Faktor Perlawanan Sisingamangaraja XII dalam Perang Batak

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
Konten dari Pengguna
27 Oktober 2023 22:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi faktor perlawanan sisingamaraja, sumber foto: Pixabay by pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi faktor perlawanan sisingamaraja, sumber foto: Pixabay by pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perang Batak adalah bentuk perlawanan Sisingamangaraja XII sebagai raja Batak melawan Belanda yang berlangsung pada tahun 1878-1907. Faktor perlawanan Sisingamangaraja XII terhadap kolonial Belanda sendiri terjadi karena menolak penyebaran agama Kristen di tanah Batak.
ADVERTISEMENT
Mengingat pada masa tersebut, kaum misionaris (pendakwah Kristen) banyak melakukan upaya penyebaran agama Kristen di wilayah Batak. Hal ini tentu saja menimbulkan perlawanan dari rakyat Tapanuli karena agama Kristen dapat mengancam agama Batak Kuno.
Dikutip dari buku Explore Sejarah Indonesia Jilid 2 untuk SMA/MA Kelas XI karya Dr. Abdurakhman, S.S., M.Hum, Arif Pradono, S.S., M.I.Kom, dan Friska Indah Kartika, S.Hum, berikut faktor yang menyebabkan terjadinya perlawanan Sisingamangaraja XII.

Faktor Perlawanan Sisingamangaraja XII

Ilustrasi faktor perlawanan sisingamaraja, sumber foto: asim alnamat by pexels.com
Perang Batak adalah perlawanan rakyat di Tanah Batak Sumatra Utara terhadap Pemerintah Kolonial Belanda. Perang Batak ini juga sebagai bentuk perlawanan dari Sisingamangaraja XII beserta pasukannya, rakyat Batak yang terjadi selama 29 tahun.
Faktor perlawanan Sisingamangaraja XII dalam Perang Batak melawan Kolonial Belanda ini terjadi karena menolak upaya penyebaran agama Kristen. Hal ini karena perluasan agama Kristen oleh Belanda dianggap menghilangkan tatanan tradisional dan bentuk kesatuan negeri Tanah Batak.
ADVERTISEMENT
Selain itu, misi perluasan agama Kristen oleh Belanda ini juga dianggap mengancam kedudukan Sisingamangaraja sebagai pemimpin politik dan raja Batak. Sebelum agama Kristen masuk, Sisingamaraja dianggap sebagai Raja dengan sifat ilahiah.
Sifat ilahiah adalah sifat raja yang memiliki kekuatan karismatik yang dapat memberikan perlindungan, keselamatan, dan kesejahteraan rakyat Batak. Dengan masuknya agama Kristen, kepercayaan rakyat terhadap sifat ilahiah yang dimiliki Sisingamangaraja mulai berkurang.
Oleh karena itu, pada masa kekuasaan Sisingamangaraja XII, dilakukan kampanye keliling tanah Batak untuk mengusir penyebaran-penyebaran agama Kristen. Akibatnya, terjadi penyerangan terhadap pos-pos perluasan agama Kristen dan perusakan rumah di beberapa daerah.
Selanjutnya, Sisingamangaraja XII dibantu para pejuang Aceh merencanakan penyerangan ke pos Zending di daerah Silindung. Untuk melindungi pos zending di Silindung, pasukan Belanda mulai dipindahkan dari Sibolga.
ADVERTISEMENT
Pada awal tahun 1878, pasukan Belanda mulai memasuki daerah Silindung. Kedatangan pasukan Belanda ini ditanggapi dengan pernyataan perang dari Sisingamangaraja XII, sehingga sejak tahun 1878 terjadilah Perang Batak.
Dapat disimpulkan bahwa faktor perlawanan Sisingamangaraja XII terhadap kolonial Belanda karena menolak adanya upaya penyebaran agama Kristen. Karena agama Kristen dianggap menghilangkan tatanan tradisional dan bentuk kesatuan tanah Batak. (DSI)