet Burhanuddin Harahap adalah kabinet kelima dalam era demokrasi liberal atau demokrasi parlementer.
Masa jabatan kabinet tersebut berlangsung dari 12 Agustus 1955 hingga 3 Maret 1956. Kabinet ini dikenal sebagai Kabinet Nasional karena terdiri dari 13 partai dengan dominasi partai Masyumi.

Penyebab Jatuhnya Kabinet Burhanudin Harahap

Ilustrasi Penyebab Jatuhnya Kabinet Burhanuddin Harahap, Unsplash/Ballardinix
Penyebab jatuhnya Kabinet Burhanuddin Harahap semakin mempertegas kelemahan sistem parlementer yang diterapkan pada masa itu.
Selama masa pemerintahannya, Kabinet Burhanuddin Harahap menghadapi sejumlah tantangan, termasuk pelaksanaan pemilu umum pertama, penyelesaian isu Irian Barat, dan gerakan separatis DI/TII.
Mengutip sma13smg.sch.id, berikut beberapa masalah yang mengakibatkan jatuhnya kabinet ini.

1. Perselisihan Antar Partai

Perselisihan yang terjadi antara partai-partai koalisi, khususnya antara Masyumi dan Partai Nasional Indonesia (PNI) mencerminkan adanya perbedaan mendasar dalam ideologi.
ADVERTISEMENT
Masyumi dikenal dengan pendekatan islamisnya sering kali berseberangan dengan PNI yang lebih nasionalis-sekuler.
Ketegangan ini tidak hanya berpengaruh pada hubungan internal partai, tetapi juga berdampak pada dinamika politik nasional, termasuk hubungan dengan Presiden Soekarno.

2. Tuntutan Daerah

Tuntutan yang kuat dari berbagai daerah seperti Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Barat untuk memperoleh otonomi yang lebih luas semakin menekan kabinet saat itu.
Keinginan ini muncul dari kebutuhan daerah untuk mengatur urusan secara mandiri dan mendapatkan hak serta sumber daya yang lebih besar.
Tuntutan otonomi ini menunjukkan adanya kesenjangan antara pusat dan daerah yang perlu diatasi agar stabilitas politik dapat terjaga.

3. Usulan Soekarno Membentuk Dewan Nasional

Saat di tengah ketegangan politik ini, Soekarno mengusulkan pembentukan Dewan Nasional.
ADVERTISEMENT
Dewan ini direncanakan menjadi lembaga tertinggi yang memiliki kekuasaan dalam pengambilan keputusan politik di Indonesia.
Usulan ini bertujuan untuk menciptakan suatu wadah yang dapat mengakomodasi berbagai kepentingan politik dan memberikan arah yang lebih jelas bagi negara.
Namun, tantangan yang dihadapi dalam merealisasikan Dewan Nasional adalah bagaimana memastikan lembaga ini tidak terjebak dalam praktik-praktik korupsi yang selama ini menjadi masalah utama di Indonesia.

4. Tuntutan Mahasiswa

Gerakan mahasiswa di Indonesia pada tahun 1960-an menjadi salah satu kekuatan yang signifikan dalam menuntut perubahan politik dan penegakan hukum yang lebih baik, khususnya dalam hal pemberantasan korupsi.
Tuntutan ini tidak hanya mencerminkan aspirasi mahasiswa, tetapi juga menjadi cerminan dari keresahan terhadap kondisi masyarakat pemerintahan saat itu.
Salah satu akibat dari gerakan ini adalah jatuhnya Kabinet Burhanudin Harahap, yang merupakan salah satu kabinet yang diharapkan dapat membawa stabilitas dan kemajuan.
ADVERTISEMENT
Akibat dari masalah-masalah tersebut, Kabinet Burhanuddin Harahap mengundurkan diri pada tanggal 3 masalah Maret 1956. Posisinya diambil alih oleh Ali Sastroamidjojo yang ditunjuk sebagai formatur baru.
Itulah beberapa penyebab jatuhnya Kabinet Burhanudin Harahap. (Sc)