Konten dari Pengguna

5 Perbedaan Sosialisasi Primer dan Sosialisasi Sekunder

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
3 November 2024 15:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Bagaimana sosialisasi primer berbeda dengan sosialisasi sekunder,Foto:Pexels/Henri Mathieu-Saint-Laurent
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bagaimana sosialisasi primer berbeda dengan sosialisasi sekunder,Foto:Pexels/Henri Mathieu-Saint-Laurent
ADVERTISEMENT
Bagaimana sosialisasi primer berbeda dengan sosialisasi sekunder? Dua jenis sosialisasi ini memainkan peran krusial dalam perkembangan individu, namun memiliki karakteristik dan konteks yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Sosialisasi primer terjadi pada tahap awal kehidupan, di mana keluarga berfungsi sebagai agen utama dalam mengajarkan nilai-nilai dan norma dasar.
Sementara itu, sosialisasi sekunder berlangsung sepanjang hidup dan melibatkan berbagai agen sosial, seperti teman sebaya, sekolah, dan masyarakat, yang membantu individu beradaptasi dengan lingkungan sosial yang lebih luas.

Perbedaan Sosialisasi Primer dan Sosialisasi Sekunder

Ilustrasi Bagaimana sosialisasi primer berbeda dengan sosialisasi sekunder,Foto:Pexels/Ksenia Chernaya
Sosialisasi merupakan proses penting dalam kehidupan manusia, di mana individu belajar dan menginternalisasi nilai, norma, serta perilaku yang berlaku dalam masyarakat.
Proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder berikut adalah 5 perbedaannya.

1. Agen Sosialisasi

Sosialisasi primer terutama dilakukan oleh keluarga, yang berfungsi sebagai agen utama dalam proses ini. Di lingkungan keluarga, anak-anak memperoleh pemahaman tentang norma dan nilai dasar melalui interaksi dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, sosialisasi sekunder melibatkan berbagai agen sosial yang lebih luas, seperti teman sebaya, sekolah, media massa, dan lembaga sosial lainnya. Dalam tahap ini, individu mulai mempelajari berbagai aspek kehidupan di luar lingkup keluarga.

2. Tahap dalam Kehidupan

Sosialisasi primer berlangsung pada tahap awal kehidupan, umumnya selama masa kanak-kanak hingga sekitar usia lima tahun. Pada periode ini, individu mulai membangun fondasi identitas dan kepribadian mereka.
Sementara itu, sosialisasi sekunder berlangsung sepanjang hayat dan dapat terjadi di berbagai tahap kehidupan. Proses ini berlanjut ketika individu mulai berinteraksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas, seperti saat memasuki sekolah, dunia kerja, atau komunitas baru.

3. Fokus Pembelajaran

Fokus pembelajaran dalam sosialisasi primer adalah pengenalan nilai-nilai dasar, norma, dan perilaku yang dianggap penting dalam masyarakat, di mana proses ini mendidik anak tentang cinta, empati, dan tanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Sosialisasi sekunder berfokus pada pembelajaran keterampilan dan pengetahuan yang lebih spesifik, termasuk pendidikan formal, pelatihan kerja, dan interaksi sosial yang kompleks.

4. Tipe Emosional

Dari segi emosional, sosialisasi primer cenderung lebih mendalam dan intim, dengan hubungan yang terbentuk dalam keluarga membentuk fondasi emosional individu.
Meskipun interaksi sosial tetap penting, sosialisasi sekunder lebih formal dan terstruktur, dengan hubungan yang mungkin tidak seintim hubungan keluarga namun tetap berpengaruh signifikan dalam kehidupan sosial.

5. Adaptasi terhadap Lingkungan

Selain itu, pada tahap sosialisasi primer, individu belajar beradaptasi dengan norma dan nilai yang diajarkan dalam keluarga, yang membantu membentuk identitas awal.
Sementara itu, dalam sosialisasi sekunder, individu harus menyesuaikan diri dengan norma dan nilai yang lebih luas, yang dapat berbeda dari yang dipelajari dalam sosialisasi primer.
ADVERTISEMENT
Sehingga memudahkan beradaptasi dengan lingkungan sosial yang beragam, seperti di sekolah atau tempat kerja.
Kedua bentuk sosialisasi ini sangat penting dalam membentuk individu dalam masyarakat. Memahami perbedaan ini dapat membantu menghargai bagaimana pengalaman awal dan interaksi sosial selanjutnya membentuk identitas dan perilaku.(shr)