5 Contoh Konflik Realistis dan Penyelesaiannya

Ilustrasi contoh konflik realistis (gambar: pixabay.com)

RCT (Realistic Conflict Theory) atau teori konflik realistis merupakan model sosial yang mana menjelaskan mengapa stereotipe negatif, prasangka buruk, dan diskriminasi muncul terhadap individu atau kelompok lainnya. Lantas, apa contoh konflik realistis tersebut?

Konflik ini bisa karena adanya perasaan kecewa antara satu atau dua orang lebih yang akhirnya harus diselesaikan dengan sebuah proses. Inilah contoh lainnya.

Contoh Konflik Realistis

Ilustrasi contoh konflik realistis (gambar: pixabay.com)

Contoh konflik realistis ini sederhananya berupa perbedaan status sosial ekonomi, ras, dan gaya hidup yang menciptakan kelas dalam masyarakat.

Orang memang cenderung mengidentifikasi dengan kelompok mereka sendiri dan memiliki opini negatif terhadap kelompok lain atau disebut dengan kelompok luar.

Bisa disimpulkan, konflik dalam sosial menunjukkan adanya perseteruan antara individu atau kelompok yang berbeda, memiliki tujuan yang juga berbeda, serta menjalani persaingan akibat sumber daya yang terbatas.

Adanya persaingan menciptakan suasana tegang dalam berlomba-lomba memenuhi sumber daya, baik yang dirasakan maupun dari kelangkaan nyata, sehingga tercipta prasangka negatif yang dapat berkembang seiring waktu terhadap orang atau kelompok lainnya.

Agar lebih jelas, berikut contoh-contohnya.

Contoh 1

Karyawan yang melakukan mogok kerja atas tujuan mendapatkan kenaikan gaji atau upah karena merasa pekerjaan yang selama ini mereka kerjakan tidak sesuai dengan gaji.

Contoh 2

Imigran asal Jepang yang mengalami penahanan karena adanya prasangka akibat konflik besar di masa lalu, yaitu Perang Dunia II. Di awal tahun 2000, banyak kedatangan dari warga negara Jepang yang ditolak oleh negara lainnya.

Contoh 3

Orang-orang keturunan Arab mendapatkan diskriminasi setelah terjadinya serangan teroris yang mengguncang dunia tahun 2001.

Contoh 4

Mahasiswa yang melakukan demo karena adanya kenaikan harga BBM.

Contoh 5

Pasangan suami istri yang bertengkar dan beradu argumen karena merasa mendapat kerugian dari kebiasaan atau tindakan dari pasangannya.

Penyelesaian dari contoh konflik realistis di atas secara umum melalui proses mediasi, arbitrasi, konsiliasi, dan cara lain yang pada dasarnya membiarkan kedua pihak untuk sama-sama mengutarakan keresahan atau rasa kecewa antara satu sama lain. Kemudian, berusaha mencari penyelesaian sesuai kesepakatan bersama. (AML)