Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Filosofi Roti Buaya sebagai Lambang Kesetiaan di Acara Pernikahan Adat Betawi
25 April 2023 11:30 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Roti buaya menjadi salah satu hantaran wajib di acara pernikahan suku Betawi. Tak hanya sekadar hantaran makanan, ternyata ada filosofi roti buaya yang memiliki makna mendalam bagi pasangan suami istri di suku Betawi.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Jacapture karya Yasmin Muthia Ardhana, awalnya roti buaya dibuat dari daun kelapa dan kayu yang dibentuk menjadi buaya. Setelah proses ijab kabul selesai, roti buaya akan dipajang di depan rumah sebagai tanda jika anak sudah menikah.
Seiring berjalannya waktu, roti buaya dibuat layaknya roti sungguhan, namun dengan tekstur yang keras agar awet. Roti ini tidak untuk dimakan, melainkan didiamkan saja di kamar pengantin hingga dimakan binatang renik, seperti dikutip dari situs dinaskebudayaan.jakarta.go.id.
Saat pengaruh Islam mulai masuk, roti buaya dibuat dengan tekstur roti lembut dan manis agar bisa dimakan lalu dibagikan kepada tamu dan tetangga demi menghindari mubazir.
Biasanya ada dua roti buaya yang menjadi hantaran di pernikahan adat Betawi. Satu buaya berukuran besar sebagai simbol calon pengantin pria dan satu buaya kecil sebagai simbol calon pengantin wanita. Panjang roti biasanya disesuaikan dengan kemampuan ekonomi calon pengantin pria.
ADVERTISEMENT
Filosofi Roti Buaya
Berikut ini penjelasan perihal filosofi roti buaya di acara pernikahan adat Betawi:
1. Lambang Kesetiaan
Di masyarakat, buaya kerap diasosiasikan dengan pria yang tidak setia. Namun, pada kenyataannya buaya adalah hewan yang setia. Buaya jantan hanya setia bersama satu pasangan yang sama saja tiap musim kawin tiba, meski sebenarnya mereka bisa juga mencari yang baru. Buaya jantan biasa mencari buaya betina baru jika pasangannya yang terdahulu sudah mati.
2. Siap Melindungi
Saat buaya betina sedang bertelur, buaya jantan akan siap siaga melindungi pasangannya dari ancaman bahaya predator lainnya.
3. Siap Melepas Masa Lajang
Sepasang roti buaya yang ada di pernikahan adat Betawi menggambarkan bahwa calon mempelai pria dan wanita sudah siap melepas masa lajang. Mereka juga siap menjadi penerus kehidupan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kedua roti ini juga memiliki arti bahwa nantinya kedua mempelai harus bisa saling memahami dan bersabar menjalani hidup berdua bersama pasangan.
4. Awet Hingga Maut Memisahkan
Roti buaya dibuat keras dan dibiarkan hingga dimakan binatang renik melambangkan pernikahan akan awet sampai maut memisahkan.
Itulah filosofi tentang roti buaya, jadi tidak selamanya konotasi kata 'buaya' bermakna negatif, bukan? (Tia)