Konten dari Pengguna

Asal Usul Angklung, Alat Musik dari Bambu yang Sudah Mendunia

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
4 Agustus 2024 21:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi asal usul angklung. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi asal usul angklung. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Asal usul angklung adalah alat musik tradisional yang berasal dari Indonesia, khususnya dari daerah Sunda di Jawa Barat, yang keberadaannya sudah diakui oleh UNESCO.
ADVERTISEMENT
Angklung menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang paling berharga dan terus berkembang. Artikel berikut akan mengupas tuntas asal usul angklung yang menarik diketahui.

Asal Usul Angklung

Ilustrasi asal usul angklung. Foto: Pixabay
Angklung adalah alat musik tradisional yang tercipta dari bambu. Alat musik ini dibunyikan dengan cara digoyangkan untuk menghasilkan bunyi yang bergetar.
Susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda terutama adalah salendro dan pelog.
Angklung diperkirakan berasal dari budaya Sunda di Jawa Barat. Alat musik ini telah ada sejak zaman kerajaan Sunda kuno, sekitar abad ke-7 hingga ke-14.
Seperti yang ditulis dalam buku Seri Prof. Ensto: Ayo Mengenal Indonesia Jawa dan Madura karya Erwin Adi, pada awalnya, angklung digunakan dalam upacara ritual atau sembahyang.
ADVERTISEMENT
Angklung dikatakan digunakan untuk menghormati Dewi Sri, dewi padi dan pertanian, dengan harapan mendapatkan panen yang melimpah. Angklung juga dimainkan sebagai bagian dari ritual yang bertujuan untuk memanggil roh-roh penjaga sawah dan ladang agar memberikan kesuburan.
Kerajaan Padjadjaran juga menggunakan angklung sebagai instrumen musik pada korps musik saat perang Bubat. Fungsinya adalah memompa semangat rakyat sampai pada masa penjajahan.
Karena itulah, pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung. Pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun.
Angklung kemudian menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, seperti Bali, Kalimantan, dan Sumatra. Masing-masing daerah mengembangkan versi dan gaya bermain angklung yang khas.
Salah satu tokoh yang berperan dalam pengembangan ini adalah Daeng Soetigna pada 1938, yang menciptakan angklung diatonis sehingga dapat digunakan untuk memainkan lagu-lagu modern dan internasional.
ADVERTISEMENT
Pada 2010, angklung diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Manusia. Pengakuan ini membantu meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya pelestarian angklung sebagai bagian dari warisan budaya dunia.
Asal usul angklung juga perannya yang kaya tetap menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang paling berharga dan terus berkembang serta dikenalkan ke seluruh dunia. (SP)