Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
4 Teori Pertumbuhan Wilayah Menurut Para Ahli
18 April 2023 15:08 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Meskipun jarang terdengar, teori pertumbuhan wilayah menjadi hal yang penting untuk diketahui.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Sumber Daya Air dan Pengembangan Wilayah oleh Pitojo Tri Juwono dan Aris Subagiyo, teori pertumbuhan wilayah terus mengalami perkembangan dari bentuk sederhana sampai bentuk yang komprehensif.
Ada berbagai teori yang menjelaskan mengenai hal ini. Mulai dari teori resource endowment, teori export base, teori neoklasik, hingga teori ketidakseimbangan pertumbuhan wilayah.
Teori Pertumbuhan Wilayah Menurut Para Ahli
Berikut ini berbagai teori pertumbuhan wilayah yang dikemukakan oleh berbagai ahli:
1. Teori Resource Endowment
Teori resource endowment mengatakan bahwa pengembangan ekonomi wilayah tergantung pada sumber daya alam yang ada pada wilayah tersebut. Selain itu, permintaan pada komoditas hasil sumber daya tersebut juga menjadi faktor pengembang ekonomi wilayah.
Secara implisit teori ini mengasumsikan bahwa perkembangan sumber daya di sebuah wilayah akan dipakai untuk memproduksi barang maupun jasa apabila terjadi perubahan permintaan.
ADVERTISEMENT
Kendala dari teori ini adalah apabila terjadi pergeseran ekonomi menjadi proses pengolahan barang setengah jadi akan melemahkan keterkaitan sumber daya sebuah wilayah dengan perkembangan ekonomi.
2. Teori Export Base
Teori kedua yaitu export base. Teori ini dikemukakan oleh Douglas C. North pertama kali pada 1955 dan dikenal sebagai teori economic base. Teori ini mengatakan bahwa pertumbuhan sebuah wilayah tergantung pada kegiatan industri ekspornya.
Adanya permintaan pada ekspor barang maupun jasa akan berpengaruh pada tenaga kerja, teknologi, dan penggunaan modal untuk menghasilkan komoditas.
3. Teori Pertumbuhan Wilayah Neoklasik
Teori ini banyak dikembangkan oleh para ahli ekonomi wilayah seperti Richardson (1973), Siebert (1969), dan Borth (1960). Teori ini mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan modal, tenaga kerja, dan kemajuan teknologi.
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan dari faktor tersebut menentukan tingkat pertumbuhan maupun pendapatan ekonomi sebuah wilayah.
Hal penting dari teori ini adalah adanya penekanan pada perpindahan faktor yang khususnya pada modal serta tenaga kerja antar wilayah. Kedua faktor tersebut lebih mudah dipindah daripada antarnegara dan memberi dampak besar untuk pertumbuhan ekonomi.
4. Teori Ketidakseimbangan
Teori berikutnya muncul karena adanya konsep keseimbangan dan kestabilan pertumbuhan wilayah dari teori neoklasik. Penganut dari teori ini adalah Hirschman dan Myrdal.
Hirschman mengatakan bahwa kemunculan berbagai titik pertumbuhan di sebuah negara karena adanya industrialisasi. Titik tersebut mengakibatkan ketergantungan suplai barang maupun jasa antara pusat dan daerah. Pengaruhnya yaitu penyerapan tenaga kerja di pusat.
Sedangkan, Myrdal mengatakan bahwa ada dua kekuatan yang ada pada proses pertumbuhan ekonomi, yaitu backwash effect dan spread effect. Backwash effect adalah efek negatif karena adanya titik pertumbuhan yang tidak seimbang, sedangkan spread effect adalah penyebaran pembangunan yang efektif pada wilayah yang belum berkembang.
ADVERTISEMENT
Itulah sekilas penjelasan mengenai teori pertumbuhan wilayah. (LAU)