Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Alat Musik Panting, Warisan Budaya Banjar dengan Suara Merdu dan Irama Khas
15 April 2025 21:02 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Alat musik panting menjadi salah satu warisan budaya khas masyarakat Banjar yang memiliki nilai historis tinggi. Keberadaan alat musik ini tak lepas dari peranannya dalam mengiringi berbagai tarian tradisional di daerah tersebut.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, alat musik panting tetap menjadi bagian penting dari kekayaan seni pertunjukan yang tumbuh dari akar tradisi lokal.
Alat Musik Panting
Dikutip dari laman p2k.stekom.ac.id, alat musik panting merupakan instrumen petik tradisional yang menjadi pusat dalam kesenian musik Panting khas Suku Banjar di Kalimantan Selatan.
Alat musik ini memiliki bentuk menyerupai gitar, namun ukurannya lebih kecil dan ramping tanpa lekukan pada sisi tubuhnya.
Bahan utama pembuatannya berasal dari kayu-kayu lokal seperti nangka, rengas, laban, dan kemuning, dengan tambahan kulit hewan sebagai penutup bagian tubuh utamanya.
Senar panting biasanya terdiri dari tiga buah tali yang terbentang dari bagian perut hingga kepala alat musik tersebut.
Kepala panting terletak di bagian paling atas, dan dilengkapi dengan tiga pemutar senar yang berfungsi untuk mengatur ketegangan nada.
ADVERTISEMENT
Di bagian bawah kepala terdapat leher panting, yaitu batang panjang yang menghubungkan kepala dengan bagian perut.
Perut panting berbentuk bulat lebar dan ditutupi oleh kulit kambing atau kulit ular yang berfungsi sebagai resonator suara. Pada bagian ujung bawah terdapat pohon panting, yaitu bagian penyangga sekaligus titik awal pemasangan tali senar.
Alat musik panting dimainkan dalam kelompok maupun secara individu. Dalam pertunjukan lengkap, panting sering diiringi oleh alat musik lain seperti suling, biola, kendang, kempul, gong, marawis, ketipung, dan tamborin.
Musik yang dihasilkan tergolong dalam jenis kordofon dan menggunakan tangga nada diatonik, sehingga terdengar harmonis saat mengiringi tarian.
Salah satu tarian yang paling sering diiringi musik ini adalah Tari Japin, sebuah tari tradisional yang identik dengan budaya Banjar.
ADVERTISEMENT
Musik panting mulai dikenal sejak abad ke-18 bersamaan dengan perkembangan Tari Japin di wilayah Sungai Pinang, Kabupaten Tapin.
Dari sana, musik ini menyebar ke beberapa desa lainnya seperti Rantau Bujur, Tatakan, Tambarangan, dan Pematang Sungkai.
Awalnya hanya digunakan sebagai musik pengiring tarian, namun dalam perkembangannya, panting juga dimanfaatkan dalam musik rakyat.
Selain itu juga untuk pertunjukan kreasi baru yang mencerminkan dinamika budaya masyarakat Kalimantan Selatan.
Sayangnya, keberadaan alat musik ini kini semakin sulit ditemukan karena tergerus perkembangan zaman. Oleh karenanya pelestarian alat musik ini menjadi penting agar identitas budaya lokal tidak hilang begitu saja.
Alat musik panting tidak hanya bernilai estetis, tetapi juga menjadi pengingat akan kekayaan sejarah dan warisan budaya Banjar yang patut dijaga. (Suci)
ADVERTISEMENT