Konten dari Pengguna

Faktor Perlawanan Sisingamangaraja XII Melawan Belanda dalam Perang Batak

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
18 Oktober 2024 17:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Faktor Perlawanan Sisingamangaraja XII Melawan Belanda. Pixabay/ha11ok
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Faktor Perlawanan Sisingamangaraja XII Melawan Belanda. Pixabay/ha11ok
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perang Batak adalah salah satu perlawanan yang terjadi pada masa penjajahan Belanda di Indonesia. Perang ini terjadi di Sumatera Utara dipimpin oleh Sisingamangaraja XII. Ketahui faktor perlawanan Sisingamangaraja II melawan Belanda ini.
ADVERTISEMENT
Selain Raja Sisingamangaraja XII, beberapa tokoh lain yang terlibat dalam Perang Batak adalah Lopian, putri Raja Sisingamangaraja XII, serta Sutan Nagari dan Patuan Anggi, putra Raja Sisingamangaraja XII.

Faktor Perlawanan Sisingamangaraja XII Melawan Belanda

Ilustrasi Faktor Perlawanan Sisingamangaraja XII Melawan Belanda. Pixabay/travelphotographer
Salah satu faktor perlawanan Sisingamangaraja XII melawan Belanda adalah kekhawatiran akan hilangnya tatanan tradisional masyarakat Batak.
Sisingamangaraja XII khawatir bahwa penyebaran agama Kristen oleh Belanda akan menghilangkan kepercayaan dan bentuk kesatuan negeri yang telah ada sejak zaman dulu.
Perlawanan Sisingamangaraja XII terhadap Belanda dikenal sebagai Perang Batak yang berlangsung antara tahun 1878-1907. Perang Batak ini terjadi beberapa daerah di Sumatera Utara.

Latar Belakang Perang Batak

Ilustrasi Faktor Perlawanan Sisingamangaraja XII Melawan Belanda. Pixabay/Andiketaren
Mengutip laman adjar.grid.id, berikut ini latar belakang perang Batak yang dijelaskan secara singkat.
ADVERTISEMENT
Pada abad ke-19, pemerintah kolonial Belanda berhasil menguasai wilayah Sumatra. Namun, tidak semua wilayah berhasil dikuasai, ada wilayah Aceh dan Batak yang masih belum dikuasai oleh Belanda.
Pada tahun 1870-an, Belanda mulai melakukan interaksi dengan orang-orang Batak. Pada saat itu, kaum misionaris banyak yang melakukan upaya penyebaran agama Kristen di wilayah Batak.
Hal inilah yang kemudian memicu peperangan antara rakyat Batak dengan Belanda. Peperangan ini berlangsung selama 29 tahun.
Dikutip dari laman p2k.stekom.ac.id, pertempuran berakhir pada tanggal 17 Juni 1907, ketika Sisingamangaraja XII gugur bersama dengan putrinya Lopian dan dua orang putranya Sutan Nagari dan Patuan Anggi.
Setelah Batak jatuh ke tangan Belanda, pemerintah Hindia Belanda menerapkan kebijakan yang cenderung menguntungkan pihak Belanda dan merugikan rakyat setempat.
ADVERTISEMENT
Perang Batak ini memiliki beberapa hasil, yaitu adat dan tanah Batak berhasil dipertahankan; Munculnya kebebasan penyebaran agama Kristen di Sumatera Utara; dan Wilayah Batak, termasuk Tapanuli, jatuh ke tangan Belanda.
Demikian latar belakang dan faktor perlawanan Sisingamangaraja XII melawan Belanda. Perjuangannya melawan Belanda ini dianggap sebagai salah satu perang gerilya yang paling menggetarkan dalam sejarah Republik Indonesia.