Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.80.1
Konten dari Pengguna
Contoh Konflik di Indonesia yang Berkait dengan Vested Interest
11 September 2024 17:48 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Di Indonesia , periode antara tahun 1948 hingga 1965 dipenuhi dengan konflik yang melibatkan vested interest dari berbagai pihak, terutama selama masa transisi politik pasca kemerdekaan.
Contoh Konflik di Indonesia yang Berkait dengan Vested Interest
Vested interest adalah istilah yang merujuk pada kepentingan tertentu yang dimiliki oleh individu atau kelompok dalam mempertahankan kontrol atau keuntungan dalam suatu sistem sosial, politik, atau ekonomi.
Kepentingan ini sering kali membuat kelompok tersebut berusaha menghalangi perubahan yang dapat merugikan posisi atau kekuasaan mereka.
ADVERTISEMENT
Berikut penjelasan lengkapnya, dikutip dari Buku Sejarah Indonesia, Abdurrahman dkk (2015:29).
Pemberontakan PKI Madiun (1948)
Pemberontakan ini dipimpin oleh Muso pada September 1948. Tujuannya adalah menggulingkan pemerintahan Soekarno-Hatta dan mendirikan negara Soviet Indonesia yang berideologi komunis.
Vested interest di balik pemberontakan ini adalah kepentingan kelompok komunis untuk mendominasi pemerintahan dan menerapkan sistem komunis di Indonesia.
Pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh TNI, namun menjadi salah satu ancaman besar terhadap stabilitas negara.
Pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil, 1949)
Dipimpin oleh Kapten KNIL Raymond Westerling, APRA adalah sebuah gerakan yang didorong oleh kepentingan Westerling dan kelompoknya untuk mempertahankan negara federal bentukan Belanda, yang bertentangan dengan konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Vested interest di sini adalah kepentingan militer dan kolonial Belanda untuk terus memiliki pengaruh di Indonesia pascakemerdekaan. Pemberontakan ini berujung pada kekalahan APRA.
ADVERTISEMENT
Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS, 1950)
RMS dipimpin oleh Dr. Chris Soumokil dengan tujuan memisahkan Maluku dari Indonesia dan mendirikan negara sendiri. Gerakan ini didukung oleh Belanda, yang masih memiliki vested interest untuk mempertahankan pengaruh di wilayah tersebut.
Meskipun RMS berhasil dipukul mundur oleh TNI pada 1950, gerakan ini tetap menjadi simbol separatisme di Indonesia selama beberapa tahun berikutnya.
Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII, 1949-1962)
Dipimpin oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, pemberontakan ini bertujuan mengganti Pancasila dengan syariat Islam sebagai dasar negara.
Vested interest dalam konflik ini adalah kepentingan kelompok fundamentalis Islam yang ingin mendirikan negara Islam di Indonesia, berlawanan dengan visi negara sekuler yang diperjuangkan oleh pemerintah pusat.
Pemberontakan Andi Aziz (1950)
Dipimpin oleh Kapten Andi Aziz, pemberontakan ini terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan, dengan tujuan mempertahankan status negara bagian Indonesia Timur yang didukung oleh Belanda.
ADVERTISEMENT
Vested interest dari Andi Aziz dan kelompoknya adalah untuk menjaga kepentingan elit lokal dan kolonial yang khawatir akan hilangnya kekuasaan jika bergabung dengan NKRI.
Pemberontakan ini berhasil ditumpas setelah intervensi militer oleh pemerintah pusat.
Konflik-konflik tersebut menunjukkan contoh konflik di Indonesia yang berkait dengan vested interest yang terjadi antara tahun 1948-1965. Di mana berbagai kelompok berusaha memperjuangkan kepentingan mereka masing-masing.
Baca Juga : 5 Tradisi Maluku yang Perlu Dilestarikan