Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.80.1
Konten dari Pengguna
Ciri-Ciri Historiografi Tradisional yang Jarang Diketahui
29 September 2024 16:28 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Historiografi tradisional menyimpan segudang rahasia dan karakteristik unik yang seringkali luput dari perhatian. Meskipun demikian masih terdapat beberapa ciri-ciri khas historiografi tradisional yang jarang diketahui publik.
ADVERTISEMENT
Menurut buku Historiografi Islam (2018), historiografi tradisional mencakup periode pra-Islam dan Islam. Karya sejarah ini umumnya dihasilkan oleh para pujangga istana yang merefleksikan nilai-nilai dan kepentingan politik kerajaan masing-masing.
Ciri-Ciri Historiografi Tradisional
Di balik narasi epik dan kisah heroik yang menghiasi babad dan hikayat, terdapat sejumlah ciri khas yang membedakannya dengan historiografi modern. Berikut adalah ciri-ciri historiografi tradisional yang jarang diketahui.
1. Fokus pada Legenda dan Mitos
Salah satu ciri khas historiografi tradisional adalah kecenderungannya untuk menggabungkan fakta sejarah dengan legenda dan mitos.
Tokoh-tokoh sejarah seringkali digambarkan dengan kemampuan supranatural atau terlibat dalam peristiwa-peristiwa ajaib. Hal ini bertujuan untuk mengagungkan sosok tersebut dan memperkuat legitimasi kekuasaan.
2. Sifat Oralitas yang Kuat
Sebelum ditemukannya teknologi tulis-menulis, sejarah secara lisan diturunkan dari generasi ke generasi melalui dongeng, tembang, dan syair.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, historiografi tradisional seringkali mengandung unsur-unsur lisan yang kuat, seperti diksi yang puitis, penggunaan kiasan, dan repetisi.
3. Keterikatan dengan Nilai-Nilai Lokal
Historiografi tradisional sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai, kepercayaan, dan adat istiadat masyarakat setempat.
Sejarah yang ditulis cenderung mencerminkan pandangan dunia masyarakat pada masa itu, termasuk kosmologi, sistem sosial, dan hierarki kekuasaan.
4. Fungsi Ideologis
Sejarah tidak hanya berfungsi sebagai rekaman peristiwa masa lalu, tetapi juga sebagai alat untuk melegitimasi kekuasaan dan mempersatukan masyarakat.
Historiografi tradisional seringkali digunakan untuk membenarkan posisi sosial, politik, dan keagamaan kelompok tertentu.
5. Subjektivitas yang Tinggi
Penulis historiografi tradisional cenderung menyisipkan pandangan pribadi, bias, dan kepentingan kelompoknya dalam karya mereka.
Akibatnya, kebenaran sejarah yang dihasilkan seringkali bersifat relatif dan tergantung pada sudut pandang penulis .
6. Karakteristik Linear dan Siklis
Narasi sejarah dalam historiografi tradisional cenderung linear, mengikuti urutan kronologis peristiwa.
ADVERTISEMENT
Namun, di sisi lain, terdapat juga pandangan siklis tentang sejarah, di mana peristiwa-peristiwa dianggap berulang dan mengikuti pola tertentu.
7. Penekanan pada Asal-usul
Historiografi tradisional sangat memperhatikan asal-usul suatu kelompok atau dinasti. Kisah-kisah tentang penciptaan, keturunan dewa, atau hubungan dengan tokoh-tokoh legendaris seringkali menjadi bagian penting dari narasi sejarah.
Memahami ciri-ciri historiografi tradisional sangat penting untuk menafsirkan sumber-sumber sejarah kuno secara tepat.
Dengan mengetahui latar belakang dan konteks penulisan, masyarakat dapat memilah fakta dari mitos dan memahami bagaimana sejarah dikonstruksi pada masa lalu. (Ris)