Konten dari Pengguna

5 Tradisi NTT yang Unik dan Menarik untuk Wisatawan

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
9 September 2024 5:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tradisi NTT, Pexels/Ihsan Adityawarman
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tradisi NTT, Pexels/Ihsan Adityawarman
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tradisi NTT adalah sebuah kebudayaan yang dilakukan selama turun temurun di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tradisi ini berlangsung selama bertahun-tahun dan diturunkan dari generasi ke generasi.
ADVERTISEMENT
Tradisi terbentuk dari kebiasaan yang telah dilakukan leluhur sejak dahulu. Tradisi ini terkadang memiliki makna tertentu yang bersifat filosofis.

Tradisi NTT yang Unik dan Menarik

Ilustrasi tradisi NTT, Pexels/Ihsan Adityawarman
Terdapat berbagai macam tradisi yang ada di NTT. Berikut adalah deretan tradisi NTT yang unik dan menarik untuk wisatawan.

1. Upacara Reba

Upacara Reba merupakan upacara adat yang bertujuan melakukan penghormatan atau ucapan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan. Upacara ini dilakukan setelah masa panen dan digunakan untuk mengevaluasi kehidupan bermasyarakat pada tahun sebelumnya.
Secara umum upacara reba bagi masyarakat dapat dilihat sebagai suatu peristiwa histori yang mengisahkan kisah perjalanan hidup nenek moyang. Makna upacara reba juga merupakan kesempatan bagi para anggota keluarga untuk saling bertemu.
ADVERTISEMENT

2. Tradisi Hamis Batar

Tradisi Hamis BatarSalah adalah salah satu bentuk kearifan lokal yang terdapat di kabupaten Belu. Tradisi ini dilaksanakan oleh masyarakat sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen selama setahun.
Masyarakat akan mempersembahkan jagung ke gereja dan rumah adat saat tradisi ini berlangsung. Persembahan tersebut mempunyai nilai religius dan budaya yang masih sangat kental.

3. Lepa Bura

Lepa bura adalah sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Suleng Waseng, Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT. Sulengwaseng adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Solor Selatan.
Pembukaan tradisi ini diawali dengan tarian yang dibawakan oleh para gadis pada masa pantangan. Masa ini dimulai sejak turun hujan pertama kali.
ADVERTISEMENT
Aktivitas pi'in atau pantang ini dilakukan oleh tiga golongan masyarakat. Golongan tersebut terdiri atas para ibu, para bapak dan anak gadis.
Selama masa pi'in mereka dilarang memakan makanan yang baru. Sedangkan anak gadis pantang untuk melakukan pacaran dan hal-hal yang berbau seksualitas.
Upacara adat Lepa bura mencakup hal hal seperti kesucian diri dan ketaatan kepada norma adat dan norma sosial. Kemudian dilaksanakan Upacara Adat Bao lolon dengan memberi sesajen dan makan bersama.

4. Tradisi Belis

Belis merupakan tradisi dalam perkawinan adat masyarakat NTT. Tradisi ini diadopsi dari kehidupan para raja atau bangsawan. Belis merupakan unsur penting dalam perkawinan dan harus dilaksanakan oleh pihak laki-laki.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini dilakukan agar bisa membawa perempuan ke rumah adat dan agar keturunan dari pernikahan tersebut berhak memakai nama suku. Tradisi Belis tidak disatukan dengan perkawinan yang besifat sakral secara agama
Proses pemberian belis dipandang sebagai tradisi yang memiliki nilai-nilai luhur dan bentuk penghargaan terhadap perempuan. Proses ini juga dipandang sebagai simbol untuk menyatukan laki-laki dan perempuan sebagai suami istri.

5. Elkoil Od

Elkoil Od adalah trasis memanggil hujan. Pada musim kemarau panjang, masyarakat suku Lawahing di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, akan bersiap untuk memanggil hujan.
Tradisi ini dimulai dengan musyawarah antara tetua adat dan masyarakat untuk mempersiapkan upacara. Setelah itu penjemput Gong berpayung daun pandan (ami) akan beranjak ke rumah bendahara negeri untuk memulai upacara.
ADVERTISEMENT
Hanya pemuda pilihan yang boleh menjadi penjemput Gong. Selama perjalanan Gong harus dijaga dan tidak boleh dipukul sebelum sampai di tempat upacara. Pelanggaran akan hal ini akan menyebabkan malapetaka.
Pemimpin upacara dan masyarakat telah berkumpul di suatu tempat yang terdapat mesbah (dol) untuk menyambut datangnya Gong Elkoil dan Gong Telekei, pendamping Gong Elkoil. Ketika regu penjemput Gong tiba di tempat upacara, maka doa dan mantera pun diucapkan.
Tradisi NTT yang unik dan menarik dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Kebudayaan dan tradisi yang ada pada masyarakat hendaknya dilestarikan agar dapat dinikmati oleh anak cucu. (Fia)