Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
5 Fakta Menarik Suku Tengger, Penghuni Gunung Bromo-Tengger-Semeru
5 April 2023 19:02 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Suku Tengger merupakan sebuah suku yang tinggal di sekitar gunung Bromo-Tengger-Semeru, Jawa Timur. Menurut data sensus Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk suku Tengger sekitar 500.000 orang.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Taman Nasional Jawa - Taman Nasional Tertua di Indonesia karya Ajeng Wind, menyebutkan bahwa dahulu suku Tengger mengisolasi diri dari modernisasi. Namun, seiring berjalannya waktu mereka mau menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut.
Fakta Menarik Suku Tengger
Sebagian besar masyarakat suku Tengger hidup berkelompok di dekat lahan pertanian. Mata pencaharian mereka adalah bertani. Hasil pertanian utamanya adalah kentang, jagung, kopi, wortel, dan kubis.
Berikut ini 5 fakta suku Tengger yang menarik untuk diketahui:
1. Asal Usul Nama Tengger Menurut 3 Teori
Menurut teori pertama, kata Tengger diambil dari nama yang diyakini leluhur mereka yakni Roro Anteng dan Joko Seger. Teori kedua menyebutkan kata Tengger berarti diam tanpa bergerak. Hal ini melambangkan orang Tengger memiliki sikap baik dalam menjalani kehidupan. Sedangkan menurut teori ketiga kata Tengger berarti pegunungan, yang artinya lokasi tempat tinggal suku Tengger.
ADVERTISEMENT
2.Tidak Mengenal Sistem Kasta
Masyarakat suku Tengger tidak memakai nama marga karena mereka tidak mengenal sistem kasta. Ini menjadi tanda bahwa pengaruh Hindu India tidak pernah masuk ke Tengger.
3. Menganggap Gunung Bromo Suci
Bagi masyarakat suku Tengger, gunung Bromo merupakan gunung yang suci. Hal ini dibuktikan dengan upacara Yadnya Kasada, sebuah ritual persembahan hasil bumi kepada gunung Bromo.
Upacar ini dilakukan setahun sekali tepatnya tiap bulan purnama tanggal 14 atau 15 bulan kesepuluh sesuai kalender Jawa.
4. Menyelesaikan Masalah dengan Musyawarah
Pada dasarnya kondisi kehidupan di suku Tengger sangat aman dan damai. Namun, jika terjadi masalah biasanya mereka menyelesaikannya dengan meminta bantuan kepala desa dan melakukan musyawarah. Jika tidak terselesaikan juga, biasanya pelaku akan didiamkan oleh semua warga.
5. Tidak Mau Menjual Lahan ke Orang Luar
Meski sudah membuka diri pada modernisasi, masyarakat suku Tengger masih memegang teguh adat. Salah satunya adalah tidak mau menjual lahan ke orang di luar suku Tengger. Mereka tidak ingin lahan yang masih indah dengan pesona alamnya ini dimanfaatkan terlalu berlebihan. Hal ini menjadi bentuk penghormatan mereka terhadap gunung Bromo. (Tia)
ADVERTISEMENT