Konten dari Pengguna

7 Alasan Pengerahan Tenaga Romusha Menimbulkan Kesengsaraan dan Kematian

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
26 Januari 2024 22:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi Romusha (Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi Romusha (Pixabay)
ADVERTISEMENT
Mengapa pengerahan tenaga Romusha seringkali berujung pada cerita kesengsaraan dan kematian?
ADVERTISEMENT
Kesengsaraan dan kematian Romusha bukanlah suatu kebetulan, melainkan hasil dari sistem yang kejam dan tidak berperikemanusiaan.

Pengertian Romusha

ilustrasi Romusha (Pixabay)
Mengutup buku Peristiwa Mandor Berdarah, Romusha merupakan istilah Jepang yang merujuk kepada serdadu pekerja, sebutan ini digunakan untuk merujuk kepada individu-individu yang dipaksa bekerja pada periode penjajahan Jepang di Indonesia dari tahun 1942 hingga 1945.
Umumnya, Romusha terdiri dari petani miskin di Pulau Jawa yang diambil dan kemudian diangkut ke berbagai lokasi yang membutuhkan tenaga kerja mereka.
Mereka dipaksa untuk bekerja dalam proyek-proyek infrastruktur, seperti konstruksi jalan, pelabuhan, landasan pacu, dan proyek pembangunan lainnya.

Berbagai Alasan Pengerahan Tenaga Romusha Menimbulkan Kesengsaraan dan Kematian

Praktik pengerahan tenaga Romusha tidak hanya merugikan secara fisik, tetapi juga merusak martabat dan kesejahteraan manusia.
ADVERTISEMENT
Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa pengerahan tenaga Romusha seringkali berujung pada kesengsaraan dan kematian:

1. Kondisi Kerja yang Buruk

Romusha sering ditempatkan dalam kondisi kerja yang sangat buruk dan tidak manusiawi.
Pekerjaan fisik yang berat, di bawah tekanan waktu yang ketat, dan tanpa perlindungan yang memadai membuat kesehatan Romusha terancam.

2. Kurangnya Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan tempat tinggal seringkali tidak memadai, mengakibatkan kondisi kehidupan yang merana bagi para pekerja Romusha.

3. Perlakuan Kasar dan Kekerasan

Para pekerja Romusha sering menjadi korban perlakuan kasar dan kekerasan dari para prajurit Jepang.
Pengawas atau pejabat yang berwenang kerap memperlakukan mereka sebagai objek tanpa hak atau martabat.

4. Jam Kerja Berlebih

Romusha sering dipaksa bekerja dalam jam kerja yang berlebihan, tanpa istirahat yang memadai. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental yang ekstrem.
ADVERTISEMENT

5. Pengabaian Terhadap Keselamatan

Ketidakpedulian terhadap keselamatan kerja menjadi alasan lainnya mengapa Romusha menjadi sumber kesengsaraan.
Para pekerja Romusha sering kali ditempatkan di lingkungan kerja yang berbahaya tanpa perlindungan yang memadai, meningkatkan risiko kecelakaan dan cedera.

6. Perlakuan Diskriminatif

Romusha sering menjadi sasaran perlakuan diskriminatif berdasarkan etnis, agama, atau latar belakang sosial mereka.
Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang tidak ramah dan merendahkan martabat mereka sebagai manusia.
Mengapa pengerahan tenaga romusha menimbulkan kesengsaraan dan kematian? Hal tersebut tercipta dari kombinasi beban kerja dan perlakuan pekerja yang tidak manusiawi.
Sejarah pengerahan tenaga Romusha adalah cerminan gelap yang mengajarkan kita untuk tidak melupakan pelajaran berharga tentang hak asasi manusia dan martabat dalam kondisi sulit. (AZZ)