Asal-Usul Aksara Jawa sebagai Ciri Khas dari Suku Jawa

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
Konten dari Pengguna
4 April 2024 21:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: Asal-Usul Aksara Jawa. Sumber: Ditta Alfianto/Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Asal-Usul Aksara Jawa. Sumber: Ditta Alfianto/Pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suku Jawa mempunyai salah satu ciri khas, yakni aksara Jawa. Asal-usul aksara Jawa dipercaya bermula dari kisah Aji Saka yang konon berasal dari India yang datang ke peradaban Tanah Jawa. Lantas bagaimana kisah selanjutnya? Simak di sini!
ADVERTISEMENT

Asal-Usul Aksara Jawa

Ilustrasi: Asal-Usul Aksara Jawa. Sumber: Burkard Meyendriesch/Pexels.com
Nurhata dalam buku berjudul Kajian Pernaskahan Cirebon dan Indramayu menjelaskan bahwa aksara Jawa terkenal dengan sebutan Carakan atau Hanacaraka.
Menurut legenda Jawa, aksara Jawa muncul tidak lepas dari tokoh-tokoh, seperti Aji Saka, Dora, Sembada, dan Prabu Dewata Cengkar. Lantas bagaimana kisahnya?
Kak Yudi dalam buku berjudul Aji Saka: Asal Mula Aksara Jawa menjelaskan bahwa Aji Saka adalah seorang kesatria muda dari Bumi Majeti.
Penyebutan Bumi Majeti artinya adalah negeri antah-berantah. Namun sebagian ilmuwan menafsirkan bahwa Aji Saka asalnya dari India.
Aji Saka terkenal dengan ilmunya yang tinggi, baik hati, dan rupawan. Aji Saka mempunyai dua punggawa atau abdi yang sangat setia. Kala itu, Aji Saka ingin berkelana dan meninggalkan Bumi Majeti bersama salah satu punggawanya, yakni Dora.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, Sembada diperintah tetap di Majeti menjaga keris Aji Saka dan tidak boleh memberikan keris tersebut kepada siapa pun.
Saat Aji Saka datang ke tanah Jawa, ia berani menantang Prabu Dewata Cengkar penguasa Medangkamulan yang suka memakan daging manusia.
Aji Saka akan menyerahkan tubuhnya untuk makanan sang prabu dengan syarat sang prabu harus memberikan tanah yang luasnya sepanjang serban milik Aji Saka.
Merasa permintaan tersebut mudah, Prabu Dewata Cengkar menyanggupinya. Sang prabu mengukur tanah seluas serban Aji Saka, namun kekuatan Aji Saka membuat serbannya memanjang sampai ke tepian Pantai Selatan.
Prabu Dewata Cengkar kemudian dihempaskan hingga ke tengah laut dan konon katanya berubah menjadi seekor buaya putih. Atas kemenangan tersebut, Aji Saka diangkat menjadi raja Negara Medangkamulan.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, Aji Saka mengutus Dora untuk mengambil keris pusaka yang dijaga oleh Sembada. Ternyata, Sembada tidak memberikan keris tersebut sesuai amanat yang diberikan Aji Saka. Akhirnya perang diantara keduanya terjadi dan mereka berdua tewas.
Aji Saka merasa bersalah atas apa yang terjadi dengan kedua punggawanya, yakni demi menjaga amanat kepada Aji Saka mereka sampai bertarung sampai mati. Untuk mengenang peristiwa tersebut Aji Saka membuat Aksara Jawa.
Bejo, S.pd, dkk dalam buku berjudul Sinau Maca Aksara Jawa 1 menjelaskan bahwa huruf Jawa dalam aksara Jawa yang umum dipelajari ada 20 huruf dan terkenal dengan sebutan nglegena atau huruf Jawa belum bertanda.
Demikianlah informasi singkat tentang asal-usul aksara Jawa yang menarik untuk diketahui. (eK)
ADVERTISEMENT