Konten dari Pengguna

6 Tradisi Dayak, Salah Satunya Kuping Panjang

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
7 September 2024 10:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi 6 Tradisi Dayak, Salah Satunya Kuping Panjang, Unsplash/SHAGGY SIREP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi 6 Tradisi Dayak, Salah Satunya Kuping Panjang, Unsplash/SHAGGY SIREP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tradisi Dayak merupakan warisan turun temurun yang masih dilakukan maupun yang sudah tidak dilakukan lagi.
ADVERTISEMENT
Suku Dayak adalah salah satu suku yang sudah lama mendiami Pulau Kalimantan. Suku Dayak sendiri termasuk ke dalam suku asli Kalimantan dan hingga saat ini jumlahnya masih cukup banyak
Suku Dayak dikenal dengan kekayaan budaya dan tradisi yang unik, yang mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari.

6 Tradisi Dayak

Ilustrasi 6 Tradisi Dayak, Unsplash/SHAGGY SIREP
Tradisi Dayak mencakup upacara adat yang melibatkan ritual khusus dan penggunaan alat tradisional yang mencerminkan kepercayaan serta kebudayaan mereka.
Seringnya, tradisi mereka berkisar pada upacara dan ritual yang berhubungan dengan kekuatan gaib dan kepercayaan spiritual.
Mengutip dari buku Suku Dayak, Abdul Muti, 2023, hal-20, suku Dayak merupakan suku yang terkenal dengan dunia mistis dan kekuatan supranaturalnya. Berikut ini tradisi Dayak yang perlu diketahui.
ADVERTISEMENT

1. Tradisi Kuping Panjang

Suku Dayak memiliki tradisi yang unik, yaitu memanjangkan telinga. Tradisi ini khusus dilakukan oleh perempuan Dayak di Kalimantan Timur. Ada kepercayaan bahwa semakin panjang telinga seorang perempuan, semakin cantik ia terlihat.
Banyak perempuan Dayak yang memanjangkan telinganya karena dianggap menambah kecantikan.
Selain itu, memanjangkan telinga juga melambangkan status kebangsawanan dan melatih kesabaran. Untuk memperpanjang telinga, mereka menggunakan logam sebagai pemberat di bawah telinga atau tempat anting.
Perempuan Dayak diperbolehkan memanjangkan telinga hingga dada, sementara laki-laki dibatasi hingga bawah dagu.

2. Tato

Tradisi tato di kalangan masyarakat Dayak melambangkan kekuatan, hubungan dengan Tuhan, dan perjalanan hidup. Hingga kini, tato masih dipraktikkan di suku Dayak.
Proses pembuatan tato Dayak terkenal karena menggunakan peralatan sederhana. Orang yang ditato hanya menggigit kain untuk menahan sakit, sementara tubuhnya dipahat dengan alat tradisional.
ADVERTISEMENT
Setiap tato memiliki makna, seperti tato bunga terong yang menandakan kedewasaan pada laki-laki. Sedangkan pada perempuan, tato Tedak Kassa di kaki menandakan kedewasaan.

3. Ngayau atau Berburu Kepala

Ngayau, tradisi berburu kepala, dulunya dilakukan oleh suku Dayak namun kini telah dihentikan karena dianggap mengerikan dan berbahaya.
Tradisi ini melibatkan pemburuan kepala musuh sebagai bentuk balas dendam, di mana seorang anak akan membalas kematian ayahnya.
Ngayau dilakukan oleh pemuda Dayak untuk membuktikan keberanian dan agar bisa menikah. Perburuan kepala dilakukan secara kelompok. Namun, pada tahun 1874, tradisi ini dihentikan melalui musyawarah Tumbang Anoi karena dapat memicu konflik antar suku.

4. Tiwah

Tiwah adalah upacara pemakaman suku Dayak Ngaju yang melibatkan pembakaran tulang kerabat yang telah meninggal. Menurut kepercayaan Kaharingan, upacara ini membantu mengantarkan arwah ke dunia akhirat, yang disebut Lewu Tatau.
ADVERTISEMENT
Selama Tiwah, keluarga yang ditinggalkan akan menari dan bernyanyi mengelilingi jenazah. Pembakaran tulang hanya bersifat simbolis, jadi tidak semua tulang ikut dibakar.

5. Manajah Antang

Manajah Antang adalah ritual untuk mencari keberadaan musuh saat perang.
Dalam ritual ini, roh leluhur dipanggil melalui burung Antang, yang dipercaya bisa menunjukkan lokasi musuh. Selain untuk perang, ritual ini juga digunakan untuk mencari petunjuk lain.

6. Mantat Tu’Mate

Seperti Tiwah, Mantat Tu’Mate adalah tradisi pengantaran orang yang baru meninggal. Namun, Mantat Tu’Mate berlangsung selama tujuh hari, dengan iringan musik dan tari tradisional. Setelah tujuh hari, jenazah baru dimakamkan.
Itulah ragam tradisi dayak, salah satunya kuping panjang.