Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Akhir Pertempuran Puputan Margarana di Bali
10 Desember 2023 22:59 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Gugurnya I Gusti Ngurah Rai beserta 96 orang pasukannya menjadi akhir pertempuran Puputan Margarana yang terjadi di tahun 1946.
ADVERTISEMENT
Perang Puputan Margarana terjadi di Bali akibat Belanda mendaratkan pasukannya pada tanggal 2 - 3 Maret 1946 dengan niat untuk mendirikan Negara Indonesia Timur.
Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai akhir pertempuran Puputan Margarana yang terjadi di Desa Marga.
Akhir Pertempuran Puputan Margarana
Berdasarkan buku Cerita Perang Kemerdekaan Indonesia karya Mujibah Utami, I Gusti Ngurah Rai adalah putra asli Bali yang lahir di Desa Carangsari, Petang, Kabupaten Badung, Bali pada 30 Januari 1917.
I Gusti Ngurah Rai mencintai NKRI dan menolak ajakan Belanda untuk mendirikan Negara Indonesia Timur. Ia kemudian menyiapkan pasukan untuk melawan Belanda.
Di lain sisi, isi perjanjian Linggarjati yang mengatakan bahwa Belanda mengakui wilayah Indonesia secara de facto meliputi Jawa, Sumatra, dan Madura, membuat warga Bali kecewa.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 18 November 1946, I Gusti Ngurah Rai memerintah pasukannya untuk merebut senjata polisi NICA di Tabanan yang menghasilkan kemenangan.
Selanjutnya, I Gusti Ngurah Rai berkonsolidasi dan memusatkan pasukan di desa Adeng, kecamatan Marga, Tabanan. Pada tanggal 20 November 1946, I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya melakukan perjalanan ke Gunung Agung.
Kontak senjata tidak bisa dihindari saat Belanda mencegat mereka di desa Marga. Meskipun Belanda berhasil mengepung pasukan I Gusti Ngurah Rai di ladang jagung, tapi pasukan Indonesia berhasil memukul mundur pasukan Belanda.
Selanjutnya, meskipun ada perbedaan versi mengenai alasan gugurnya I Gusti Ngurah Rai, namun beliau dinyatakan gugur setelah Belanda melakukan serangan balik karena kekalahan berturut-turut.
Versi pertama mengatakan bahwa I Gusti Ngurah Rai tewas dalam serangan udara yang dilakukan oleh Belanda. Sedangkan, versi kedua melibatkan pengepungan di Desa Marga pada 20 November 1946.
ADVERTISEMENT
Dalam versi ini, Belanda yang awalnya kewalahan, memanggil bantuan dari seluruh wilayah Bali dan pesawat dari Makassar. I Gusti Ngurah Rai dinyatakan tewas setelah tembak-menembak dengan tentara Belanda.
Atas perjuangan I Gusti Ngurah Rai, Tugu Pahlawan Taman Pujaan Bangsa, kini dibangun di bekas lahan pertempuran. Beliau juga dianugerahi Bintang Mahaputra dan kenaikan pangkat anumerta menjadi Brigadir Jenderal.
Saat ini pun, nama I Gusti Ngurah Rai dijadikan nama bandara internasional di Bali. Demikian adalah akhir pertempuran Puputan Margarana oleh I Gusti Ngurah Rai di Bali. (SP)