Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
8 Tradisi Tahun Baru di Jepang dan Filosofinya
28 Desember 2024 10:12 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tahun baru atau "Shogatsu," merupakan waktu yang sangat dihormati di Jepang, di mana keluarga berkumpul untuk merayakan pergantian tahun dengan berbagai tradisi yang sudah ada sejak berabad-abad.
Mengutip situs kemenparekraf.go.id, perayaan tahun baru identik dengan kemeriahan seperti berkumpul bersama, berpesta kembang api dan meniup terompet.
Tradisi tahun baru di Jepang dan Filosofinya
Tahun baru adalah momen yang sangat penting di Jepang, dirayakan dengan berbagai aktivitas khas yang penuh makna. Berikut adalah beberapa tradisi tahun baru di Jepang dan filosofinya:
1. Mochitsuki (Membuat Kue Mochi)
Mochitsuki adalah tradisi membuat kue mochi dari beras ketan yang ditumbuk hingga menjadi adonan lembut. Biasanya, kegiatan ini dilakukan bersama keluarga atau komunitas sebelum pergantian tahun.
Filosofi: Mochi melambangkan keberuntungan, kemakmuran, dan kebersamaan. Proses pembuatan mochi juga mencerminkan kerja sama dan solidaritas dalam keluarga atau masyarakat.
ADVERTISEMENT
2. Osoji (Pembersihan Besar-Besaran)
Sebelum tahun baru, masyarakat Jepang melakukan osoji, yaitu membersihkan rumah, tempat kerja, dan kuil. Tradisi ini dilakukan untuk menghilangkan energi buruk dari tahun sebelumnya.
Filosofi: Osoji melambangkan penyucian diri dan persiapan untuk menyambut tahun baru dengan hati dan lingkungan yang bersih, sehingga keberuntungan bisa masuk tanpa hambatan.
3. Hatsumode (Kunjungan ke Kuil)
Pada hari pertama tahun baru, orang Jepang mengunjungi kuil atau tempat suci untuk berdoa, memohon keberuntungan, kesehatan, dan keselamatan di tahun yang akan datang.
Filosofi: Tradisi ini mencerminkan rasa syukur dan harapan. Hatsumode juga mempererat hubungan spiritual dengan alam semesta dan tradisi leluhur.
4. Otoshidama (Memberikan Amplop Uang)
Anak-anak biasanya menerima otoshidama, amplop berisi uang, dari orang tua atau kerabat dewasa saat tahun baru.
Filosofi: Tradisi ini mengajarkan nilai berbagi dan memberikan semangat kepada generasi muda untuk memulai tahun baru dengan kebahagiaan dan keberuntungan.
ADVERTISEMENT
5. Kadomatsu dan Shimenawa (Dekorasi Tradisional)
Kadomatsu (hiasan dari bambu dan pinus) dan shimenawa (tali jerami suci) dipasang di pintu rumah untuk menyambut dewa tahun baru (Toshigami).
Filosofi: Kadomatsu melambangkan harapan hidup panjang dan kesuburan, sedangkan shimenawa berfungsi mengusir roh jahat dan menciptakan ruang suci untuk dewa.
6. Toshikoshi Soba (Makan Mi Soba Malam tahun baru)
Pada malam tahun baru, masyarakat Jepang menikmati toshikoshi soba, mi soba yang melambangkan pergantian tahun.
Filosofi: Mi soba yang panjang melambangkan umur panjang dan ketahanan. Tradisi ini juga mencerminkan harapan untuk melepaskan kesulitan tahun lalu dan menyambut tahun baru dengan semangat baru.
7. Kohaku Uta Gassen (Acara Musik tahun baru)
Kohaku Uta Gassen adalah acara musik yang disiarkan oleh NHK pada malam tahun baru. Penyanyi pria dan wanita dibagi menjadi dua tim untuk bersaing melalui penampilan musik.
ADVERTISEMENT
Filosofi: Tradisi ini mencerminkan kebersamaan dan hiburan, serta merupakan momen bagi keluarga untuk berkumpul dan menikmati waktu bersama.
8. Joya no Kane (Membunyikan Lonceng di Kuil)
Lonceng kuil dibunyikan sebanyak 108 kali pada malam tahun baru. Setiap dentang lonceng melambangkan pembersihan dari salah satu dari 108 nafsu duniawi menurut ajaran Buddha.
Filosofi: Tradisi ini mencerminkan penyucian jiwa dari dosa dan mempersiapkan diri untuk memasuki tahun baru dengan kesucian dan kedamaian batin.
Tradisi tahun baru di Jepang tidak hanya penuh dengan keceriaan, tetapi juga sarat makna filosofis. Setiap kegiatan mengandung nilai-nilai budaya yang mendalam, seperti rasa syukur, harapan, dan penyucian diri untuk memulai tahun yang baru dengan lebih baik. (Fikah)
ADVERTISEMENT