Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
7 Penyebab Perang Saparua di Ambon yang Menarik Dipelajari
25 Januari 2024 23:15 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penyebab Perang Saparua di Ambon menjadi babak baru dalam sejarah yang sarat akan konflik dan ketegangan.
ADVERTISEMENT
Dipicu oleh berbagai faktor, perang ini mencerminkan dinamika pahit antara pihak Belanda dan masyarakat setempat.
Sejarah Perang Saparua
Mengutip buku Sejarah SMA/MA Kls XI-IPA, Perang Saparua dimulai dengan serangan terhadap benteng Belanda Duurstede di Saparua pada 15 Mei 1817.
Perlawanan ini dipimpin oleh Thomas Matulessia, yang kemudian terkenal sebagai Kapitan Pattimura .
Dalam serangan tersebut, benteng Duurstede berhasil dikuasai oleh masyarakat, bahkan residen Belanda, Van den Berg, turut tewas dalam pertempuran tersebut.
Perlawanan ini kemudian meluas ke wilayah-wilayah lain seperti Ambon, Seram, dan lokasi-lokasi lainnya.
Pada 16 Desember 1817, Pattimura beserta rekan-rekannya berhasil ditangkap dan dihukum mati.
Pemberontakan ini melibatkan tokoh-tokoh penting dari Saparua, termasuk Authonie Rhebeek, Thomas Pattiwael, Lucas Latumahina, Said Perintah, Ulupaka, dan seorang pahlawan wanita bernama Christina Martha Tiahahu.
ADVERTISEMENT
Berbagai Penyebab Perang Saparua di Ambon
Memahami akar penyebab perang tersebut membuka mata kita terhadap kompleksitas sejarah dan perjuangan yang terjadi di wilayah Maluku.
Berikut ini berbagai penyebab dari Perang Saparua yang terjadi di wilayah Maluku:
1. Monopoli Perdagangan oleh Belanda
Belanda menerapkan monopoli perdagangan rempah-rempah di wilayah Ambon, yang mengakibatkan harga rendah bagi para petani.
Hal ini menciptakan ketidakpuasan di kalangan masyarakat yang merasa dieksploitasi.
2. Kebijakan Pelayaran Hongi
Pelayaran Hongi, dengan penggunaan senjata lengkap, menjadi simbol dominasi Belanda dalam mengamankan jalur perdagangan rempah-rempah.
Kebijakan ini memberikan tekanan besar pada petani lokal, membuat mereka kesulitan menjual hasil bumi keluar wilayah Maluku dengan harga yang layak.
3. Rakyat Dibebankan Konsumsi oleh Belanda
Rakyat Ambon diwajibkan menyediakan ikan asin, kopi, dan makanan bagi awak kapal Belanda yang berlabuh di Maluku.
ADVERTISEMENT
Kebijakan ini membebani rakyat setempat, menciptakan ketidakpuasan dan perasaan ketidakadilan.
4. Paksaan terhadap Warga Ambon untuk Menjadi Serdadu
Belanda memaksa warga Ambon untuk menjadi serdadu di luar Maluku.
Kebijakan ini tidak hanya merenggut kebebasan masyarakat, tetapi juga memisahkan mereka dari tanah kelahiran dan budaya mereka.
5. Perederan Uang yang tidak Jelas
Perederan uang yang tidak jelas dari pihak Belanda menciptakan ketidakpastian ekonomi di kalangan masyarakat. Kondisi ini semakin memicu ketegangan antara pihak kolonial dan penduduk setempat.
6. Para Pejabat Belanda yang Arogan
Sikap arogan para pejabat Belanda di Ambon menambah daftar ketidakpuasan. Perlakuan semena-mena terhadap penduduk setempat menciptakan kebencian dan menimbulkan semangat perlawanan.
Melalui gambaran berbagai penyebab Perang Saparua di Ambon, siapa saja dapat belajar bahwa konflik tersebut tidak hanya sekadar benturan senjata, tetapi juga hasil dari ketidakpuasan yang mendalam terhadap kebijakan kolonial.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran atas peristiwa ini dapat memberikan wawasan mendalam tentang keberanian dan tekad masyarakat Ambon dalam mempertahankan hak dan martabat mereka. (AZZ)