Konten dari Pengguna

Filosofi Tari Serimpi Khas Yogyakarta

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
12 Agustus 2024 22:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Filosofi Tari Serimpi. Sumber: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Filosofi Tari Serimpi. Sumber: Unsplash
ADVERTISEMENT
Filosofi Tari Serimpi tidak banyak diketahui, padahal maknanya begitu mendalam. Dikutip dari buku Mengenal Tarian di Nusantara oleh Tika Permatasari, Tari Serimpi adalah tarian tradisional dari Daerah Istimewa Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Tarian yang bermula dari Kerajaan Mataram ini menjadi salah satu seni paling tua di Jawa dengan kandungan kesakralan dan kesucian. Di dalam Tari Serimpi, terdapat filosofi tersendiri yang jarang diketahui. Bagaimana penjelasannya?

Filosofi Tari Serimpi

Ilustrasi Filosofi Tari Serimpi. Sumber: Unsplash
Tari Serimpi merupakan kebudayaan asal Yogyakarta, Jawa Tengah. Budaya ini menjadi salah satu peninggalan Kerajaan Mataram yang dianggap sakral. Menurut legenda, Tari Serimpi bermula dari masa kejayaan Kerajaan Mataram yang ketika itu dipimpin Sultan Agung.
Dalam Tari Serimpi, jumlah penari adalah 4 orang. Komposisi tersebut melambangkan empat mata angin, yakni Grama atau api, Angin atau udara, Toya atau air, dan Bumi atau tanah. Tari Serimpi dilaksanakan guna memperingati hari kelahiran sultan, upacara khitan putera sultan, dan menyambut tamu kehormatan.
ADVERTISEMENT
Kata "serimpi" dalam Tari Serimpi diambil dari bahasa Jawa “impi” yang berarti “mimpi”. Nama ini mengacu pada pertunjukan Tari Serimpi yang dapat membawa suasana indah dan tenang layaknya alam mimpi.
Suasana tersebut didukung dengan gamelan pengiring dan gending jawa. Irama nada yang dihasilkan menimbulkan rasa damai sehingga penonton berasa dalam alam mimpi.
Tari Serimpi dipandang sebagai seni adhiluhung sekaligus pusaka Kraton. Dalam tarian ini menampilkan tema mengenai pertikaian dua hal bertentangan, yakni antara baik dan buruk, salah dan benar, serta antara akal dan nafsu manusia.
Tema perang yang diangkat dalam Tari Serimpi mengandung falsafah hidup ketimuran. Dalam cerita tersebut, peperangan menjadi simbol pertarungan yang tak berujung antara hal baik dan jahat.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Tari Serimpi juga mengandung makna utama berupa kelembutan dan keanggunan wanita Jawa. Tarian ini banyak digunakan sebagai gambaran karakter wanita Jawa. Dalam peran tariannya, wanita Jawa dituntut mempunyai tutur kata halus serta berperilaku secara lembut.
Itu dia sekilas pembahasan mengenai filosofi Tari Serimpi, salah satu kebudayaan dari Yogyakarta.(LAU)