Konten dari Pengguna

Dampak Perang Puputan Bali yang Penuh Pertumpahan Darah

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
1 Juni 2024 23:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dampak perang puputan bali, sumber foto: Pixabay by pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dampak perang puputan bali, sumber foto: Pixabay by pexels.com
ADVERTISEMENT
Perang Puputan Bali identik dengan nama Puputan Margarana, salah satu peristiwa yang menunjukkan semangat perjuangan masyarakat Bali. Dampak Perang Puputan Bali tersebut ialah keberhasilan Belanda mendirikan Negara Indonesia Timur (NIT).
ADVERTISEMENT
Rakyat Bali sudah berjuang mati-matian untuk mempertahankan tanah air, tetapi tetap dikalahkan oleh Belanda yang mendapat bala bantuan. Peristiwa yang terjadi pada 20 November 1946 di Tabanan Bali memang penuh perjuangan serta pertumpahan darah.
Dikutip dari buku Seri Prof. Ensto: Ayo Mengenal Indonesia Bali dan Nusa Tenggara karya Erwin Adi Putranto, simak dampak dari Perang Puputan Bali berikut ini.

Dampak Perang Puputan Bali

Ilustrasi dampak perang puputan bali, sumber foto: Pixabay by pexels.com
Awal mula terjadinya Perang Puputan Bali atau Puputan Margarana adalah kembalinya Belanda setelah Jepang menyerah kepada sekutu. Tentunya, kedatangan Belanda ingin kembali menguasai wilayah Indonesia dengan mendirikan pasukan NICA.
Pertama kali pasukan NICA tersebut mendarat di Bali, hanya saja kedatangannya mendapat pertentangan dari rakyat. Sehingga memicu pertempuran-pertempuran kecil di berbagai tempat, hingga puncaknya peperangan yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai.
ADVERTISEMENT
Belanda sempat memberikan tawaran kepada I Gusti Ngurah Rai, tetapi tawaran tersebut ditolak mentah-mentah. Hingga akhirnya, rakyat Bali setuju untuk kembali bertempur hingga titik darah penghabisan di bawah kepemimpinan I Gusti Ngurah Rai.
Pertempuran yang berlangsung selama 2 jam tersebut berakhir dengan kekalahan rakyat Bali serta kematian I Gusti Ngurah Rai. Dampak dari kekalahan tersebut memicu keberhasilan Belanda dalam mendirikan Negara Indonesia Timur (NIT).
Meski kalah, peristiwa tersebut menggambarkan perjuangan serta aksi heroik I Gusti Ngurah Rai. Sebanyak 69 pasukan rakyat Bali gugur karena serangan dari Tentara Belanda, sedangkan di kubu lawan terdapat 400 orang tewas.
Namun, Belanda tidak sepenuhnya berhasil menguasai Bali karena perjuangan rakyat tidak berhenti sampai situ. Rakyat tetap berjuang hingga berhasil menggagalkan usaha Belanda setelah Indonesia kembali menjadi negara kesatuan tahun 1950.
ADVERTISEMENT
Mengingat pada 8 Maret 1950, pemerintah RIS dengan persetujuan DPR serta Senat RIS mengeluarkan UU Darurat No. 11 Tahun 1950 yang berisi tata cara perubahan susunan kenegaraan RIS.
Dampak Perang Puputan Bali memang cukup mengecewakan rakyat Bali karena Belanda berhasil mendirikan Negara Indonesia Timur (NIT). Hanya saja, hal itu tidak berlangsung lama setelah Indonesia kembali menjadi negara kesatuan tahun 1950.(DSI)