Konten dari Pengguna

Disorganisasi Keluarga: Pengertian, Faktor Penyebab, dan Contohnya

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
9 Maret 2023 9:12 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi keluarga. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keluarga. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Disorganisasi keluarga adalah perpecahan yang terjadi di lingkungan keluarga dan dapat mengakibatkan ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Kondisi ini disebabkan oleh anggota keluarga yang gagal dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan peranan sosial mereka.
ADVERTISEMENT
Disorganisasi keluarga dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah single parent yang kesulitan karena memutuskan bercerai, keluarga yang broken home, komunikasi yang tidak baik karena orangtua terlalu otoriter, dan kekerasan pada anak (child abuse).
Disorganisasi keluarga dapat menyebabkan berbagai permasalahan dan dampak negatif bagi anggota keluarganya. Dalam ilmu sosiologi, kondisi ini tergolong sebagai masalah serius.
Agar lebih memahaminya, simak penjelasan tentang disorganisasi keluarga beserta bentuk-bentuk, dampak, dan contohnya dalam kehidupan masyarakat.

Bentuk Disorganisasi Keluarga

Ilustrasi keluarga. Foto: Evgeny Atamanenko/Shutterstock
Secara sosiologis, disorganisasi keluarga dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis dan bentuk. Dikutip dari buku Sosiologi susunan Urip Sucipto (2014), berikut penjelasan selengkapnya:

1. Unit keluarga tidak lengkap

Hubungan di luar perkawinan dapat menyebabkan kekosongan keluarga. Dalam hal ini, bentuk keluarganya belum terbentuk secara yuridis dan sosial.
ADVERTISEMENT
Para ahli mengategorikannya sebagai disorganisasi keluarga. Dalam kasus ini, umumnya ayah biologis gagal dalam mengisi peranan sosialnya. Demikian juga dengan pihak keluarga ayah maupun ibu.

2. Putus perkawinan

Disorganisasi keluarga yang sering dijumpai umumnya disebabkan oleh putus perkawinan atau perceraian. Perkawinan yang pisah ranjang juga termasuk dalam kategori ini. Dampaknya dapat dirasakan oleh anak-anak, baik dari segi mental maupun psikis.

3. Kekurangan dalam keluarga

Kekurangan yang dimaksud berkaitan dengan masalah komunikasi dan lainnya. Akibatnya, muncul kesalahpahaman antar anggota keluarga yang dapat memicu perselisihan. Kondisi ini disebut sebagai empty shell family.

4. Krisis keluarga

Krisis keluarga terjadi karena salah satu anggota keluarganya meninggalkan rumah tangga. Penyebabnya bisa karena meninggal dunia, dipenjara, dan lain-lain.

Faktor Penyebab Disorganisasi Keluarga

Ilustrasi keluarga dua anak. Foto: Odua Images/Shutterstock
Pada dasarnya, fungsi keluarga tidak terbatas pada penerus keturunan saja. Dalam hal pendidikan, keluarga memegang peranan yang sangat penting. Segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual yang dimiliki oleh manusia pertama kali didapatkan dari orang tua dan keluarganya.
ADVERTISEMENT
Keluarga harus mempersiapkan dan menyediakan segala kebutuhan sehari-hari, mulai dari sandang, pangan, hingga papan. Setiap anggota keluarga harus saling membantu satu sama lain.
Jika kewajiban dan hak-hak tersebut tidak dipenuhi, tidak akan mungkin tercipta keluarga yang sejahtera. Hal ini dapat memicu terbentuknya disorganisasi keluarga.
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera menyatakan bahwa: "Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota keluarga."
Keluarga adalah struktur kelembagaan yang turut berperan dalam kehidupan masyarakat. Perannya dapat berkembang melalui tugas dan fungsi tertentu seperti fungsi pengaturan seksual, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi afeksi, fungsi penentuan status, fungsi perlindungan, dan fungsi ekonomi.
ADVERTISEMENT

Cara Mengatasi Disorganisasi Keluarga

Ilustrasi keluarga bepergian. Foto: Shutter Stock
Masalah disorganisasi keluarga dapat diatasi dengan cara berdiskusi dan musyawarah. Namun, langkah konkritnya harus disesuaikan dengan jenis-jenis disorganisasi itu sendiri.
Misalnya, masalah broken home yang disebabkan oleh perceraian orangtua, maka jalan keluarnya adalah menciptakan lingkungan keluarga yang nyaman dan aman bagi anak-anak.
Meskipun sudah bercerai, orangtua harus tetap menjalin komunikasi yang baik (good communication) dan saling mengasihi satu sama lain. Tidak boleh ada keegoisan dari salah satu pihak ataupun keduanya. Sebab, semua itu bisa berdampak pada kondisi mental dan psikologis anak.
Orangtua harus memenuhi kebutuhan anak, melindunginya, dan memberikan kasih sayang yang penuh kepadanya. Sehingga, anak dapat menjalani masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasanya dengan normal seperti anak pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Kasih sayang dan dukungan penuh dari orangtua dapat menjadi penyemangat bagi si anak dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ia dapat tumbuh menjadi individu yang berkarakter baik, berbudi pekerti luhur, penyayang, dan peduli kepada sesama.
Sementara untuk masalah disorganisasi yang disebabkan oleh kekurangan-kekurangan internal perlu diselesaikan dengan cara khusus. Tiap anggota keluarga harus paham dengan masing-masing peran sosialnya dalam keluarga tersebut.
Masing-masing anggota keluarga harus menjalin komunikasi yang baik dan sehat, menghargai satu sama lain, serta memberikan rasa aman dan nyaman. Tidak hanya itu, anggota keluarga juga perlu memperhatikan hak dan kewajibannya dalam keluarga tersebut.
(MSD)