Konten dari Pengguna

Filosofi Nasi Tumpeng dan Sejarahnya Secara Singkat

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
7 Juli 2024 22:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Hanya Ilustrasi: Filosofi Nasi Tumpeng. Sumber: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto Hanya Ilustrasi: Filosofi Nasi Tumpeng. Sumber: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Nasi tumpeng merupakan makanan khas masyarakat Jawa. Cara penyajiannya adalah nasi dibentuk kerucut kemudian ditata bersama banyak lauk-pauk. Filosofi nasi tumpeng erat kaitannya dengan bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
ADVERTISEMENT
Simak penjelasan tentang sejarah nasi tumpeng di sini!

Filosofi Nasi Tumpeng

Foto Hanya Ilustrasi: Filosofi Nasi Tumpeng. Sumber: Pixabay.com
Murdijati Gardjito dan Lilly T. Erwin dalam buku berjudul Serba-Serbi Tumpeng: Tumpeng dalam Kehidupan Masyarakat Jawa menjelaskan bahwa Tumpeng adalah kependekan dari "Tumapaking panguripan-tumindak lempeng tumuju Pangeran" artinya berkiblatlah kepada pemikiran bahwa manusia itu harus hidup menuju jalan Allah.
Masyarakat Jawa percaya ada kekuatan gaib di luar diri manusia yang bisa memengaruhi kehidupan mereka. Untuk itulah, mereka harus memelihara hubungan dengan kekuatan tersebut supaya muncul keseimbangan dalam kehidupan.
Tumpeng beserta lauk-pauknya adalah satu-kesatuan yang mempunyai air mendalam. Tumpeng adalah simbol ekosistem kehidupan di alam.
Tumpeng bentuknya kerucut dan mengandung harapan supaya kualitas kehidupan selalu meningkat. Kerucut melambangkan sifat alam dan manusia, yaitu berawal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan pula.
ADVERTISEMENT
Kerucut nasi yang menjulang bisa juga melambangan keagungan Tuhan Yang Maha Esa pencipta alam dan isinya, sedangkan lauk-pauk adalah simbol dari isi alam ini.
Tumpeng dan kelengkapannya adalah sarana dari manusia untuk memohon keselamatan, perlindungan, kesejahteraan, atau menyampaikan maksud kepada lingkungannya.
Harapan atau keinginan pemangku hajat disampaikan atau diungkapkan dengan simbol yang ada pada tumpeng dan kelengkapannya tersebut. Setiap hajat bisa menyesuaikan dengan tujuan dan harapan yang hendak dicapai oleh pemangku hajat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tumpeng dan berbagai kelengkapannya mempunyai filosofi berkaitan dengan perwujudan nilai keikhlasan, toleransi, serta kebesaran jiwa.

Sejarah Tumpeng Secara Singkat

Tumpeng sebenarnya telah ada sejak zaman nenek moyang. Awalnya tumpeng adalah tradisi memuliakan gunung-gunung yang dipercaya menjadi lokasi bersemayamnya para Hyang maupun arwah leluhur.
ADVERTISEMENT
Ketika penyebaran agama Hindu berjalan masif di Pulau Jawa, bentuk tumpeng adalah mengerucut mirip Gunung Mahameru. Gunung ini dipercaya menjadi tempat suci bersemayamnya dewa-dewi.
Setelah agama Islam masuk ke Pulau Jawa. Tumpeng kemudian berubah makna, yakni menjadi bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hingga sekarang banyak orang menggunakan tumpeng sebagai bentuk ucapan rasa syukur atas segala sesuatu.
Itulah penjelasan tentang filosofi nasi tumpeng dan sejarah singkatnya yang menarik. (eK)