Konten dari Pengguna

Dampak Konfrontasi Indonesia-Malaysia pada 1960-an

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
17 Maret 2024 21:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Dampak Konfrontasi Indonesia-Malaysia. Sumber: Unsplash.com/Perfecto Capucine
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Dampak Konfrontasi Indonesia-Malaysia. Sumber: Unsplash.com/Perfecto Capucine
ADVERTISEMENT
Konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia merupakan peristiwa sejarah yang melekat bagi kehidupan dua bangsa tersebut, khususnya pada tahun 1960-an. Dampak konfrontasi Indonesia-Malaysia begitu nyata dalam berbagai bidang.
ADVERTISEMENT
Salah satu dampak yang jelas adalah dua negara di kawasan Asia Tenggara tersebut pernah mengalami perang urat saraf (psywar). Selain itu, Indonesia juga pernah mengalami defisit ekonomi karena permasalahannya dengan Malaysia.

Dampak Konfrontasi Indonesia-Malaysia

Ilustrasi Dampak Konfrontasi Indonesia-Malaysia. Sumber: Unsplash.com/freestocks
Setiap peristiwa selalu mempunyai dampak bagi pihak yang terlibat di dalamnya, demikian pula dengan peristiwa konfrontasi Indonesia-Malaysia. Menurut catatan sejarah, konfrontasi tersebut terjadi sekitar tahun 1960-an.
Pada masa itu, Indonesia baru saja selesai melakukan pembebasan Irian Barat dari sisa kolonialisme Belanda. Namun, Indonesia belum bisa tenang karena selang satu tahun kemudian, permasalahan dengan Malaysia terjadi.
Permasalahan tersebut akhirnya memicu konfrontasi Indonesia-Malaysia pada tahun 1963 – 1966. Dampak konfrontasi Indonesia-Malaysia terjadi sangat nyata, antara lain:

1. Perang Urat Saraf

Mengutip dari buku Manajemen Bahasa, Wibowo (2003: 111), permusuhan tajam antara dua bangsa serumpun yang nyaris berlarut-larut tersebut sempat diwarnai oleh perang urat saraf (psywar).
ADVERTISEMENT
Perang tersebut memiliki maksud untuk menggertak, menakut-nakuti, atau melecehkan pihak lawan. Berbeda dengan konsep perang pada umumnya, perang urat saraf tidak menggunakan senjata, melainkan kata-kata.

2. Defisit Ekonomi Indonesia

Konfrontasi yang terjadi selama tiga tahun tersebut tentu memberi dampak bagi perekonomian Indonesia. Pada masa itu, Indonesia baru saja berhasil membebaskan Irian Barat dari sisa kolonialisme Belanda.
Keberhasilan tersebut tentunya menghabiskan banyak biaya. Keberadaan masalah dengan Malaysia membuat Indonesia juga membutuhkan pembiayaan.
Mengutip dari jurnal Konfrontasi Indonesia – Malaysia dan Dampaknya terhadap Ekonomi Indonesia, Sutrisno (2013: 631), dalam kegiatan ekonomi, permasalahan dengan Malaysia telah mengakibatkan Indonesia mengalami defisit.

Selintas Kronologi Konfrontasi Indonesia-Malaysia

Ilustrasi Dampak Konfrontasi Indonesia-Malaysia. Sumber: Unsplash.com/Vikas Pawar
Pada awal tahun 1960-an Indonesia berhasil melepaskan Irian barat dari pengaruh sisa kolonialisme Belanda. Seolah tidak memiliki jeda, Indonesia harus kembali menghadapi konflik baru dengan Malaysia sebagai negara tetangganya.
ADVERTISEMENT
Permasalahan muncul akibat Negeri Jiran tersebut ingin membentuk Negara Federasi Malaysia. Semula, Indonesia menyetujui pembentukan tersebut.
Namun, Presiden Soekarno melihat tindakan Malaysia menjadi suatu bentuk pelanggaran. Selain itu, tindakan Malaysia juga menjadi bukti kolonialisme dan imperialisme Inggris.
Presiden Soekarno pun semakin geram saat Perdana Menteri Malaysia menandatangani pembentukan Negara Federasi Malaysia dengan Inggris. Konflik antara dua negara pun semakin memanas setelah para demonstran anti-Indonesia melakukan unjuk rasa.
Kumpulan polemik itu kemudian memicu terjadinya konfrontasi Indonesia-Malaysia. Pada masa iu, Indonesia bahkan sempat keluar dari PBB pada 1 Januari 1965.
Demikian diketahui bahwa dampak konfrontasi Indonesia-Malaysia adalah terjadinya perang urat saraf di antara dua negara. Selain itu, peristiwa tersebut juga membuat ekonomi Indonesia mengalami defisit. (AA)
ADVERTISEMENT