Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Budaya Maritim yang Ada di Nusantara dan Kontribusinya bagi Kebudayaan Dunia
15 Januari 2025 15:09 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Budaya maritim yang ada di Nusantara merupakan salah satu warisan penting yang mencerminkan identitas bangsa Indonesia sebagai negara kepulauan.
ADVERTISEMENT
Keberadaan budaya ini tidak hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga menunjukkan bagaimana masyarakat Nusantara telah lama menjalin hubungan dengan laut, baik dalam aspek ekonomi, sosial, maupun kebudayaan.
Dikutip dari jurnal Pengembangan Budaya Maritim Di Indonesia Sebagai Strategi Adaptasi, Retno Andriati, (2016:1), budaya maritim adalah panduan nilai dan norma di bidang maritim untuk mendukung kegiatan sosial-ekonomi.
Budaya Maritim yang ada di Nusantara
Apa yang dimaksud dengan budaya maritim yang ada di nusantara? Budaya maritim yang ada di Nusantara adalah serangkaian nilai, norma, pengetahuan, ide, dan pemikiran yang berhubungan dengan laut.
Sejak zaman dahulu, Nusantara dikenal sebagai wilayah dengan budaya maritim yang sangat maju. Hal ini ditunjukkan oleh keterampilan nenek moyang dalam membuat kapal, navigasi, dan aktivitas perdagangan antar pulau maupun antar bangsa.
ADVERTISEMENT
Beberapa budaya maritim Nusantara yang terkenal meliputi:
1. Pembuatan Kapal Tradisional
Masyarakat di Nusantara, seperti Bugis dan Makassar, memiliki tradisi pembuatan kapal kayu seperti Phinisi. Kapal ini menjadi simbol kehebatan pelaut Indonesia yang mampu berlayar hingga samudra luas.
2. Sistem Navigasi Tradisional
Pelaut Nusantara mengandalkan pengetahuan bintang, angin, dan arus laut sebagai panduan dalam bernavigasi. Ini menunjukkan kedalaman ilmu maritim meskipun tanpa teknologi modern.
3. Perdagangan Rempah-Rempah
Budaya maritim mendukung perdagangan rempah-rempah dari Maluku, yang menjadi salah satu komoditas utama dunia pada masa kolonial. Hal ini menjadikan Nusantara sebagai pusat perdagangan global.
4. Kebudayaan Bahari
Upacara adat seperti Pesta Laut oleh masyarakat pesisir mencerminkan hubungan erat masyarakat Nusantara dengan laut, yang dihormati sebagai sumber kehidupan.
Kontribusi Budaya Maritim Nusantara bagi Kebudayaan Dunia
Kehidupan maritim tidak hanya terlihat dari aktivitas seperti perikanan dan pelayaran, tetapi juga dalam tradisi, seni, dan teknologi yang berkembang di berbagai daerah. Berikut adalah kontribusi budaya maritim Nusantara bagi kebudayaan dunia:
ADVERTISEMENT
1. Jalur Perdagangan Internasional
Nusantara menjadi bagian penting dari Jalur Rempah yang menghubungkan Asia, Timur Tengah, dan Eropa. Jalur ini tidak hanya membawa komoditas, tetapi juga menjadi jalur pertukaran budaya, teknologi, dan agama.
2. Pengaruh Seni dan Arsitektur
Interaksi dengan pedagang asing membawa pengaruh terhadap seni dan arsitektur Nusantara. Contohnya adalah masjid-masjid dengan gaya arsitektur campuran lokal dan asing, seperti Masjid Demak yang mencerminkan pengaruh Hindu, Islam, dan lokal.
3. Teknologi Pembuatan Kapal
Kapal-kapal tradisional seperti Phinisi tidak hanya diakui sebagai warisan budaya Indonesia, tetapi juga menjadi bukti kemampuan teknologi maritim Nusantara yang diakui dunia.
4. Persebaran Budaya dan Bahasa
Budaya dan bahasa Nusantara tersebar ke berbagai wilayah, seperti Madagaskar. Penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Austronesia dari Nusantara berperan dalam migrasi ke Afrika Timur melalui jalur maritim.
5. Kontribusi pada Ekosistem Maritim Dunia
Kearifan lokal dalam menjaga ekosistem laut, seperti tradisi sasi di Maluku, menginspirasi dunia dalam menjaga keberlanjutan sumber daya laut.
ADVERTISEMENT
Budaya maritim yang ada di Nusantara menjadi pengingat akan kekayaan sejarah dan keberagaman budaya bangsa ini. Dengan melestarikan tradisi maritim, masyarakat tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga memperkuat identitas bangsa. (Fikah)