Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
4 Tradisi Gorontalo dan Tata Cara Pelaksanaannya
9 September 2024 14:35 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ternyata sudah ada banyak tradisi Gorontalo yang bahkan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari situs berita.gorontaloprov.go.id, setidaknya sudah ada 49 budaya Gorontalo yang masuk dalam daftar WBTB, termasuk tradisi Molunggelo dan Tidi Lo Bituo.
Tradisi Gorontalo dan Tata Cara Pelaksanaannya
Sebagai masyarakat Indonesia yang cinta tanah air, sudah sepatutnya mengetahui berbagai tradisi yang ada dan masih dilestarikan hingga kini. Jika penasaran dengan tradisi Gorontalo , berikut beberapa di antaranya:
1. Tumbilotohe (Malam Pasang Lampu)
Disebutkan bahwa tradisi Tumbilotohe sudah berlangsung sejak abad XV.
Pada pelaksanaannya, masyarakat Gorontalo akan menggantung lentera di kerangka kayu yang dihiasi dengan janur kuning atau dikenal juga dengan sebutan alikusu (hiasan yang terbuat dari daun kelapa muda).
Di atas kerangka tersebut, kemudian gantung sejumlah pisang sebagai lambing kesejahteraan dan tebu sebagai lambing keramahan dan kemuliaan hati menyambut Hari Raya Idul Fitri.
ADVERTISEMENT
2. Tahuli
Masyarakat Gorontalo memiliki sebuah tradisi positif, salah satunya adalah Tahuli yang dimulai sejak tahun 1973. Tradisi ini berupa kebiasaan musyawarah dengan ketentuan harus mencapai mufakat untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat.
Tahuli disampaikan oleh pemangku adat kepada pemimpin (olongia) yang diberi gelar dengan cara memberikan nasehat dalam bentuk kata-kata sajak (tujai). Pelaksanaan Tahuli dilakukan secara bergantian oleh 10 orang pemangku adat.
3. Mandi Safar
Tradisi Mandi Safar dilakukan setiap bulan Safar yang bertujuan untuk membuang sial serta membersihkan diri dari segala dosa. Setelah prosesinya selesai, kemudian seluruh masyarakat yang ikut serta melakukan doa bersama.
4. Molunggelo
Tradisi yang dikenal juga Mopota’e to Lulunggelo adalah warisan budaya masyarakat Gorontalo yang masih dilaksanakan hingga kini.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penamaannya, Molunggelo merupakan wujud kasih sayang dari keluarga kepada sang bayi. Pelaksanaannya dilakukan setelah tali pusarnya jatuh.
Demikianlah tradisi Gorontalo yang hingga kini masih dilakukan oleh masyarakat, meski dunia sudah semakin modern. Sebagai masyarakat Indonesia dengan kekayaan adat dan budaya memang selayaknya menjaga tradisi yang telah berkembang, terutama yang berkaitan dengan hal positif.