Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Asal-Usul Tradisi Ogoh-Ogoh oleh Umat Hindu di Wonosalam, Jombang
25 Juli 2024 23:18 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Asal-usul tradisi ogoh-ogoh oleh umat Hindu di Wonosalam, Jombang terjadi secara beriringan dengan perkembangan agama Hindu di daerah tersebut. Pawai ogoh-ogoh di Wonosalam biasanya terjadi menjelang Hari Raya Nyepi.
ADVERTISEMENT
Selain melakukan pawai ogoh-ogoh, masyarakat Hindu di Indonesia juga membakar patung raksasa tersebut. Pembakaran ogoh-ogoh memiliki tujuan tersendiri, yakni menghilangkan unsur Sang Bhuta Kala.
Asal-Usul Tradisi Ogoh-Ogoh oleh Umat Hindu di Wonosalam
Setiap daerah di Indonesia umumnya memiliki tradisi, baik itu yang berkaitan dengan adat istiadat, kepercayaan, maupun fenomena alam. Salah satu tradisi yang terdapat di Negeri Zamrud Khatulistiwa ini adalah tradisi ogoh-ogoh di kalangan umat Hindu.
Banyak orang mengenal bahwa tradisi ogoh-ogoh merupakan ritual umat Hindu di Bali. Padahal selain di Bali, masyarakat Hindu di Wonosalam Jombang pun melakukan tradisi pawai ogoh-ogoh.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Hindu di Wonosalam, Jombang akan melakukan pawai serta pembakaran ogoh-ogoh guna menyambut Hari Raya Nyepi. Hari Raya Nyepi adalah hari raya bagi pemeluk agama Hindu.
Penyebab Ogoh-Ogoh Dibakar
Ogoh-ogoh dalam bahasa Indonesia memiliki makna sebagai patung yang terbuat dari bambu, kertas, dan sebagainya. Ogoh-ogoh umumnya mempunyai bentuk besar alias raksasa.
Mengutip dari buku Pendidikan dan Nilai Agama Hindu karya Budiasih, dkk. (2023:191), makna dari ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menjadi simbol manifestasi dari kepribadian Sang Bhuta Kala.
Menurut ajaran Hindu Dharma, Sang Bhuta Kala adalah representasi dari wujud kekuatan alam semesta (Bhu) dengan kekuatan waktu (Kala) yang tidak ada akhirnya. Sang Bhuta Kala menggambarkan sosok yang sangat besar dan menakutkan.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Budiasih dkk. menjelaskan bahwa ogoh-ogoh dibakar dengan tujuan unsur dari Sang Bhuta Kala hilang. Oleh karena itu, pawai ogoh-ogoh selalu mencakup kegiatan pembakaran.
Demikian menjadi jelas bahwa asal-usul tradisi ogoh-ogoh oleh umat Hindu di Wonosalam terjadi secara beriringan dengan perkembangan agama Hindu di daerah tersebut. Pawai ogoh-ogoh terjadi setiap kali menyambut Hari Raya Nyepi. (AA)