Konten dari Pengguna

Filosofi Roti Buaya sebagai Lambang Kesetiaan di Acara Pernikahan Adat Betawi

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
25 April 2023 11:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto ilustrasi: Filosofi Roti Buaya, sumber: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Foto ilustrasi: Filosofi Roti Buaya, sumber: Pexels
ADVERTISEMENT
Roti buaya menjadi salah satu hantaran wajib di acara pernikahan suku Betawi. Tak hanya sekadar hantaran makanan, ternyata ada filosofi roti buaya yang memiliki makna mendalam bagi pasangan suami istri di suku Betawi.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Jacapture karya Yasmin Muthia Ardhana, awalnya roti buaya dibuat dari daun kelapa dan kayu yang dibentuk menjadi buaya. Setelah proses ijab kabul selesai, roti buaya akan dipajang di depan rumah sebagai tanda jika anak sudah menikah.
Seiring berjalannya waktu, roti buaya dibuat layaknya roti sungguhan, namun dengan tekstur yang keras agar awet. Roti ini tidak untuk dimakan, melainkan didiamkan saja di kamar pengantin hingga dimakan binatang renik, seperti dikutip dari situs dinaskebudayaan.jakarta.go.id.
Saat pengaruh Islam mulai masuk, roti buaya dibuat dengan tekstur roti lembut dan manis agar bisa dimakan lalu dibagikan kepada tamu dan tetangga demi menghindari mubazir.
Biasanya ada dua roti buaya yang menjadi hantaran di pernikahan adat Betawi. Satu buaya berukuran besar sebagai simbol calon pengantin pria dan satu buaya kecil sebagai simbol calon pengantin wanita. Panjang roti biasanya disesuaikan dengan kemampuan ekonomi calon pengantin pria.
ADVERTISEMENT

Filosofi Roti Buaya

Foto ilustrasi: Filosofi Roti Buaya, sumber: Unsplash
Berikut ini penjelasan perihal filosofi roti buaya di acara pernikahan adat Betawi:

1. Lambang Kesetiaan

Di masyarakat, buaya kerap diasosiasikan dengan pria yang tidak setia. Namun, pada kenyataannya buaya adalah hewan yang setia. Buaya jantan hanya setia bersama satu pasangan yang sama saja tiap musim kawin tiba, meski sebenarnya mereka bisa juga mencari yang baru. Buaya jantan biasa mencari buaya betina baru jika pasangannya yang terdahulu sudah mati.

2. Siap Melindungi

Saat buaya betina sedang bertelur, buaya jantan akan siap siaga melindungi pasangannya dari ancaman bahaya predator lainnya.

3. Siap Melepas Masa Lajang

Sepasang roti buaya yang ada di pernikahan adat Betawi menggambarkan bahwa calon mempelai pria dan wanita sudah siap melepas masa lajang. Mereka juga siap menjadi penerus kehidupan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kedua roti ini juga memiliki arti bahwa nantinya kedua mempelai harus bisa saling memahami dan bersabar menjalani hidup berdua bersama pasangan.

4. Awet Hingga Maut Memisahkan

Roti buaya dibuat keras dan dibiarkan hingga dimakan binatang renik melambangkan pernikahan akan awet sampai maut memisahkan.
Itulah filosofi tentang roti buaya, jadi tidak selamanya konotasi kata 'buaya' bermakna negatif, bukan? (Tia)